Liputan6.com, Jakarta - Dalam setiap napas perjuangan dakwah, harapan adalah bahan bakar yang tak tergantikan. Begitu pesan yang disampaikan ulama kharismatik asal Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha.
Menurutnya, agama Islam bukan dijaga oleh orang-orang yang sempurna, melainkan oleh mereka yang terus punya harapan kepada rahmat Allah.
Gus Baha menceritakan kisah nyata yang menyentuh. Ada seorang ayah yang hidupnya dikenal sebagai orang fasik, namun tetap menasihati anak-anaknya agar tidak mengikuti jejak buruknya. Nasihat sederhana itu justru menjadi bentuk rojak—rasa harap yang kuat kepada rahmat Allah.
Advertisement
Menurut Gus Baha, nasihat seperti itu menunjukkan bahwa dalam hati seorang yang penuh dosa pun masih tersimpan cahaya keinginan untuk perubahan dan kebaikan. Itulah yang menjadi dasar kuat tegaknya agama, harapan yang tak pernah padam.
Ulama ahli tafsir itu menegaskan, agama ini tidak berdiri di atas orang-orang yang merasa suci, tapi pada orang-orang yang percaya bahwa dirinya bisa berubah menjadi lebih baik. Yang menggerakkan agama bukan kesempurnaan, tapi keyakinan akan kemungkinan untuk berubah.
“Yang menghidupkan agama ini adalah limang kana yarju, orang-orang yang masih punya harapan,” kata Gus Baha dalam sebuah pengajiannya di Rembang.
Ia menegaskan, dalam Islam, keputusasaan adalah musuh besar. Bahkan dalam keadaan seburuk apa pun, selagi seseorang masih berharap pada ampunan Allah, maka masih terbuka pintu kebaikan baginya.
Dirangkum Liputan6.com, Sabtu (19/04/2025), dari tayangan video di kanal YouTube @khidmatumatchannel9230, Gus Baha mengulas bagaimana peran rojak dalam sejarah dakwah Rasulullah SAW.
Dalam satu momen yang sangat bersejarah, ketika Rasulullah dihina dan dilempari batu di Thaif, malaikat penjaga gunung menawarkan untuk menghancurkan kota tersebut. Namun Rasulullah menolak.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Agama Digerakan Oleh Orang yang Tak Pernah Kehilangan Asa
Gus Baha mengutip ayat Al-Qur'an,
“اللَّهُمَّ اهْدِ قَوْمِي فَإِنَّهُمْ لا يَعْلَمُونَ”
“Allahumma ihdi qawmi fainnahum la ya’lamun”
Artinya: Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku karena mereka tidak tahu.
Kata Gus Baha, Rasulullah tetap berharap meskipun tahu yang dihadapinya adalah orang-orang kafir. Harapannya tidak kepada mereka yang sedang menolak dakwah, tapi kepada generasi setelahnya.
“Kalaupun bapaknya kafir, saya berharap anaknya tidak kafir,” ujar Gus Baha mengutip sikap Rasulullah saat peristiwa Thaif.
Dari situ, Gus Baha menyimpulkan bahwa agama ini digerakkan oleh orang-orang yang tidak pernah kehilangan asa, bukan oleh mereka yang merasa paling benar dan memandang rendah yang lain.
Ia mengingatkan agar umat Islam tidak merasa lebih baik dari orang lain, terutama mereka yang masih dalam proses mencari cahaya kebenaran.
Rasa harap, menurut Gus Baha, adalah bukti keimanan yang hidup. Bahkan dosa besar bisa terkikis jika disertai dengan harapan tulus untuk kembali kepada Allah.
“Orang yang rusak tapi masih punya rojak, lebih baik daripada orang yang merasa suci tapi sombong,” ujar Gus Baha.
Dalam pengajian itu, Gus Baha juga menyentil cara sebagian orang yang mudah mencaci pendosa tanpa memberi ruang perbaikan bagi mereka.
Advertisement
Tetap Buka Pintu dan Jalan Taubat
Ia mendorong umat Islam agar tetap membuka jalan taubat bagi siapa pun, karena tidak ada manusia yang luput dari kesalahan.
Gus Baha mengajak semua jamaah untuk memperbanyak rasa harap kepada Allah, karena dengan itulah agama ini tetap hidup di tengah gempuran zaman.
Menurutnya, keikhlasan dan harapan yang terus menyala adalah kekuatan sejati umat Islam dalam menghadapi tantangan dakwah dan kehidupan.
Ia menekankan bahwa meskipun seseorang tampak buruk di mata manusia, namun jika hatinya masih punya harapan, maka itu cukup menjadi alasan bagi Allah untuk memberi rahmat.
Gus Baha juga mengingatkan bahwa harapan bukan berarti menunda taubat, melainkan menjadikan rasa ingin berubah sebagai bagian dari ibadah yang besar nilainya.
Di akhir ceramahnya, Gus Baha berpesan agar umat Islam tidak mudah berputus asa, karena harapan adalah cahaya yang akan menuntun kepada perubahan dan rahmat Allah yang tak terhingga.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
