Studi: Ketergantungan Ganja Juga Dipengaruhi Gen?

Peneliti dari Washington University menemukan kalau kekerasan seksual pada anak juga berhubungan dengan gen dan ketergantungan pada ganja.

oleh Risa Kosasih diperbarui 23 Nov 2015, 12:30 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2015, 12:30 WIB
Enam Fakta Menarik Tentang Ganja yang Perlu Diketahui
Peneliti dari Washington University menemukan kalau kekerasan seksual pada anak juga berhubungan dengan gen dan ketergantungan pada ganja.

Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti dari Washington University menemukan kalau kekerasan seksual pada anak juga berhubungan dengan gen dan ketergantungan pada ganja. Temuan ini diterbitkan dalam Journal of Abnormal Psuchology.


Dikutip dari laman Medical Daily, Senin (23/11/2015) anak yang pernah mengalami kekerasan seksual bisa berkembang menjadi pemakai. "Kami telah lama mengetahui kalau pelecehan seksual tertentu, berkaitan dengan ketergantungan ganja," kata penulis senior dalam studi, Ryan Bogdan, sekaligus asisten dari profesor ilmu psikologi dan otak dalam siaran pers.

"Namun, kami memahami sangat sedikit faktor-faktor perbedaan masing-masing individu (korban) yang membuat mereka rentan atau kuat dalam menghadapi efek (kecanduan) ini," tutur Bogdan lagi.

Untuk penelitian ini, Bogdan dan rekan-rekannya mempelajari 1.558 pengguna ganja di  Australia yang juga korban pelecehan seksual ketika anak-anak. Kemudian para peneliti mempersempitnya berdasarkan Single Nucleotide Polymorphisms (SNP).  Ini adalah salah satu bentuk paling umum dari variasi genetik manusia, yang disebut juga alel.

Peneliti menemukan sebuah pola yang muncul dari SNP korban pelecehan dan level ketergantungan ganja yakni para korban yang punya variasi gen homozigot di alel G, lebih mungkin kecanduan ganja. "Seperti yang kita duga, pelecehan seksual di masa kanak-kanan secara keseluruhan terkait dengan individu-individu yang dalam jumlah besar dengan gejala ketergantungan ganja," kata pimpinan studi Caitlin E. Carey.

"Tapi yang sangat menarik dalam hubungan ini hanya tampak di antara orang-orang dengan dua salinan alel G yang lebih umum. Orang-orang dengan setidaknya punya satu salinan alel A yang kurang umum tidak menunjukkan pola ini. Sehingga data ini menunjukkan bahwa alel A dapat memberikan beberapa semacam ketahanan terhadap ketergantungan," tutur Carey.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya