Liputan6.com, Jakarta - Mendengkur merupakan salah satu indikator adanya gangguan tidur. Gangguan tidur ini dapat menyebabkan penurunkan kualitas tidur seseorang. Kualitas tidur yang buruk, ternyata dapat mengganggu aktivitas di siang hari.
Dr. dr. Fauziah Fardizza, Sp.THT-KL(K) Staff Departemen divisi THT Laring Faring RSCM, mengungkapkan mendengkur bukan berarti seseorang sedang tidur lelap, diam ditengah mendengkur merupakan indikator behenti napas, dan anak yang tidur dengan keadaan menganga bukan berarti tidurnya sangat nyenyak.
Baca Juga
Gangguan ini sering diabaikan oleh banyak orang karena hanya terjadi ketika seseorang sedang tertidur saja, tidak ketika sedang terjaga atau dalam keadaan sadar.
Advertisement
Saat mendengkur, proses pernapasan seseorang sedang mengalami gangguan di jalan napas atas ketika terlelap.
“Ketika udara masuk dari hidung menuju nasofaring (tenggorokan bagian atas, terletak di belakang hidung, di balik langit-langit rongga mulut), udara akan menggetarkan langit-langit lunak melalui celah sempit,” ujar dokter Fauziah, di acara Webinar Awam: World Sleep Day - Edukasi Tidur, ditulis Minggu (21/03/2021).
Saluran pernapasan yang mengalami penyempitan ini akan mengeluarkan suara mendengkur. Apabila seseorang mendengkur dengan teratur dan memiliki ritme yang jelas, artinya tidak ada masalah napas yang terjadi akibat celah sempit. Perbedaan lokasi penyempitan juga menyebabkan bunyi mendengkur berbeda-beda.
“Lokasi penyempitan yang berbeda menyebabkan bunyi mendengkur juga berbeda-beda, misal sempitnya di langit-langit, atau di hidung maka bunyinya akan berbeda,” lanjut dokter Fauziah.
Tetapi, bila tiba-tiba suara mendengkur hilang dan berhenti itu merupakan tanda dari berhenti napas. Orang yang mengalami henti napas, mengalami kondisi yang sama dengan mendengkur, yakni adanya penyempitan jalur pernapasan. Penyempitan ini berakhir pada tertutupnya jalur napas yang mengakibatkan napas akan berhenti.
Jalur pernapasan yang tertutup, membuat otak memberikan sinyal bahwa tubuh mengalami kekurangan oksigen. Sehingga, orang yang mengalami henti napas akan terbangun dari tidurnya. Terbangun ditengah tidur ini terjadi berulang-ulang sepanjang malam. Kondisi demikian, dapat mengganggu kegiatan seseorang di siang hari hingga menurunkan kualitas hidup seseorang.
“Hal ini berkaitan dengan penurunan kadar oksigen, penderitanya akan terbangun ketika tidur berulang-kali dalam satu malam. Sehingga, tidurnya akan terputus-putus. Ini akan mengganggu sistem tubuh dan membuat kantuk berlebihan disiang hari. Kantuk berlebihan akan membuat kualitas hidup yang buruk bagi penderitanya, mengganggu konsentrasi, cepat lupa, juga meningkatkan angka kecelakan apabila mengantuk ketika sedang menyetir,” pungkas dokter Fauziah.
Penulis: Rissa Sugiarti
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Infografis 3 Manfaat Tidur Cukup Cegah Risiko Penularan COVID-19
Advertisement