10 Pertanda Anak Balita Anda Terserang Penyakit ADHD

Para orangtua harus mewaspadai gejala-gejala ADHD yang mungkin dialami anak berusia balita mereka.

oleh Tassa Marita FitradayantiAdanti Pradita diperbarui 18 Sep 2016, 14:00 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2016, 14:00 WIB
balita
ilustrasi balita (foto: todaysparent)

Liputan6.com, Jakarta Anak merupakan suatu berkah bagi para orangtua. Namun ancaman kesehatan pada psikis dan juga fisik pada anak begitu banyak sehingga orangtua harus selalu waspada akan kondisi mereka setiap harinya.

Salah satu ancaman yang kerap menyerang anak khususnya mereka yang masih tergolong balita adalah gangguan kesehatan mental yang dikenal dengan sebutan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Gangguan kesehatan mental ini terjadi lantaran sang anak kesulitan berkonsentrasi, mengontrol sifat impulsif, daya ingat dan juga tidak bisa diam.

AHD sangatlah berbahaya karena jika tidak diatasi lebih awal, akan terbawa hingga dewasa. Selain itu, kondisi gangguan mental yang umumnya dialami anak balita ini juga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap akademiknya.

Kesulitan berkonsentrasi akan membuatnya susah menangkap ilmu yang ia pelajari di sekolah dan juga menimbulkan konflik tersendiri di dalam dunia sosialnya.

Mengetahui dampaknya begitu buruk, para orangtua dihimbau untuk mendeteksi perilaku anak yang mungkin bisa menjadi gejala terjangkitnya penyakit ADHD pada mereka.

Ini tentunya bukan hal yang mudah karena penyakit ADHD sudah menjadi kondisi umum yang dialami sekitar 40% anak usia balita. Statusnya yang kian berubah menjadi ‘umum’ membuat para orangtua sulit membedakan anak normal dengan yang memiliki kondisi ADHD.

Walau terkesan sulit membedakan perilaku anak dari yang normal dengan yang memiliki kondisi ADHD, orangtua tidak boleh langsung menyerah begitu saja.

Ada sepuluh tanda-tanda umum yang bisa menjadi alat bantu mereka untuk deteksi potensi gejala ADHD pada sang anak.

Berikut 10 perilaku ‘mencurigakan’ pada anak yang patut Anda perhatikan, seperti dilansir dari Live Science, Minggu (189/2016):

-Secara konstan suka memanjat atau melakukan aktivitas serupa yang membahayakan keselamatannya, bahkan ketika sudah diperintahkan untuk tidak melakukannya

2. Gerakan yang dilakukan berulang kali atau secara repetitif, seperti memantulkan lututnya secara terus-menerus, ketidakmampuan untuk duduk tanpa menggeliat, atau kaki yang kerap menjadi gelisah saat berdiam dalam satu posisi terlalu lama

3. Berlari atau bergerak begitu cepat sehingga sagat mungkin  mengakibatkan cedera serius

4. Kesulitan melompat dengan mengandalkan hanya salah satu kakinya

5. Ketidakmampuan untuk bermain tanpa berkelahi dengan orang lain, serta tingkat agresif-nya yang tinggi, sehingga perlu membantu anak atasi situasi tersebut

6. Menjadi lebih keras wataknya dan berisik dibandingkan teman-teman sebayanya

7. Sering berteman dengan orang asing adanya perasaan waspada

8. Rasa takut yang tergolong rendah

9. Ketidakmampuan untuk fokus selama lebih dari beberapa menit

10. Menolak untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang memerlukan perhatian anak, selama lebih dari satu atau dua menit

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya