Liputan6.com, Jakarta Peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) identik dengan upacara pengibaran bendera merah putih dan berbagai perlombaan tradisional.
Masyarakat Indonesia memiliki kenangan masing-masing di setiap perayaan Hari Kemerdekaan. Seperti Tjandra Yoga Aditama yang masih mengingat memori masa kecilnya ketika ikut lomba Agustusan.
Baca Juga
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI berkisah bahwa dirinya suka ikut lomba 17-an semasa duduk di bangku sekolah.
Advertisement
Lomba yang paling ia gemari adalah balap kelereng. Ini merupakan permainan tradisional yang hampir tak pernah absen mewarnai kemeriahan HUT RI.
“(Yang paling disukai) lomba bawa gundu (kelereng) dalam sendok yang kita gigit, lalu jalan ke tujuan tertentu dan balik lagi,” kata Tjandra kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat Selasa (16/8/2022).
Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) juga mengatakan bahwa tak ada alasan khusus mengapa ia menyukai lomba tersebut.
“Hehehe, enggak ada alasan khusus sih, tapi yang jelas enggak sampai jatuh-jatuh seperti balap karung.”
Sedangkan, pengalaman paling berkesan soal serba-serbi momen Agustus-an adalah ketika ia mengikuti upacara 17 Agustus di negeri orang.
“Bukan waktu kecil ya, tapi ikut upacara 17 Agustusan di KBRI di luar negeri, saya pernah ikut di Tokyo tahun 1980-an dan tentu beberapa kali di India dalam 5 tahun sejak 2015-2020.”
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Arti Kemerdekaan bagi Tjandra
Tjandra juga mengungkapkan arti kemerdekaan bagi dirinya. Menurutnya, merdeka adalah kebanggaan hidup berbangsa.
Ia juga berharap semoga kesehatan bangsa jadi makin baik, dalam menghadapi 7 tantangan kesehatan di 77 tahun kemerdekaan yang meliputi:
-Kesadaran kesehatan di masyarakat
Bagaimana terus meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memberi prioritas penting bagi kesehatan. COVID-19 sebenarnya memang membuat masyarakat dan penentu kebijakan publik semakin memberi prioritas pada kesehatan.
“Kita semua harus menyadari, health is not everything, but without health everything is nothing.”
-Tersedia dan terjangkaunya pelayanan kesehatan primer
Bagaimana menjamin tersedianya pelayanan kesehatan primer, utamanya untuk menjaga yang sehat agar tetap sehat, paradigma sehat.
Walaupun sejak sebelum 1980 Indonesia sudah punya Puskesmas di semua kecamatan, tapi kini 5.498 dari 10.373 Puskesmas (53 persen) belum memiliki sembilan jenis tenaga kesehatan sesuai standar, dan 586 Puskesmas belum memiliki tenaga dokter.
-Pelayanan kesehatan RS yang bermutu
Peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit, apalagi bila dihubungkan dengan pernyataan bahwa uang yang keluar untuk membiayai yang sakit dan ke luar negeri, lebih dari Rp110 triliun setiap tahunnya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Tantangan Berikutnya
“Untuk ini setidaknya ada tiga hal yang perlu dibenahi, pertama tentang aturan termasuk perpajakan alat kesehatan, kedua adalah sarana dan prasarana serta ketiga tentang ketersediaan dan pemerataan tenaga kesehatan yang bermutu.”
Tantangan kesehatan berikutnya yakni:
-Kemampuan menangani pandemi COVID-19 dan kesiapan menghadapi pandemi selanjutnya
“Ke empat adalah penanggulangan pandemi COVID-19 sekarang ini, dan juga bagaimana kita bersiap menghadapi kemungkinan masalah keamanan kesehatan ("health security") di masa depan, termasuk kemungkinan wabah dan pandemi lagi,” kata Tjandra.
-Advokasi untuk kolaborasi kesehatan dengan pihak terkait
Menurut Tjandra, advokasi dan koordinasi sangat diperlukan, karena masalah kesehatan tidak akan diselesaikan hanya oleh sektor kesehatan semata.
Salah satu contoh konkretnya adalah penerapan pendekatan “One Health” yang sebagai suatu pendekatan kolaboratif dalam pelayanan kesehatan manusia, hewan dan lingkungan yang dilaksanakan secara terpadu lintas sektor dan tentu juga bersama masyarakat.
-Pencapaian target SDG Kesehatan
Perlu upaya ekstra keras untuk mencapai goal 3 SDG, yaitu mencapai Kehidupan Sehat dan Sejahtera di tahun 2030.
Tantangan Ketujuh
Salah satu targetnya adalah mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria, dan penyakit tropis yang terabaikan. Serta memerangi hepatitis, penyakit bersumber air dan penyakit menular lainnya pada tahun 2030.
“Angka tuberkulosis kita masih tinggi, juga masih ratusan kabupaten yang belum bebas malaria dan lain-lain. Jelaslah perlu ada prioritas kegiatan dan sumber daya untuk pencapaian target SDG 2030 demi kesehatan dan kesejahteraan bangsa,” lanjut Tjandra
-Peran Indonesia di kesehatan global
Tantangan ketujuh adalah bagaimana Indonesia berperan dalam kesehatan dunia. Pada tahun 2022 ini sudah ada beberapa kegiatan kesehatan G20 dalam Presidensi Indonesia.
Sebelum ini maka juga sudah amat banyak peran Indonesia dalam forum diplomasi kesehatan dunia, baik dalam bentuk berbagai kebijakan global maupun juga dalam peran nyata sebagai jajaran WHO di berbagai tingkatan.
“Sumbangsih Indonesia untuk kesehatan dunia perlu terus ditingkatkan, baik dengan mengacu pada pengalaman kita menangani masalah kesehatan yang beragam, hasil penelitian anak negeri dan juga dengan kepakaran dan pengalaman panjang yang kita miliki,” pungkasnya.
Advertisement