Liputan6.com, Wonosobo - Pandemi COVID-19 mengakibatkan terjadinya ledakan angka kehamilan yang tidak direncanakan di Indonesia. Ini disebabkan banyaknya ibu yang tidak bisa ber-KB lantaran takut ke klinik, tapi di sisi lain tak memeroleh edukasi yang cukup.
Alasan tersebut yang mendorong DKT Indonesia menginisiasi Kampoeng Andalan. Pada 2021, program yang telah memasuki tahun ke-2 dilaksanakan di Desa Butuh, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Baca Juga
"Kenapa di desa? Karena di desa pada waktu itu (tahun lalu) angka COVID-19 tidak setinggi di kota. Jadi, kita tahu bahwa desa itu juga penting sekali untuk mengetahui edukasi dan awareness tentang keluarga berencana," kata Marketing Manager DKT Indonesia, Cut Vellayati kepada Health Liputan6.com di Wonosobo pada Sabtu, 20 November 2021.
Advertisement
Melalui Kampoeng Andalan, DKT Indonesia mengadakan pelayananan KB gratis bagi para ibu selama satu bulan. Cut menyebut langkah tersebut sebagai pancingan.
"Kenapa sebagai pancingan? Kita harap, kita memermudah mereka dulu untuk ke bidan. Setelah itu mereka bisa mendiskusikannya ke bidan, metode apa yang tepat karena KB itu ada yang suntik, pil, IUD," katanya.
Adapun yang menjadi target adalah para ibu yang belum mengetahui tentang KB, takut untuk ber-KB, dan khawatir jika melakukan KB.
Sebab, ketika menginisiasi Kampoeng Andalan, DKT Indonesia memeroleh fakta di lapangan bahwa banyak Kaum Hawa yang tidak bisa memutuskan apakah harus ber-KB atau tidak. Keputusan ada di tangan suami atau ibunya. Sehingga butuh informasi lebih banyak lagi mengenai KB.
"Tanya ibunya Alhamdulillah kalau ibunya tahu. Kalau ibunya tidak tahu, apalagi suaminya, ke mana lagi tempat mereka bertanya. Jadi, kita harap, bidan sebagai salah satu sumber informasi bisa diandalkan untuk ibu-ibu ini," kata Cut.
"Jadi, Kampoeng Andalan ini untuk memertemukan aparatur desa, masyarakat, dan juga bidan sebagai tenaga kesehatan yang sangat diandalkan di desa. Kami men-support sebagai swasta. Kami sama-sama punya tanggung jawab menekan angka kehamilan yang meledak selama pandemi COVID-19," Cut menambahkan.
Meski targetnya yang belum pernah ber-KB, tak lantas para ibu yang sudah KB tapi putus di tengah jalan tidak boleh ikut. Pemberian layanan KB suntik gratis dilaksanakan selama satu bulan, terhitung sejak Sabtu, 20 November 2021.
"Dengan adanya bidan yang bisa mengedukasi mereka, siapa tahu di antara ibu-ibu yang sudah ber-KB ini ada yang mau ganti. Dari yang semula pil atau suntik, mengubahnya jadi IUD," kata dia.
Kampoeng Andalan di Desa Butuh, Wonosobo
Lebih lanjut Cut, mengatakan, DKT Indonesia memilih Desa Butuh untuk pelaksanaan Kampoeng Andalan disebabkan masih banyak ditemukannya pasangan usia subur dan rata-rata masih muda. Cukup banyak yang berusia belasan.
"Pasangan usia subur di Desa Butuh ini cukup tinggi. Kita tahu bahwa hamil saat usia belum cukup atau di bawah 20 tahun masih berisiko," katanya.
"Apalagi kalau mereka sampai melahirkan dua kali. Ibu yang gizinya kurang, belum lagi jika anemia, bisa memengaruhi kondisi kesehatan janin. Ini yang mau kita edukasi juga kepada mereka," Cut menambahkan.
Desa Butuh, kata Cut, memiliki jumlah penduduk yang cukup besar di Jawa Tengah, yaitu sebanyak 3.700 pria dan 3.400 wanita, dengan jumlah pasangan suami istri sekitar 2.000 pasangan, dengan rentang penduduk di usia produktif 15 hingga 39 tahun, dan merupakan di wilayah sub urban yang harus disentuh dengan sosialisasi program KB.
Kepala Desa (Kades) Desa Butuh, Dzikroni, secara tersirat mengungkap alasan warga begitu 'produktif' menghasilkan anak. Terletak di kaki bukit dengan hawa sejuk sepanjang hari, yang bikin hal tersebut terjadi.
"Di sini dingin terus. Bapak-bapaknya doyan sarungan dan ibu-ibunya tidak ber-KB. Jadinya, ya begitu," kata Dzikroni.
Sayangnya, kata Dzikroni, pasangan suami istri usia subur tersebut tidak memiliki perencanaan keluarga yang matang. Sehingga sulit bagi mereka menciptakan keluarga yang sehat.
"Kami mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi sebesar-besarnya. Ke depannya, kami berharap bahwa masyarakat kami akan memiliki perencanaan keluarga yang matang dan juga turut serta dalam menyukseskan program KB," kata Dzikroni
Advertisement
Apapun KB yang Dipilih, Jangan Sampai Putus dan Drop Out
Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Tengah, drg Widwiono MKes yang hadir pada kesempatan itu berharap Kampoeng Andalan dapat menjadi contoh.
"Kemudian kalau bisa tidak hanya di Desa Butuh ini saja, tapi bisa expanded ke desa-desa lain," kata Widwiono saat berbincang dengan Health Liputan6.com dan awak media lainnya.
Menurut Widwiono, Kampoeng Andalan merupakan suatu bentuk kerjasama yang baik antara pemerintah dengan swasta. Dengan jumlah penduduknya yang cukup besar, pemerintah tidak bisa sendiri menangani permasalahan Keluarga Berencana.
"Dengan dibantu mitra, masyarakatnya diberi kesempatan untuk ber-KB," kata Widwiono.
Pelayanan pemberian KB gratis di Desa Butuh dalam bentuk suntik. Widwiono, mengatakan, masyarakat di Jawa Tengah khususnya lebih banyak memilih KB suntik dengan alasan-alasannya.
"Masih ada pandangan-pandangan yang perlu diluruskan lagi. Pakai IUD begini begini, kalau pakai pil begini. Jadi, edukasi terkait hal tersebut harus terus dilakukan," katanya.
"Namun, apa pun yang mereka pilih, terpenting bagi kami mereka tidak drop out," Widwiono menekankan.
Apapun jenis KB yang dipilih para ibu, mau suntik, pil, atau IUD, asalkan tidak putus. Kalau putus, berbahaya.
Pil putus atau tidak minum sehari saja, kata Widwiono, berdampak pada kehamilan. Begitu juga suntik--- mau tiga bulanan atau satu bulanan---terlambat satu hari saja bisa disebut drop out.
"Kalau drop out berarti ada potensi untuk hamil," kata dia.
Infografis Ibu Hamil Sudah Bisa Dapatkan Vaksin Covid-19
Advertisement