Liputan6.com, Jakarta Ibu yang pernah mengalami baby blues usai melahirkan anak pertama punya risiko mengalami kondisi yang sama di persalinan yang kedua dan seterusnya. Terlebih bila kondisi yang dialami ibu sama saat melahirkan anak pertama kali.
Misalnya pada saat melahirkan anak pertama kondisi yang dialami kurang persiapan dan tidak mendapat dukungan keluarga. Bila usai melahirkan anak kedua masih saja kondisinya sama, risiko ibu mengalami baby blues masih ada.
Baca Juga
"Untuk mengurangi risiko baby blues, harus dicari situasi apa yang bisa menyebabkan baby blues. Kalau sudah tahu kemudian diperbaiki, risikonya berkurang," kata psikolog Lembaga Psikologi Terapan UI, Vera Itabiliana, dalam peluncuran komunitas Orami Birth Club di Jakarta, Rabu (6/12/2017).
Advertisement
Â
Saksikan juga video menarik berikut:
Â
Apa itu baby blues?
Baby blues merupakan sebuah kondisi ketika ibu baru melahirkan merasakan uring-uringan, mudah tersinggung, gampang menangis, merasa tidak sanggup menjadi ibu yang baik. Namun, baby blues merupakan sebuah kondisi yang lumrah terjadi karena dialami oleh banyak ibu.
"Bila ibu mendapatkan dukungan atau support system, kondisinya bakal lebih baik," kata Vera.
Biasanya baby blues terjadi di hari-hari pertama melahirkan. Umumnya berlangsung 1-2 minggu, paling lama satu bulan.
Ibu hamil rentan terkena baby blues karena beragam faktor. Pertama, perubahan dari hamil kemudian melahirkan.
"Secara fisik berubah, lalu kehilangan kebebasan. Ada juga faktor hormonal yang berubah," kata Vera.
Selain itu, ibu baru melahirkan juga berekspektasi yang indah-indah saat memiliki anak. Dan ternyata saat dijalani, ekspektasi tidak sesuai dengan realita.
Â
Advertisement