Liputan6.com, New York- Penyintas (survivor) Ebola dokter Ian Crozier bukan satu-satunya yang memiliki masalah pada mata usai dinyatakan bebas dari virus mematikan ini. Belum lama ini penyintas Ebola lain, dokter Richard Sacra mengalami hal serupa.
Dokter Richard terinfeksi Ebola tahun lalu saat virus ini saat bekerja di Liberia membantu para pasien Ebola. Ia segare mendapatkan pengobatan dan dibawa ke Amerika Serikat pada September 2014. Sebulan kemudian dinyatakan bebas dari Ebola.
Baca Juga
Namun setelah dua minggu keluar dari rumah sakit, Richard melaporkan keluhan di matanya. Mulai dari kehilangan penglihatan, nyeri, merah, dan sangat peka terhadap cahaya pada mata kirinya. Setelah diperiksa ternyata terjadi sedikit pembengkakan pada kornea dan ada sel darah putih di iris matanya. Dokter Richard kemudian diobati kortikosteroid topikal.
Sayangya itu tak cukup, ia pun diberikan kortikosteroid oral bernama prednisone. Kira-kira seminggu kemudian kondisinya membaik. Pada Maret 2015 kondisi penglihatannya benar-benar membaik.
Advertisement
Berdasarkan kasus ini, peneliti berharap adanya pengembangan standar untuk mengindentifikasi dan mengobati masalah mata pada para penyintas Ebola.
"Ada banyak penyintas Ebola, dan kami melihat jumlah signifikan pada masalah mata. Jika bisa mengetahui masalah lebih awal kita bisa mencegah kejadian yang tidak diinginkan pada pada penglihatan," terang peneliti studi sekaligus dokter mata yang merawat dokter Richard dari University of Massachusetts Medical School, Amerika Serikat, dokter Olga Ceron.
Dokter Ceron pun khawatir dokter Sacra masih bisa menyebarkan virus Ebola melalui matanya. Meski tes membran bagian depan mata dan bagian dalam kelopak mata hasilnya negatif Ebola seperti dikutip laman Live Science, Jumat (27/11/2015).
Â