Liputan6.com, Jakarta - Ketua European Medicines Agency (EMA), Emer Cooke menyampaikan dalam sebuah wawancara dengan AFP, bahwa semua negara harus memiliki akses ke vaksin COVID-19.
Pernyataan itu disampaikan Cooke ketika para pemimpin negara anggota G7 bertemu di Inggris - menjanjikan satu miliar dosis vaksin COVID-19 untuk negara-negara miskin.
Cooke menambahkan bahwa sementara pengawas vaksin yang berbasis di Amsterdam yakin bahwa vaksin saat ini efektif terhadap semua varian virus yang berbeda,hal itu bisa "berubah dengan cepat".
Advertisement
"Ini tidak dalam kompetensi EMA jadi saya hanya bisa berbicara dari perspektif pribadi, di mana saya benar-benar percaya kita perlu memastikan akses, ketersediaan, dan akses di seluruh dunia, tidak hanya di negara-negara yang memiliki sarana untuk membayarnya ," kata Cooke, seperti dilansir AFP, Sabtu (12/6/2021).
"Sejujurnya, saya pikir kita akan jauh tertinggal. Fakta bahwa kita memiliki empat vaksin yang disahkan dalam waktu 15 bulan sejak deklarasi pandemi adalah luar biasa," ujar Cooke, yang berbicara kepada AFP melalui Zoom.
Para pegiat menyebut kesepakatan G7 tahun ini dan berikutnya -- termasuk sumbangan 500 juta dosis vaksin COVID-19 dari AS -- terlalu sedikit, dan lambat untuk mengakhiri pandemi yang telah merenggut lebih dari 3,7 juta nyawa di seluruh dunia, serta varian baru yang kian muncul.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Tantangan Baru Vaksin dari Varian COVID-19
Kemunculan varian baru COVID-19 menghadirkan tantangan baru, khususnya varian Delta yang pertama kali muncul di India.
"Sejauh ini kami yakin varian yang beredar dikendalikan oleh vaksin. Tapi itu bisa berubah sangat cepat," kata Cooke.
EMA telah bekerja dengan pembuat vaksin untuk memastikan mereka dapat menyesuaikan vaksin jika diperlukan, menurut Cooke.
Adapun tantangan lainnya dalam vaksin AstraZeneca dan Johnson & Johnson, terutama mengenai kasus pembekuan darah yang jarang terjadi dan terkadang muncul kasus kematian.
Pada 11 Juni, dalam waktu berbeda, EMA merekomendasikan bahwa sejumlah dosis vaksin Johnson & Johnson di UE harus ditahan sebagai tindakan pencegahan setelah kasus kontaminasi di AS yang terkait dengan bahan dari vaksin lain.
"Tentu saja ini bukan situasi yang sangat kami senangi," ujar Cooke, seraya menambahkan bahwa situasi tersebut diharapkan dapat selesai pada Juli atau Agustus 2021.
Namun Cooke mengesampingkan saran bahwa masalah ini dapat memengaruhi kepercayaan publik terhadap vaksin.
"Kami memiliki sistem yang bekerja karena kami mampu mendeteksi apa yang mungkin atau tidak mungkin mengenai efek samping," jelasnya.
Advertisement