Minim Dokter Bedah Vaskular di Indonesia, Hanya 20 Orang

Jumlah dokter bedah vaskular di Indonesia hanya 20 orang. Padahal belakangan ini, perkembangan bedah vaskular begitu pesat.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 15 Sep 2014, 13:30 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2014, 13:30 WIB
Ilustrasi Dokter
(Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Jumlah dokter bedah vaskular di Indonesia hanya 20 orang. Padahal belakangan ini, perkembangan bedah vaskular begitu pesat. "Jumlah yang 20 orang ini kita genjot agar dalam waktu dekat bisa mengisi seluruh provinsi di Indonesia," kata Dr. Ismon Kusasi, SpB(K)V.

Dalam acara yang mengambil tema 'Peningkatan Peranan Dokter Layanan Primer dalam Penatalaksanaan Kasus Penyakit Vaskular' di Novotel Tangerang, Banten, ditulis pada Senin (15/9/2014), Ketua panitia `5th Indonesian Vascular (Inavasc V) and 1st Indonesian Venous Forum` menjelaskan bahwa keberadaan 20 orang dokter bedah vaskular ini tidak hanya berasal dari Jakarta saja, melainkan juga dari beberapa kota di Indonesia.

"Banten itu saya dan satu-satunya, di Medan ada 1 orang, Palembang baru mau ada, karena sedang pendidikan dan sudah mau selesai. Di Bandung ada 2 dan 1 lagi dalam pendidikan. Selanjutnya di Semarang cuma ada 1, dan di Surabaya tidak ada sama sekali. Sisanya, saya kurang ingat," kata dia menambahkan.

Maka itu, karena bedah vaskular berasal dari dokter bedah umum yang kemudian melakukan praktik dan pengabdian kemudian melanjutkan ke bedah vaskular selama dua tahun, Ismon berharap ada kiriman dari rumah sakit provinsi untuk dididik menjadi pakar dalam hal operasi terbuka (open vascular) dan operasi pembuluh darah melalui pembuluh darah itu sendiri (endovascular).

Dilanjutkan Ismon, Indonesia tidak boleh kalah dari India yang memiliki ribuan dokter bedah vaskular. Padahal, jumlah penduduk di Indonesia lebih banyak dari pada di sana.

"Idealnya menurut saya 1 dokter untuk 500 ribu orang. Itu saja masih kurang sebenarnya," kata dia.

"Mengapa jumlah dokter bedah vaskular di Indonesia hanya 20 orang, karena peminatnya yang kurang. Sebab, biaya pendidikannya dibilang mahal juga tidak, bahkan saya gratis selama mengikuti pendidikan," kata Ismon menerangkan

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya