[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga: Lima Hal Baru Cacar Monyet dan Yang Perlu Dilakukan

Pada 14 September 2022 kemarin, kami di SEAMEO TROPMED mengadakan Simposium Cacar Monyet dengan pembicara dari WHO dan negara-negara ASEAN

oleh Prof Tjandra Yoga Aditama diperbarui 15 Sep 2022, 20:00 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2022, 20:00 WIB
Prof Tjandra Yoga Aditama
Prof Tjandra Yoga Aditama di New York (Foto: dok. Pribadi)

Liputan6.com, Jakarta Jam 07.00 pagi ini Liputan6.com memuat tulisan "Tebas Kekeliruan, Ini 5 Miskonsepsi Soal Cacar Monyet" (Selengkapnya baca di sini). Sementara itu, pada 14 September 2022 kemarin, kami di SEAMEO TROPMED mengadakan Simposium Cacar Monyet dengan pembicara dari WHO dan negara-negara ASEAN yang ada kasus Cacar Monyet ini yang membahas lima hal yang lain lagi.

Sudah banyak yang kita ketahui tetang penyakit ini, gejala, penularan, vaksin dll., tetapi ada lima hal baru yang dibicarakan pada symposium SEAMEO TROPMED kemarin.

Pertama, kita sudah ketahui bersama bahwa sebagian besar kasus di dunia saat ini disebabkan oleh virus cacar monyet jenis/clade II, tepatnya clade IIB, yang memang lebih ringan dampaknya daripada clade I yang tadinya banyak terjadi di Afrika.

Dari diskusi ternyata sebagian kasus di Thailand bukanlah Clade II, jadi memang mungkin saja virus dengan clade yang tidak ringan juga beredar saat ini. Ini perlu jadi perhatian pada 9 suspek kita yang sekarang sedang diperiksa laboratoriumnya.

Kedua, virus cacar monyet dilaporkan dapat menembus sawar plasenta, Artinya kalau ada ibu hamil yang sakit maka akan berdampak ke bayinya

Ketiga, anjuran WHO adalah agar setiap kontak di monitor selama 21 hari, mudah2an hal yang sama juga sudah dilakukan di kontak dari satu kasus kita. Mereka dapat tetap beraktifitas, tetapi dalam pengawasan, dan tidak boleh melakukan donor darah / donor organ lain dalam 21 hari sejak ada kontak dengan pasien cacar monyet.

 

Petugas Kesehatan Bisa Tertular

Keempat, sudah diketahui bahwa petugas kesehatan memang dapat tertular. Data WHO di dunia sejauh ini menunjukkan angkanya 4,5% dari total kasus, dan secara jelas ada bukti bahwa setidaknya tiga orang petugas kesehatan tertular pada waktu merawat pasien cacar monyet.

Kelima, data WHO juga menyebutkan bahwa lebih dari 90% kasus terjadi penularan pada kelompok “male sex with male” (MLM) dan sekitar 40 persen kasus adalah HIV (+). Tetapi, data dari negara-negara WHO Asia Tenggara menunjukkan ada 2 kasus MSM dan 4 kasus heterosexual.

Selain itu, di negara WHO Asia Tenggara 9 kasus adalah ada riwayat perjalanan dari luar negeri dan 8 kasus adalah sepenuhnya lokal.

Memang kasus dunia ada kecenderungan sedikit menurun, tetapi jelas kita tetap perlu waspada. Setidaknya lima hal yang tetap perlu kita lakukan, yaitu 1)komunikasi risiko, 2) surveilans epidemiologi, 3) diagnosis dan penanganan kasus, 4) pencegahan penularan berkelanjutan dan 5) ketersediaan vaksin.

 

 

**Penulis adalah Prof Tjandra Yoga Aditama, Chair-Governing Board Meeting SEAMEO TROPMED, Direktur Pasca Sarjana Universita YARSI

Infografis Ancaman Cacar Monyet dan Antisipasi Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ancaman Cacar Monyet dan Antisipasi Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya