Liputan6.com, Jakarta Figur dokter yang sekaligus seorang tentara berpangkat Letkol CKM (Corps Kesehatan Militer) ini menyelesaikan pendidikan kedokteran spesialisnya di Departemen Spesialis Radiologi di Universitas Airlangga, Surabaya, setelah menyelesaikan pendidikan kedokterannya di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Baca Juga
Sosok penggemar makanan lontong balap dan tahu campur ini memang memiliki cita-cita untuk menjadi seorang dokter dari masa kecilnya. Gayung bersambut dirinya mendapatkan beasiswa sehingga berkesempatan melakukan pencapaian cita-cita pengabdiannya kepada dunia kedokteran.
Advertisement
Yang melatarbelakangi dirinya untuk mengambil spesialisasi radiologi pada saat itu karena untuk tujuan mengembangkan ranah radiologi intervensi yang kebetulan pada saat itu belum berkembang. Radiologi intervensi adalah bidang kedokteran yang menggunakan alat pencitraan (imaging) guna memasukkan alat ke tubuh pasien melalui lubang alamiah maupun buatan untuk penanganan kasus pembuluh darah, syaraf dan tumor maupun lainnya.
Dokter murah senyum kelahiran kota Yogyakarta ini mengklaim pada saat ini radiologi intervensi di Indonesia lebih hebat dari Eropa, apalagi dibandingkan dengan Singapura yang masih dalam tahap berkembang.
Pro dan Kontra
Hal ihwal dirinya tertarik lebih jauh mendalami radiologi intervensi adalah ketika pada tahun 2001, Ketika dirinya mendapati pasien wanita dengan kasus kanker di leher dan kepala yang ia tangani berangsur membaik. Bahkan belakangan diketahui satu bulan kemudian setelah penanganan pasien wanita tersebut hamil.
Dokter yang sempat ditugaskan di Bali dan Lombok pasca kelulusan pendidikan kedokterannya di tahun 1990 ini selain bertugas di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto juga berpraktik di Rumah Sakit Gading Pluit. Kini tidak sedikit ia diundang untuk mengisi simposium maupun untuk melakukan tindakan intervensi di dalam ataupun di luar negeri.
Meskipun demikian, dokter yang hobinya menyanyi kala melakukan tindakan penanganan pada pasien ini beberapa bulan lalu sempat muncul di beberapa media dengan figur yang diperkenalkan sebagai dokter ‘penyembuh stroke’ melalui terapi cuci otaknya (brain washing). Tak ayal muncul pro dan kontra, baik dari ranah medis maupun non-medis.
Dalam kesempatan pertemuan dengan Klikdokter.com beberapa waktu lalu di RSPAD Gatot Soebroto, dokter Terawan memperlihatkan gambar yang ditunjukkan di layar komputer ditunjukkan gambar sebelum dan sudah ‘cuci otak’.
“Semua yang ada disini (fasilitas) adalah milik rakyat. Saya asalnya dari rakyat. Berjuang ya untuk rakyat. Dan yang ingin saya persembahkan ya untuk rakyat. Diluar konteks pro dan kontra itu biasa. Tapi memang perkembangan ilmu pengetahuan akan memunculkan pro dan kontra. Dan itu menarik, karena membuat saya semakin mempertanggungjawabkan setiap keilmuan saya,” ujar dokter Terawan kepada Klikdokter.com.
Letkol CKM dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad(K)NamaLetkol CKM dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad (K)
Lahir : Yogyakarta, 5 Agustus 1964
Pendidikan: Sarjana Kedokteran FK Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Program Kedokteran Spesialis Radiologi Universitas Airlangga, Surabaya
Anggota Keluarga:
Ester Dahlia (Istri)
Abraham Apriliawan (Anak)
Praktik : RSPAD Gatot Subroto Jakarta, RS Gading Pluit, Kelapa Gading Jakarta.
Sumber : Klikdokter
Advertisement