, Kabul - Usai kekalutan di Afghanistan, banyak orang berusaha melarikan diri dari Taliban dan minta bantuan penyelundup guna membawa mereka keluar dari negara itu. Seorang penyelundup berbicara pada DW tentang bisnis kriminalnya.
"Saudaraku, orang telah diselundupkan melintasi perbatasan sejak perbatasan ada. Bisnis ini akan berlanjut selama perbatasan masih ada," jelas Baver, seorang penyelundup berusia 32 tahun yang beroperasi di perbatasan antara Turki dan Iran. Untuk menjaga kerahasiaan identitasnya, ia menolak untuk bertemu kami.
Baca Juga
Ia berkomunikasi dengan kami melalui WhatsApp, menggunakan ponsel seorang kenalannya, demikian dikutip dari laman DW Indonesia, Jumat (27/8/2021).
Advertisement
Baver mengatakan bahwa perannya dalam organisasinya sangatlah penting: adalah tanggung jawabnya untuk membawa pengungsi ke "zona aman", yang dalam hal ini terletak di kota Van, kawasan Anatolia Timur.
"Saya telah membawa ribuan orang melewati perbatasan," katanya dengan sedikit rasa bangga.
Ia tidak mau mengatakan ke mana tepatnya ia menyelundupkan orang-orang melalui perbatasan Iran-Turki. Baver memperingatkan bahwa seluruh operasi organisasinya akan runtuh jika rute-rutenya ditemukan.
Ini mencakup sebuah jaringan penyelundupan manusia yang merentangi Afghanistan, Pakistan, Iran, Turki, dan bahkan beberapa wilayah Eropa.
Perang melawan penyelundupan manusia
Baver terkesan gugup dan berbicara dengan kami dengan tergesa-gesa. "Saya harus berhati-hati jika saya tidak ingin polisi mengawasi saya." Polisi telah meningkatkan patroli mereka di kota-kota Turki di sepanjang perbatasan Iran. Bahkan sebelum perebutan kekuasaan oleh Taliban di Afganistan, polisi telah melakukan beberapa operasi di sana.
Banyak kasus pengadilan telah diluncurkan dan sejak awal tahun ini saja sebanyak 920 tersangka penyelundup telah dibawa ke pengadilan. "Saya tidak ingin menjadi salah satu dari mereka," tutur Baver.
Ia menyebut para migran yang ia selundupkan melewati perbatasan sebagai "tamu"nya. Istilah khusus yang dikodifikasi seperti ini dimaksudkan untuk mempersulit polisi memahami komunikasi para penyelundup.
Itu juga merupakan alasan kenapa mereka lebih memilih untuk berkomunikasi melalui aplikasi pesan instan seperti WhatsApp atau Telegram, yang sulit untuk dipantau oleh polisi.
Advertisement
Bisnis penyelundupan internasional
Afganistan telah menjadi sumber aliran pengungsi selama bertahun-tahun, menjadikannya sebuah tempat di mana bisnis penyelundupan manusia menjadi makmur. Biaya transfer untuk para migran Afganistan yang menuju Istanbul adalah 1.500 dolar AS atau sekitar Rp21,6 juta. Harga tersebut telah meningkat sejak Taliban mengambil alih kekuasaan, terutama karena penjagaan perbatasan Turki kini makin ketat.
Para pengungsi Afganistan yang membutuhkan bantuan Baver telah melalui perjalanan panjang sebelum mencapai perbatasan Turki. Baver menjelaskan bahwa organisasi-organisasi penyelundup terdiri dari ribuan orang yang bekerja sama di lintas negara.
Di masing-masing negara, yakni Afganistan, Pakistan, Iran, dan Turki, terdapat orang-orang yang dikenal sebagai penjamin. Mereka merupakan perantara yang menerima jumlah keseluruhan uang yang harus dibayar seorang pengungsi dan mentrafser sebagian dari uang tersebut kepada penyelundup yang terlibat melalui "Hawala" setelah setiap tahap. Hawala adalah sebuah sistem transfer uang informal yang ada di seluruh dunia dan digunakan untuk mengirim uang ketika transfer melalui bank biasa tidak bisa dilakukan.
Perjalanan panjang dan sulitTahap pertama: setelah 30 hingga 40 orang terkumpul, mereka dibawa dari Kabul ke wilayah yang berbatasan dengan Provinsi Balochistan, Pakistan. Para penyelundup berusaha untuk menghindari rute melalui perbatasan Afganistan-Iran karena terlalu berbahaya.
Di perbatasan tersebut, penyelundup Baloch mengambil alih. Langkah berikutnya dimulai usai kelompok itu sampai di Pakistan. Sebuah perjalanan panjang dan sulit menuju perbatasan Iran yang biasanya melibatkan tiga sampai empat penyelundup berbeda. Para pengungsi kemudian ditinggalkan di "zero point", sebuah lokasi di perbatasan Iran yang telah disepakati.
Setelah para pengungsi melewati perbatasan Iran, sebuah kendaraan menjemput mereka di berbagai titik pertemuan di area perbatasan Iran-Pakistan dan membawa mereka dalam perjalanan selama 10 jam ke ibu kota Iran, Teheran. Mereka kemudian dibawa dengan bus ke kota Maku dan Khoy di Iran barat, di mana kedua kota tersebut memiliki penyelundupnya sendiri. Dari sana, mereka dibawa ke desa-desa perbatasan Iran, di mana para penyelundup terkenal memiliki hubungan baik dengan polisi perbatasan Iran.
"Kami membantu orang-orang yang nyawanya terancam"Langkah terakhir: dalam grup yang terdiri dari 40 sampai 50 orang, warga Afganistan tersebut dipandu menuju Turki melalui satu dari lima rute rahasia pengungsi. Penyebrangan dimulai saat senja dan umumnya berakhir saat matahari terbit. Mereka tiba di kota Dogubayazit, Caldiran, Ozalp, dan Saray di Turki.
Baver tidak mengerti kenapa profesinya dikriminalisasi. Ia yakin bahwa apa yang ia lakukan bukanlah hal buruk dan mengatakan bahwa sebaliknya para penyelundup membantu orang-orang yang nyawanya terancam. Baver tetapi enggan memberi tahu kami berapa pendapatannya dari pekerjannya ini.
"Kami tidak melakukan kesalahan. Kami tidak menyelundupkan narkoba atau senjata. Kegiatan yang kami lakukan ini seperti roda yang akan terus berputar. Penyelundupan manusia akan terus ada. Jika kami tidak melakukannya, orang lain akan melakukannya. Kakek-nenek kami pernah melakukannya, dan anak-anak kami akan melakukannya setelah kami," menurut Baver.