Ketahui 3 Jenis Terapi untuk Atasi Kecanduan

Terapi oleh pakar membantu tingkat kecanduan seseorang terhadap sesuatu berkurang.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 08 Jul 2018, 11:00 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2018, 11:00 WIB
Ilustrasi Psikolog - Psikologi (iStockphoto)
Ilustrasi terapi kecanduan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Kecanduan atau ketergantungan terhadap sesuatu misalnya gim online memerlukan terapi yang disebut psikoterapi. Lewat psikoterapi, tingkat kecanduan seseorang bisa berkurang.

Dokter spesialis kesehatan jiwa, Kristiana Siste dari Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan ada tiga jenis terapi yang digunakan para praktisi psikiatri untuk menangani kasus adiksi atau kecanduan ini yakni:

1. Cognitive Behavior Therapy (CBT)

Orang yang memiliki ketergantungan terhadap sesuatu, dia sudah mempunyai pola pikir tertentu. Untuk itu, CBT digunakan untuk memodifikasi pikiran-pikiran negatif agar dapat disubstitusi dengan pola pikir yang lebih positif.

“Dia kan sudah punya pikiran bahwa dengan main game saya senang, kalau saya mau senang saya harus game. Nah, untuk memodifikasi pikirannya, kita ganti menggunakan metode ini”, ujar Siste mengutip rilis dari Sehat Negeriku, Minggu (8/7/2018).

 

Saksikan juga video menarik berikut:

 


2. Motivational Interview (MI)

Ilustrasi Psikolog - Psikologi (iStockphoto)
Ilustrasi terapi kecanduan (iStockphoto)

 

Metode ini lebih cocok bagi pasien para remaja dan dewasa muda. Mengingat pengambilan keputusan (otonomi) dalam terapi sepenuhnya ada di tangan pasien.

3. Terapi Perilaku

Metode ini dilakukan dengan cara memodifikasi lingkungan untuk menurunkan motivasi pasien untuk menghambat ketergantungannya. Salah satu contohnya, untuk pasien yang kecanduan gadget dan internet, perlu membuat aturan misalnya menggunakan gawai hanya di area keluarga atau tidak ada jaringan WIFI di kamar.

Ditambahkan oleh dokter Eva Suryani, SpKJ pada pasien dengan co-morbid, misalnya dengan gangguan kecemasan atau depresi dilakukan dengan pendekatan pengobatan.  “Selain psikoterapi dengan farmakoterapi dengan obat-obatan tergantung gejala yang dialami,” kata Eva.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya