Liputan6.com, Amsterdam - Kembang api telah menewaskan tiga orang dan melukai puluhan lainnya di Eropa meskipun ada larangan untuk penggunaannya.
Di Belanda, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun tewas dan seorang lagi terluka parah saat melihat orang dewasa menyalakan 'kembang api' buatan sendiri, media lokal melaporkan.
Baca Juga
Polisi Belanda telah menangkap seorang pria atas kejadian tersebut, demikian dikutip dari BBC, Minggu (2/1/2022).
Advertisement
Di Jerman, seorang pria berusia 37 tahun tewas akibat ledakan kembang api pada Malam Tahun Baru di kota barat Hennef. Polisi sedang menyelidiki insiden ini.
Ada beberapa orang terluka dalam insiden di sekitar Jerman, tulis kantor berita Jerman DPA melaporkan.
Setidaknya 80 orang terluka oleh kembang api di Belanda, menurut De Telegraaf, termasuk orang-orang yang kehilangan kaki dan tangan akibat ledakan.
Baik Belanda dan Jerman melarang penjualan kembang api selama periode Tahun Baru karena pandemi COVID-19.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tambah Beban Rumah Sakit Selama Pandemi COVID-19
Pejabat Belanda membenarkan langkah itu dengan mengatakan bahwa cedera terkait kembang api akan membebani rumah sakit yang tengah memerangi COVID-19.
Meskipun demikian, pengguna kembang api di kedua negara tidak terhalang.
Pasalnya, banyak orang-orang melintasi perbatasan untuk membeli kembang api atau dalam beberapa kasus membuatnya sendiri.
Di Austria juga ada beberapa insiden, termasuk satu di mana seorang pria berusia 23 tahun tewas saat kembali melihat kembang api yang tadinya tidak meledak, kemudian malah tiba-tiba meledak.
Advertisement