Cerita Jurnalis Afghanistan: Perang Belum Berakhir, Taliban Tak Akan Pernah Berubah

Jurnalis Samiullah Mahdi mengungkapkan bahwa Taliban sangat mengancam kebebasan pers dan bersuara di Afghanistan.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 26 Agu 2021, 10:25 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2021, 10:25 WIB
Samiullah Mahdi mengungkapkan bahwa Taliban sangat mengancam kebebasan pers dan bersuara di Afghanistan (International Journalists' Network (IJNet))
Samiullah Mahdi mengungkapkan bahwa Taliban sangat mengancam kebebasan pers dan bersuara di Afghanistan (International Journalists' Network (IJNet))

Liputan6.com, Jakarta - Samiullah Mahdi berhasil meninggalkan Kabul beberapa jam sebelum Taliban berhasil merebut Afghanistan. Meski demikian jurnalis untuk Radio Azadi (Radio Free Europe/Radio Liberty) ini terus menjalin komunikasi dengan rekannya yang masih tertinggal di kota tersebut.

"Kolega saya menyebut tak ada kebebasan pers di sana. Mereka menerima ancaman dari Taliban, tertutama bagi mereka yang masih menyampaikan laporan," kata Samiullah Mahdi di awal kalimat saat berbicara bersama Patrick Butler dalam diskusi virtual oleh International Center for Journalist pada Rabu (25/8/2021) pukul 21.00 WIB.

"Ada atmosfer ketakutan dan ancaman di sana," jelas Samiullah Mahdi menyampaikan apa yang dirasakan oleh sejumlah temannya.

Dalam pengakuannya, Samiullah Mahdi juga mengungkapkan bahwa Taliban sangat mengancam kebebasan pers dan bersuara di Afghanistan.

"Mereka mencari jurnalis yang dirasa mengancam Taliban. Mereka mencari door to door," kata Mahdi.

"Taliban bahwan mencari secara khusus jurnalis perempuan yang bekerja di TV dan meminta mereka tak bekerja lagi."

Kisah sedih turut diungkapkan Samiullah Mahdi. Ia harus menelan pil pahit. Semenjak Taliban berkuasa, ia kehilangan kolega yang bekerja sebagai jurnalis.

"Mereka dibunuh oleh Taliban."

"Ini yang membuat saya mengalami mimpi buruh dan terbangun di malam hari," kata Samiullah Mahdi.

"Saya mendapat ancaman semacam ini selama sebulan. Untungnya saya dapat perlindungan di Kabul. Pihak yang melindungi saya mengatakan sangat berbahaya bagi saya jika harus keluar."

Samiullah Mahdi menyebut kisahnya tak begitu unik dan mengatakan yang lain mengalami kejadian lebih parah.

"Namun mereka hebat. Mereka bisa melanjutkan laporan-laporan dalam melawan Taliban dan grup-grup lain demi memperjuangkan kebebasan berpendapat. Saya salut."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tak Percaya Taliban

Mullah Abdul Ghani Baradar, pemimpin politik utama Taliban, akan bertemu dengan menteri luar negeri AS di luar Doha.
Mullah Abdul Ghani Baradar, pemimpin politik utama Taliban, akan bertemu dengan menteri luar negeri AS di luar Doha. [Hussein Sayed / AP]

Taliban kini tengah menyebarkan "janji-janji surga". Menyebutkan akan memberikan hak-hak pada perempuan. Patrick Butler bertanya pada Mahdi. Apakah percaya dengan Taliban?

Samiullah Mahdi mengaku terkejut dengan pemberitaan yang ada di media internasional. Bagi Mahdi tidak ada tanda-tanda Taliban akan menjunjung hak wanita.

"Semua tahu bagaimana mental dan ideologi Taliban. Mereka menjalani ideologi lebih beberapa dekade. Kami mendengar soal moderat Taliban tapi kita tidak melihat hal itu antara Taliban zaman dahulu dengan yang sekarang. Mereka sama, sama-sama Taliban dan tak ada yang berubah," ujar pria yang merupakan lulusan University of Massachusetts Boston itu.

"Hanya ada satu yang berubah saat ini. Taliban lebih melek teknologi sekarang. Mereka tahu cara menyebarkan informasi ke seluruh dunia."

 

Perang Belum Berakhir

FOTO: Taliban Duduki Istana Kepresidenan Afghanistan
Pejuang Taliban menguasai Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul, Afghanistan, Minggu (15/8/2021). Taliban menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan dengan puluhan anggota bersenjatanya. (AP Photo/Zabi Karimi)

Dalam sesi tanya jawab bersama sejumlah media internasiol secara virtual, Samiullah Mahdi mendapat pertanyaan soal perbedaan antara pemberitaan media asing dengan kondisi di lapangan.

"Banyak media barat menyebutkan bahwa perang berakhir. Mereka bicara soal civil di Afghanistan. Bagi kami, perang belum berakhir dan terus terjadi hingga sekarang."

"Tak ada perbedaan perang beberapa waktu lalu dengan yang sekarang."

"Saya merasa media internasional menyebut Taliban berubah. Tetapi saya sampaikan bahwa itu tidak terlihat di Afghanistan."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya