Liputan6.com, Ottawa - Anggota Parlemen Kanada dengan suara bulat meminta pemerintahan Perdana Menteri Justin Trudeau memulai program pengungsi untuk memukimkan kembali 10.000 warga Uighur yang melarikan diri dari persekusi di China.
"Ini adalah momen penting hari ini, di mana kita berdiri bersama sebagai satu kesatuan," ungkap anggota parlemen dari Partai Liberal Sameer Zuberi seperti dikutip dari Global News, Kamis (2/2/2023). "Kita memiliki kerja keras yang harus dilakukan dan kita akan melakukannya."
Perjalanan program pengungsi tersebut berawal pada Juni tahun lalu, di mana Zuberi yang merupakan anggota parlemen dari Montreal mengusulkan mosi yang meminta pemerintah untuk mengembangkan rencana dalam 100 hari untuk memukimkan kembali 10.000 orang Uighur dan warga minoritas Turki ke Kanada.
Advertisement
Mosi tersebut memberi waktu hingga 12 Mei bagi pemerintahan Trudeau untuk menghasilkan garis besar program yang menurut mosi harus dimulai pada 2024 dan memenuhi targetnya dalam dua tahun.
Pada Rabu (1/2), anggota parlemen meloloskan mosi dengan suara bulat, yaitu 322, termasuk PM Trudeau.
Gagasan dari program ini adalah memukimkan kembali orang-orang Uighur yang tinggal di sejumlah negara seperti Turki, dibanding membawa mereka langsung dari China.
Terima Kasih Kanada
Usai meloloskan mosi, anggota parlemen dari berbagai partai bersalaman dan berpelukan. Zuberi mengepalkan tinjunya ke udara saat puluhan orang yang mengenakan pakaian tradisional Uighur bertepuk tangan, dengan beberapa berteriak, "Terima kasih, Kanada".
Sementara mosi tidak mengikat, Zuberi telah mendapat dukungan dari kabinet Trudeau sebagai tanda pemerintahnya akan menindaklanjuti.
"Ini adalah janji kepada rakyat Kanada, kepada masyarakat internasional bahwa kami akan melakukan ini," katanya kepada wartawan, diapit oleh para pendukung Uighur. "Saya akan mendorong orang untuk diselamatkan tanpa penundaan."
Advertisement
Siap Membantu
Kepala Proyek Advokasi Hak Uighur yang berbasis di Ottawa, Mehmet Tohti, mengatakan diaspora Uighur di Kanada siap membantu pemerintah menyusun rencana dan mewujudkannya.
Tohti menuduh pejabat China meneleponnya pada 16 Januari dari kamar rumah sakit sepupunya di China, sebagai taktik intimidasi menjelang pemungutan suara terkait mosi pada Rabu. Tohti mengungkapkan, dua saudara perempuannya meninggal di kamp konsentrasi di China dan tiga saudara laki-lakinya menghilang.
"Melakukan advokasi melawan China tidaklah mudah dan banyak anggota komunitas kami di Kanada, Uighur-Kanada, mereka mengorbankan anggota keluarga mereka hanya untuk angkat bicara," katanya kepada wartawan. "Untuk alasan itu, kami menghargai mosi ini dan kami menghargai keinginan Parlemen Kanada."
Pelanggaran HAM Berat
Kantor Hak Asasi Manusia PBB pada Agustus lalu melaporkan bahwa China melakukan pelanggaran berat hak asasi manusia terhadap orang-orang Uighur di wilayah Xinjiang. Menurut laporan yang sama, beberapa orang Uighur yang melarikan diri ke negara lain telah dipulangkan secara paksa.
China telah menolak laporan semacam itu, mencirikannya sebagai upaya untuk mencoreng China yang sedang bangkit. Namun, di lain sisi, negara itu sangat membatasi pelaporan media dan analisis hak asasi manusia di Xinjiang.
Beijing bersikeras menerapkan kamp "pendidikan ulang" bagi etnis Uighur untuk menyingkirkan apa yang disebutnya radikalisasi Islam, sementara itu muncul tuduhan bahwa para pejabatnya melakukan kekerasan seksual dan kerja paksa.
Ribuan orang Uighur yang mencari perlindungan di sejumlah negara seperti Turki, menghadapi risiko dikirim kembali ke China.
Sebuah laporan oleh think tank Wilson Center di Washington menemukan bahwa antara tahun 1997 dan 2022, sekitar 1.574 orang Uighur di luar negeri telah ditahan atau dikirim kembali ke China, di mana sebagian besar dipenjara atau disiksa.
Proyek Hak Asasi Manusia Uyghur yang berbasis di Washington mengatakan akan memantau kemajuan Kanada dan bahwa pemungutan suara pada Rabu menjadi contoh bagi negara demokrasi lainnya.
Advertisement