Liputan6.com, Jakarta - Saat dunia semakin berkembang, teknologi kian maju, ada satu hal yang tetap stabil, yaitu orang terus jatuh cinta dan menikah. Bahkan saat kondisi pandemi COVID-19 seperti saat ini, permohonan izin menikah justru melonjak di Amerika Serikat pada laporan bulan Februari dan Maret 2020.
Sejumlah survei menemukan bahwa orang yang menikah, pada umumnya, lebih bahagia daripada orang yang belum menikah. Tapi mungkin banyak yang sudah tahu bahwa menjalani hubungan setelah menikah tidaklah sederhana itu.
Baca Juga
"Hubungan cinta kita terus berkembang," kata peneliti senior di Kinsey Institute, Helen Fisher, PhD, sekaligus merupakan penulis Anatomy of Love.
Advertisement
Lalu ia pun memberikan kiatnya dalam menjalani hubungan untuk menjaga kebahagiaan selamanya bahkan setelah melewati pernikahan dan membaginya dalam empat fase.Â
1. Masa penuh gairah
Satu atau dua tahun pertama suatu hubungan ditandai oleh beberapa suasana menggairahkan, seperti melamun tentang pasangan, melihat sisi terbaik dalam dirinya (ini berdasarkan studi gambaran kondisi otak ketika sedang jatuh cinta, yang kondisi korteks prefrontal ventromedial, salah satu wilayah otak, menjadi tidak normal ketika sedang jatuh cinta), dan berhubungan seks.
"Stimulasi genital memicu dopamin dan orgasme yang membanjiri tubuh dengan oksitosin dan vasopresin, yang meningkatkan keterikatan. Campuran itu mendorong perasaan cinta yang agak obsesif," jelas Fisher.
Kesalahan umum:
Menurut pendiri dan direktur klinis dari Growing Self Counseling and Coaching di Denver, Lisa Marie Bobby, PhD, saat otak dibajak oleh bahan kimia cinta, mudah untuk melewatkan tanda bahaya. "Jika Anda sangat ingin menemukan pasangan hidup, Anda mungkin tergoda untuk mengabaikan perbedaan nilai atau masalah apapun, bahkan kesehatan mental tentang pasangan Anda," kata Bobby.
Maka dari itu, Bobby menyarankan untuk setidaknya memikirkan apa yang Anda inginkan dalam hubungan agar bertahan lama, seperti mengidentifikasi kesepakatan untuk membantu Anda tetap berkomitmen pada kebutuhan Anda sendiri, termasuk kebutuhan pasangan.
Kebiasaan yang bermanfaat: Tingkatkan keterampilan komunikasi Anda, kata Camille Lafleur, PhD, asisten profesor pernikahan dan terapi keluarga dalam program pascasarjana di Oklahoma Baptist University di Shawnee.
Sebelum Anda melakukan percakapan, tulis pesan utama yang ingin Anda sampaikan. Cobalah untuk tidak terburu-buru ketika Anda berbicara.
"Bagikan satu atau dua pemikiran sekaligus, kemudian berhenti sejenak untuk melihat apakah pasangan Anda memahami maksud Anda yang sebenarnya, dan benar-benar mendengarkan tanggapannya. Mendengarkan dan didengarkan adalah hal mendasar untuk hubungan yang bahagia," kata Lafleur.
Â
Simak Video Berikut Ini:
2. Masa ingin berkomitmen
Setelah beberapa tahun saling mengenali pasangan, mungkin euforia seperti saat awal-awal berkenalan dapat berkurang sedikit. Sebagai gantinya ada sesuatu yang lebih baik, yaitu timbul kepercayaan.
"Anda mengungkapkan rahasia, harapan, dan impian Anda, yang membangun keintiman," kata Bobby.
Saat Anda berbagi setiap aspek kehidupan Anda, Anda menjadi lebih memahami satu sama lain dengan lebih jelas dan menjadi peduli lebih dalam.
Kesalahan umum: Setelah beberapa waktu bersama, Anda mungkin melihat hal-hal tentang pasangan yang tudak Anda sukai atau sebaliknya. Sangat mudah untuk merasa kecewa karena Anda memiliki ekspektasi memiliki belahan jiwa yang sempurna atau hubungan yang tidak ada masalah, kata Lafleur.
Pada kenyataannya, semua hubungan pasti memiliki hal baik dan buruk. Anda bisa mengatasinya dengan berkomunikasi, seperti apakah perilaku atau pola ini sesuatu yang dapat diatasi dan jika ya, bagaimana?
Lafleur mengatakan apabila Anda mampu mengatasinya maka akan memperdalam kepercayaan Anda satu sama lain.
Kebiasaan bermanfaat: Ingatkan diri Anda tentang hal-hal yang Anda kagumi tentang pasangan Anda.
"Pada awalnya, Anda mungkin menyukai spontanitas dan kreativitasnya, tetapi mungkin akan ada saat sifat tersebut justu membuat Anda frustasi," kata Bobby.
Penelitian Fisher menunjukkan bahwa pasangan dalam hubungan jangka panjang yang bahagia secara alami meminimalkan apa yang tidak mereka sukai dari pasangannya dan lebih fokus pada apa yang mereka sukai.
Â
Advertisement
3. Masa terombang-ambing
Setiap pasangan memiliki konflik dan itu biasanya menyerang selama masa-masa sulit, seperti tuntutan pekerjaan, tekanan finansial tinggi, atau Anda tengah membesarkan anak, kata Fisher.
"Terlepas dari apa yang Anda pertengkarkan, inti dari setiap konflik adalah tema yang serupa, yaitu merasa tidak diperhatikan, tidak dihargai, atau direndahkan," kata Bobby.
Bantu pasangan Anda memahami alasan mendasar mengapa Anda kesal, dapat mengurangi konflik.
Seorang terapis pernikahan dan keluarga dan seksolog klinis di West Hartford, Connecticut, Amanda Pasciucco menyarankan agar Anda bisa mengatakan seperti, "Aku marah sama kamu karena kamu pergi keluar dengan teman-temanmu alih-alih membantuku berkeliling rumah. Sampai aku punya pemikiran apakah kamu tidak peduli lagi sama aku."
Kesalahan umum: Anda perlu berhati-hati agar jangan sampai menunjukkan penghinaan, melontarkan pandangan mengejek, menunjukkan kurangnya rasa hormat, dan sebagainya. Itu juga fondasi untuk membangun hubungan yang sehat, kata Eva Van Prooyen, seorang terapis pernikahan dan keluarga di Santa Barbara, California.
Penelitian menunjukkan bahwa penghinaan adalah satu-satunya prediktor terpenting dari perceraian.
Kebiasaan yang bermanfaat: Praktikkan kebaikan.
Berikan pasangan Anda kejutan dengan hadiah kecil, bantu mengerjakan tugas, atau habiskan waktu bersama melakukan sesuatu yang ia sukai.
"Kebaikan yang diberikan tanpa menduganya, memicu sistem penghargaan otak, yang terkait dengan cinta romantis," kata Bianca Acevedo, PhD, seorang peneliti psikologi di University of California, Santa Barbara.
Anda juga bisa mengucapkan beberapa hal baik kepada pasangan Anda setiap hari, tambah Fisher. "Ini menurunkan kortisol mereka dan kortisol Anda," katanya.
4. Masa kesetiaan
Para peneliti di Pennsylvania State University dan Brigham Young University menemukan bahwa kualitas perkawinan meningkat setelah 20 tahun. Meskipun aktivitas bersama berkurang dalam dua dekade pertama, pasangan yang sudah lama bahagia mulai melakukan lebih banyak hal menyenangkan bersama lagi, seperti mengunjungi teman dan berjalan-jalan. Perselisihan juga menurun.
Kesalahan umum: Kebosanan bisa mengendap.
"Setelah bertahun-tahun, pasangan sering kali merasa nyaman, tetapi mereka mungkin juga bosan sampai memilih menjalani hidup terpisah," kata Acevedo.
"Untuk menghubungkan kembali dan membangkitkan kembali kegembiraan dan gairah, lakukan hal-hal baru bersama, baik itu mengikuti kelas memasak atau kelas menari atau melakukan perjalanan hiking. Pengalaman baru dapat menghidupkan kembali percikan cinta."
Kebiasaan yang bermanfaat: Ingatlah untuk sering menyentuh satu sama lain.
"Berpegangan tangan di bawah meja makan, berjalan bergandengan tangan, cium, pelukan, bersantai bersama di sofa sambil menonton TV, berhubungan seks. Mempertahankan hubungan fisik adalah salah satu cara terbaik untuk mempertahankan perasaan cinta dan keterikatan," kata Fisher.
Infografis Kekerasan dalam Pacaran
Advertisement