Liputan6.com, Jakarta Hingga Jumat 13 Mei 2022, dilaporkan setidaknya tujuh pasien di Indonesia meninggal dunia dengan dugaan hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya atau acute hepatitis of unknown aetiology.
Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso dr Mohammad Syahril mengungkapkan bahwa hampir semua pasien tiba di rumah sakit dengan terlambat.
Baca Juga
Syahril menuturkan, terdapat pasien yang sudah tiba di rumah sakit dalam keadaan kejang, kesadaran sudah menurun. Sehingga pihak rumah sakit tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan tindakan pertolongan lebih lanjut.
Advertisement
Maka berkaitan dengan hal tersebut, Syahril menyarankan orangtua untuk lebih peduli pada kesehatan anak. Terutama bila sudah ada gejala yang muncul.
"Untuk itu kita mengingatkan care (peduli) dengan keadaan ini karena cepat sekali ya hepatitis ini. Jangan sampai menunda gejala berat (baru ke RS)," ujar Syahril dalam konferensi pers Update Perkembangan Kasus Hepatitis Akut di Indonesia ditulis Sabtu (14/5/2022).
Gejala awal yang berkaitan dengan hepatitis akut sejauh ini berupa sakit perut, mual, muntah, dan diare.
Tak hanya itu, hepatitis akut juga memiliki gejala lanjutan seperti area mata dan kulit yang menguning, perubahan warna feses menjadi putih, dan perubahan warna air kencing hingga berwarna pekat seperti teh.
Orangtua juga diminta untuk tidak menunggu anak menunjukkan adanya gejala kuning, kejang, atau bahkan tidak sadar baru membawa anak ke dokter.
"Supaya cepat ditangani. Supaya tidak berlanjut lebih berat," kata Syahril.
Cegah Agar Tidak Muncul Gejala Berat
Bila anak atau orang sekitar menunjukkan gejala yang serupa dengan hepatitis akut, maka disarankan untuk langsung memeriksakan kondisi ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
"Kita mengingatkan agar masyarakat lebih peduli terhadap kejadian ini karena kejadiannya cepat sekali, maka kita tidak boleh menunda sampai ada gejala-gejala yang berat," ujar Syahril.
"Jangan menunggu sampai mata atau kulit kuning, sampai tidak sadar dan kejang-kejang. Tapi mulai dari gejala-gejala awal seperti mual, muntah diare harus segera ditangani agar tidak berlanjut ke gejala yang lebih berat," Syahril menuturkan.
Sejauh ini, dari 18 kasus yang ada di Indonesia, sembilan diantaranya masuk dalam status pending classification, tujuh discarded (sembuh), satu dalam proses verifikasi, dan satu probable.
Ketujuh kasus discarded yang ada terdiri dari 1 orang positif Hepatitis A, 1 orang positif Hepatitis B, 1 orang positif Tifoid, 2 orang demam berdarah dengue, 2 lainnya berusia lebih dari 16 tahun.
Selain itu, dari hasil investigasi kontak tidak ditemukan adanya penularan langsung dari manusia ke manusia.
Advertisement
Upaya Pencegahan
Dalam kesempatan yang sama, Syahril pun mengungkapkan bahwa masyarakat perlu untuk meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan serangkaian pencegahan agar terhindar dari hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya ini.
Langkah-langkah pencegahan tersebut masih tak jauh berbeda dengan protokol kesehatan COVID-19 yang sudah ada. Berikut diantaranya.
1. Mencuci tangan pakai sabun
2. Memasak makanan dan minuman hingga matang
3. Menggunakan alat makan yang bersih
4. Menghindari kontak dengan orang sakit
5. Memakai masker
6. Menjaga jarak dan menghindari kerumunan
"Untuk anak-anak yang disuapi oleh ibunya, keluarganya, atau pembantu maka juga harus menjaga kebersihan tangan dan menjaga higienitas makanan minuman itu benar-benar terjaga," ujar Syahril.
Hal tersebut dikarenakan hepatitis akut diketahui memang dapat menular lewat saluran pernapasan dan saluran cerna. Sehingga upaya-upaya tersebut dianggap bisa untuk mencegahnya.
Bila menemukan gejala serupa, salah satu rumah sakit rujukan yang ditunjuk Kemenkes adalah RSPI Sulianti Saroso.
Hal tersebut lantaran RSPI Sulianti Saroso memiliki tenaga kesehatan yang akseptabel dan fasilitas kesehatan yang juga memadai.
4 Upaya Pemerintah
Sejak merebaknya kasus hepatitis akut pada anak di Indonesia, Kemenkes telah melakukan empat upaya pencegahan. Berikut diantaranya.
Syahril menjelaskan, langkah pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi global seputar hepatitis akut secara cepat.
"Sejak ditemukan penyakit Hepatitis Akut di Inggris Raya, Kemenkes bergegas melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga kesehatan dari negara-negara lain seperti CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan Pemerintah Inggris untuk mendapatkan pembelajaran terkait dengan kondisi yang sedang terjadi," ujar Syahril.
Selanjutnya, langkah kedua yang dilakukan adalah meningkatkan kewaspadaan publik. Upaya tersebut dilakukan dengan adanya sosialisasi dan edukasi terkait kejadian hepatitis akut sejak akhir bulan April.
Ketiga, Kemenkes juga berupaya untuk memperkuat deteksi dengan melakukan penyelidikan epidemiologi, melakukan analisis pathogen menggunakan teknologi Whole Genome Sequencing (WGS) dan pengembangan pelaporan kasus menggunakan sistem NAR.
Lebih lanjut Syahril menjelaskan, langkah keempat yang dilakukan berkaitan dengan disusunnya pedoman tatalaksana terkait kasus hepatitis akut.
Advertisement