8 Diktator Brutal yang Mati Tua, Kaya, dan Hidup `Senang`

Tak semua diktator kena 'karma'. Tak pernah dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya saat hidup.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 17 Nov 2013, 13:07 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2013, 13:07 WIB
joseph-stalin-131117b.jpg

Pepatah 'hidup dengan pedang, mati oleh pedang' tak berlaku bagi semua diktator brutal.

Nyatanya, beberapa dari mereka mati di usia tua atau karena penyakit. Demikian analisis Matthew White, penulis buku "The Great Big Book of Horrible Things: The Definitive Chronicle of History's 100 Worst Atrocities".

White, menilik sejarah dan menemukan fakta bahwa 60 persen 'tipe manusia gila perang' juga hidup 'bahagia selama-
lamanya.' Namun, jangan khawatir, pengadilan kan tak hanya ada di dunia.

Ini di antaranya:



1. Joseph Stalin, Rusia (1878-1953)

Berapa pastinya nyawa yang menjadi korban kebrutalan rezim Joseph Stalin, sulit dihitung. Data resmi menyebut setidaknya 3 juta, yang dieksekusi maupun yang dikirim ke kamp kerja paksa. Mungkin bercampur dengan mereka yang tewas kelaparan akibat kebijakannya. Sejarawan modern menduga,  jumlah kematian antara 15 juta dan 20 juta.

Stalin sendiri relatif panjang umur, mencapai usia 73 tahun. Pada 1 Maret 1953 larut malam, setelah makaman malam dan nonton film bareng para kolega politiknya, Stalin pergi tidur. Namun ia tak pernah muncul dari kamarnya di pagi hari.

Para pengawalnya yang diwanti-wanti untuk tak mengganggu tidurnya salah tingkah, khawatir, tapi tak bernyali membangunkan bosnya. Hingga waktu menunjukkan pukul 22.00 sampai 23.00, para bodyguard akhirnya memberanikan diri mengecek ke dalam kamar.

Apa yang mereka lihat sangat mengejutkan. Stalin ditemukan di lantai, dikelilingi kolam air kencing, menderita stroke  berat, tapi masih bernyawa.

Jarum jam mati yang tergeletak di lantai memberi petunjuk, Stalin jatuh sekitar pukul 06.30. Ia sempat dilarikan ke rumah sakit dan bertahan hidup sampai 5 Maret 1953.

Putrinya, Svetlana menulis detik-detik terakhir Sang Diktator. "Di saat terakhirnya, ia tiba-tiba membuka matanya. Itu pandangan yang menakutkan -- entah gila, marah, atau takut akan kematian...Tiba-tiba dia mengangkat tangan kirinya dan kemudian seperti menunjuk ke suatu tempat. Atau mungkin menunjuk jari pada kami. Momentum berikutnya adalah jiwanya, memisahkan diri dari raga."


2. Francisco Franco, Spanyol (1892-1975)

Francisco Franco memerintah Spanyol sampai kematiannya pada 1939. Ia menekan para penentangnya, membuat kamp konsentrasi politik, dan memerintahkan eksekusi mati pada mereka yang berani menentangnya.

Kesehatan Franco menurun tajam di akhir usia 70-an. Ia pun mundur dari politik.

Diktator itu telah lama berjuang melawan Parkinson, penyakit degeneratif yang menyebabkan masalah saat bergerak.

Pada 30 Oktober 1975 ia jatuh koma. Kehidupannya setelah itu ditopang alat bantu kehidupan sampai 20 November tahun yang sama. Franco meninggal di usia 82 tahun.


3. Mao Zedong, China (1893-1976)

Pemimpin besar komunis China, Mao Zedong juga berhasil mencapai usia 82 tahun. Dan seperti Franco, ia menderita penyakit lama sebelum hari kematiannya.

Kali terakhir ia muncul ke publik adalah pada Mei 1976. Tak pernah jelas apa penyakit Mao sebenarnya. Namun ia diduga menderita Lou Gehrig's atau amyotrophic lateral sclerosis (ALS), degenerasi sel-sel saraf yang mengendalikan gerakan.

Mao mengalami serangan jantung pada 2 September 1976. Selama beberapa hari berikutnya, ia menderita berbagai krisis medis, termasuk nyaris tewas akibat infeksi paru-paru yang memburuk.

Pada 7 September 1976, Ketua Mao jatuh ke dalam koma dan tak pernah bisa bangun. Dokter memasang alat penopang kehidupan, namun Mao meninggal dunia beberapa menit setelah 9 September tengah malam.


4. Francois "Papa Doc" Duvalier, Haiti (1907-1971)

Francois "Papa Doc" Duvalier terpilih jadi Presiden Haiti pada 1957. Ia lantas segera mengkonsolidasikan kekuatannya, mengasingkan lawan-lawannya, mengawasi penyiksaan terhadap para pembangkang politik, dan memerintahkan eksekusi terhadap mereka yang dianggap mengkhianati dirinya.

Praktisi keyakinan Vodoo itu sesekali juga melakukan ritual bersama kepala para korbannya. Duvalier takluk oleh tubuhnya sendiri. Ia mengalami sejumlah masalah kesehatan, termasuk serangan jantung pada 1959. Diabetes kronis dan masalah jantung mengakhiri hidupnya pada 1971.


5. Kim Il-sung, Korea Utara  (1912-1994)

Kim Il-sung dianggap pendiri Korea Utara. Ia menjadi pemimpin pertama negaranya pada 1948 dan mengukuhkan dinasti politiknya. Kini, Korut dipimpin cucunya, Kim Jong-un. [Lihat: Nonton Drama Korea Diganjar Eksekusi Mati di Korut]

Meski sudah meninggal dunia, secara teknis Kim Il-sung masih dianggap presiden -- status kekal yang disandangnya setelah kematiannya pada 1994.

Rezim Kim membuat Korut terisolir dari dunia luar, bahkan sampai saat ini di tengah keterbukaan dan lunturnya jarak berkat teknologi internet.

Pada akhir 1980-an, tumor di lehernya terlihat dalam siaran berita resmi, meski ia mencoba berdiri sedemikian rupa untuk menyembunyikannya dari kamera.

Namun, nyawa Kim melayang akibat serangan jantung. Ia tiba-tiba ambruk pada 8 Juli 1994, lalu meninggal beberapa jam kemudian. Di usia 82 tahun.


6. Augusto Pinochet, Chile (1915-2006)

Augusto Pinochet naik ke tampuk kekuasaan lewat kudeta militer pada 1973. Rezimnya membunuh pembangkang dan menyiksa ribuan warga.

Pinochet mundur secara damai pada tahun 1990 dan menyerahkan kekuasaan kepada pemimpin yang terpilih secara demokratis Patricio Aylwin Azocar. Namun, pelanggaran hak asasi manusia dari masa kekuasaannya kembali menghantuinya. Pinochet menjadi tahanan rumah di Inggris pada 1998 dan baru dibebaskan dan dikembalikan ke Chile 2 tahun setelahnya. Dengan alasan medis. Termasuk demensia ringan.

Pertempuran hukum mewarnai masa tua Pinochet. Pada 3 Desember 2006 --  kurang dari 2 bulan setelah dikenakan 36 dakwaan penculikan, 23 dakwaan penyiksaan, dan 1 dakwaan pembunuhan -- ia mengalami serangan jantung.

Pinochet meninggal dikelilingi keluarganya di ICU pada 10 Desember 2006 akibat edema paru dan gagal jantung kongestif. Ia tak pernah dihukum atas kejahatannya. [Lihat: Bantu Diktator Pinochet dan Abaikan Rakyat, Para Hakim Minta Maaf]


7. Idi Amin, Uganda (1925-2003)

Ratusan ribu orang tewas di Uganda di bawah pemerintahan Idi Amin, yang berkuasa melalui kudeta militer pada tahun 1971. Amin digulingkan dan diasingkan pada tahun 1979. Dia menetap di Jeddah, Arab Saudi, di mana ia tinggal dalam kenyamanan selama bertahun-tahun.

Pada Juli 2003, Idi Amin koma akibat gagal ginjal. Ia meninggal awal Agustus tahun yang sama, didampingi istri kelimanya.

Laporan menyebut, sakitnya itu karena tubuhnya yang membengkak, hingga seberat 220 kilogram.

Tanggal lahir pasti Amin tidak diketahui. Namun, ia diduga meninggal dunia di usia sekitar 80 tahun.


8. Kim Jong-il, Korut  (1941 atau 1942-2011)

Seperti ayahnya, Kim Il-sung, Kim Jong-il memerintah negaranya selama beberapa tahun sebelum mendapat serangan jantung.

Di masa kepemimpinannya, terjadi kelaparan parah yang menewaskan ratusan ribu sampai jutaan warganya.

Kim pernah menderita stroke. Ia dikabarkan sedang berada di kereta api pada tahun 2011 saat jantungnya berhenti berdetak. 'Dear Leader' meninggal di usia 69 tahun.

Kultus kepribadian para pemimpin Korut ditampilkan dalam pemberitaan yang bikin takjub rakyat Korut yang dunianya tertutup, di sisi lain membuat penduduk belahan bumi lainnya mengeryitkan alis. Heran.

Ini misalnya: stasiun televisi Korut melaporkan langit tiba-tiba merah di atas Gunung Paektu, sebuah tempat yang disucikan, saat Kim meninggal dunia. Di waktu bersamaan, dikabarkan es di Danau Chon retak begitu keras. Sampai-sampai suaranya terdengar di langit dan bumi. (Ein)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya