Liputan6.com, Port-au-Prince - Pricil Journal mengatakan bahwa anaknya, Roberto Badjo Thelusma, tewas ditembak seorang aparat kepolisian Haiti. Saat itu, Roberto tengah menyelamatkan gerobak yang digunakan untuk menjajakan kue di luar rumah sakit umum.
Menurut pengakuan Pricil, Roberto meninggal setelah peluru menembus lengan kanannya, tepat di atas siku kemudian berlanjut menembus dadanya. kejadian nahas ini terjadi pada awal Februari 2019, bertepatan pada protes besar di Haiti yang menuntut pemerintahan mundur. Kasus kemudian diketahui publik internasional setelah dilaporkan oleh CNN pada Rabu 20 Februari 2019.
Baca Juga
"Ketika selesai membunuh anak saya ... Polisi itu kemudian bertukar senjata dengan polisi lain di dekatnya, kemudian pergi bersembunyi di dalam rumah sakit," kata Pricil memberikan kesaksian kepada wartawan CNN.
Advertisement
Saat ini Priscil belum melapor kepada polisi, karena takut pelaku akan membalas dendam. Meskipun demikian, ia yakin banyak saksi mata dalam kejadian itu.
Kepala Polisi Michael-Ange Gedeon mengonfirmasi bahwa memang belum terdapat laporan yang masuk terkait dugaan kejahatan tersebut.
"Setiap kali kami menerima kasus, kami akan menyelidiki," tutur Gedeon sebagaimana dikutip dari CNNÂ pada Kamis (21/2/2019).
Â
Simak pula video pilihan berikut:
Â
Ancaman Datang Beruntun
Beberapa hari yang lalu, keluarga Priscil mendapatkan ancaman dari sumber tak bernama. Dalam ancaman via telepon, Priscil diminta untuk tidak mengatakan apapun terkait kematian sang anak, atau dia akan berada dalam bahaya. Sang penelepon juga mengatakan telah mengetahui tempat kerjanya.
Ancaman tersebut tidak serta merta menyembunyikan kasus Roberto dari khalayak. Perdana Menteri Haiti Jean-Henry Ceant menyebut kasus itu dalam sebuah pidato pada pekan ini, yang ditayangkan secara luas oleh televisi nasional.
"Sebagai seorang ayah saya paham perasaan orangtua. Saya mengirim salam khusus untuk ibu dari pemuda bernama Roberto Badjo Thelusma yang meninggal di depan Rumah Sakit Umum ketika membantu ibunya berjualan," kata Ceant.
Ceant juga menceritakan kehidupannya 40 tahun lalu, di mana ia terbiasa membantu ibunya menjual daging di Pasar Kwabosal. Sehingga, ia mengaku benar-benar paham perasaan Roberto.
Banyak pihak menilai sikap Ceant hanya bertujuan untuk basa-basi. Ia ingin mendapatkan simpati dari warga perkampungan kumuh Miron, tempat tinggal Roberto dan ibunya.
Perdana menteri itu juga dinilai berusaha mengalihkan fokus masyarakat yang tengah menginginkan dirinya dan Presiden Jovenel Moise, mundur karena tuduhan korupsi.
Alih-alih merasa berterima kasih kepada Ceant, Priscil justru sangat ketakutan. Ia percaya pembunuh Roberto akan terus mengejarnya jika sang perdana menteri terus berbicara.
Beberapa saat setelah Ceant berpidato, ancaman kembali datang.
"Kami akan melakukan hal yang lebih buruk terhadap Anda dibanding apa yang terjadi kepada Roberto. Siapapun bahkan tidak dapat menemukan jasad Anda," demikian bunyi ancaman tersebut.
Hingga saat ini, Priscil masih belum mengetahui dengan pasti siapa pengirim ancaman. satu hal yang ia tahu pasti, pengancam adalah pembunuh anaknya.
Advertisement