Glaukoma, Penyebab Kebutaan Kedua di Dunia

Glaukoma menjadi penyebab kebutaan kedua setelah katarak.

oleh Benedikta DesideriaGiovani Dio Prasasti diperbarui 14 Sep 2019, 09:07 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2019, 09:07 WIB
Ilustrasi gejala hipertensi mata buram
Ilustrasi glaukoma (Sumber: Istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Teka-teki penyebab Thareq Kemal Habibie menggunakan penutup mata sebelah terungkap. Putra kedua alhmarhum BJ Habibie ini mengenakan penutup mata karena penyakit glaukoma.

Menurut penuturan kakak, Ilham Habibie, sang adik terkena penyakit glaukoma yang merusak retina mata. Kondisi ini terjadi karena diabetes bertahun-tahun sebelumnya. Hingga saat ini belum ada pengobatan untuk kasus ini.

"Itu tidak bisa digantikan, dengan teknologi hari ini tidak bisa, sekali rusak selalu rusak, belum ada metode pengobatannya," kata Ilham di Jakarta, Jumat (3/9/2019) seperti dilansir Antara.

Apa itu glaukoma?

Glaukoma adalah penyakit pada mata berupa penurunan lapang pandang karena ada peningkatkan tekanan pada bola mata. Kondisi ini menyebabkan kerusakan pada saraf mata dan mengakibatkan kebutaan seperti disampaikan dokter Karunia Ramadhan dari Klikdokter.

Peningkatan tekanan di dalam bola mata terjadi karena ketidakseimbangan antara produksi dan pembuangan cairan di bola mata. Sehingga merusak jaringan-jaringan saraf halus yang ada di retina dan belakang bola mata.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Glaukoma Penyebab Kebutaan Kedua di Dunia

Penyakit Mata Glaukoma
Penyakit Mata Glaukoma (sumber: iStockphoto)

Menurut laman resmi WHO, glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua di dunia sesudah katarak.

Ketika sudah terkena glaukoma memang tidak bisa disembuhkan seperti disampaikan dokter spesialis mata Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kirana, Astrianda Suryono.

Kebutaan akibat katarak bisa dioperasi selama tidak ada kelainan saraf. Sementara, glaukoma merusak saraf mata sehingga kebutaan akibat masalah tersebut tidak bisa disembuhkan.

"Kecuali suatu hari kita bisa mengubah gen-nya atau terapi genetika sehingga gen-nya hilang sehingga bisa mengobati kerusakan pada saraf mata, maka itu mungkin bisa. Sekarang belum ada arah ke situ," kata Tria kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu.


Pencegahan

Kondisi glaukoma bisa terjadi secara genetik atau karena obat-obatan tertentu. Maka dari itu, pencegahan dengan mengetahui faktor risiko dan skrining haruslah dilakukan.

Menurut Tria, ada kondisi-kondisi tertentu seperti glaukoma kongenital yang sulit untuk dicegah. Walaupun begitu, pada orang dewasa, dengan mengetahui faktor risiko seperti riwayat keluarga bisa sangat membantu mencegah glaukoma primer.

"Mengetahui kalau misalnya ada riwayat keluarga, kakek nenek atau yang berhubungan darah memiliki glaukoma bisa dicegah dengan pemeriksaan rutin kalau umur sudah di atas 40," kata Tria.

Tria merekomendasikan seseorang untuk memeriksakan mata dua tahun sekali jika berusia lebih muda. Sementara, di usia yang sudah semakin tua, pemeriksaan bisa dilakukan satu tahun sekali. Hal ini untuk memastikan apakah kita memiliki faktor risiko glaukoma atau tidak meskipun ada keluarga yang terkena kondisi tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya