Tebas Kekeliruan, Ini 5 Miskonsepsi Soal Cacar Monyet yang Perlu Kamu Tahu

Akibat menyebarnya cacar monyet, begitu banyak informasi yang keliru soal penyakit satu ini.

oleh Diviya Agatha diperbarui 15 Sep 2022, 07:00 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2022, 07:00 WIB
Gejala Cacar Monyet
Ilustrasi orang yang sedang mengalami gejala cacar monyet, yaitu demam. Credits: pexels.com by Pavel Danilyuk

Liputan6.com, Jakarta Cacar monyet tengah menjadi salah satu penyakit hits yang perlahan menyaingi COVID-19. Setelah dinyatakan sebagai darurat kesehatan global, cacar monyet telah menginfeksi ribuan orang pada lebih dari 100 negara.

Akibat menyebarnya cacar monyet, begitu banyak informasi yang keliru soal penyakit satu ini. Tak jarang menyebabkan kebingungan dan ketakutan. Lalu, apa sajakah hal-hal yang keliru soal cacar monyet? Mengutip laman Everyday Health pada Rabu (14/9/2022), berikut diantaranya.

1. Cacar monyet adalah penyakit baru

Meskipun begitu banyak orang baru mendengar soal cacar monyet baru-baru ini. Namun, cacar monyet sebenarnya sudah ada sejak dahulu kala, tepatnya sejak akhir tahun 1950an.

"Kami sudah mengetahuinya sejak akhir 1950-an," kata profesor kedokteran epidemiologi di Columbia Mailman School of Public Health, New York City, Jessica Justman.

Virus cacar monyet pertama kali terdeteksi di Afrika, tempat dimana cacar monyet dijadikan tujuan penelitian. Namun, cacar monyet yang muncul saat ini dan yang dahulu kala memang memiliki perbedaan.

2. Cacar monyet menular lewat jabat tangan

Pasien cacar monyet akan mengalami ruam yang dapat menyebarkan virus saat disentuh. Namun, berjabat tangan tidak menimbulkan risiko besar untuk penularan cacar monyet.

"Jabat tangan hanya berlangsung dalam hitungan detik, dan dalam wabah ini, penularan biasanya melibatkan kontak kulit ke kulit yang intim dan berkepanjangan," ujar sarjana senior di Johns Hopkins Center for Health Security in Baltimore, Amesh A Adalja.

3. Cacar Monyet Sama Menularnya dengan COVID-19

Gejala Awal Cacar Monyet
Ilustrasi demam, gejala awal cacar monyet. Credits: pexels.com by Polina Tankilevitch

Faktanya, cacar monyet tidak memiliki proses penularan yang sama seperti COVID-19. Sehingga kedua penyakit ini tidak setara bila dibandingkan lewat cara penularannya.

"COVID sangat menular dengan cara yang tidak bisa dilakukan cacar monyet," kata profesor kedokteran dan spesialis penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Washington, dr Shireesha Dhanireddy.

COVID-19 menyebar melalui tetesan pernapasan seperti air liur dan partikel yang sangat kecil, yang disebut aerosol, yang melayang di udara.

“Untuk COVID-19, Anda pergi ke acara publik, mengobrol di restoran, makan di restoran. Itu adalah paparan. Itu bukan jenis paparan yang kita bicarakan dengan cacar monyet," kata Shireesha.

Peter menambahkan, meskipun penyebaran cacar monyet mungkin terjadi, itu sama sekali tidak mudah. Setidaknya, seseorang harus menghabiskan tiga hingga enam jam secara tatap muka untuk virus cacar monyet dapat menyebar lewat pernapasan.

"Meskipun ada kemungkinan untuk tertular cacar monyet dari benda yang terkontaminasi. Tapi sangat tidak mungkin tertular cacar monyet dari sesuatu seperti pegangan pintu atau peralatan olahraga," kata Amesh.

4. Berpelukan dengan Pasien Cacar Monyet Aman

Ilustrasi pelukan
Ilustrasi pelukan/Copyright unsplash/Gus Moretta

Sebuah studi yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine (NEJM) menemukan bahwa 95 persen kasus cacar monyet kemungkinan besar tertular virus melalui kontak seksual.

"Namun, kontak seksual tidak harus terjadi agar penyakit dapat ditularkan dari orang ke orang. Bahkan sesi ciuman atau pelukan yang lama dapat menyebabkan penularan virus," kata Amesh.

Sehingga menurutnya, keliru apabila orang berpikir cacar monyet hanya dapat menular lewat kontak seksual saja. Mengingat cacar monyet dapat menular lewat kontak kulit ke kulit dalam waktu cukup lama.

"Jika seseorang dengan cacar monyet memiliki luka di kulitnya dan kulitnya bergesekan dengan kulit orang lain, itu bisa menularkan penyakitnya. Semakin dekat kontak dan semakin lama durasi kontak, semakin besar kemungkinan penularan terjadi," kata Amesh.

5. Cacar Monyet Jadi Ancaman bagi Anak

Cacar Monyet
Ilustrasi anak-anak rentan terkena cacar jika berkontak dengan orang terinfeksi. (Sumber foto: unsplash.com)

Kesalahpahaman selanjutnya soal cacar monyet adalah potensi penularannya pada anak-anak, termasuk di sekolah. Banyak orangtua merasa khawatir bahwa anaknya akan tertular cacar monyet di sekolah atau tempat penitipan anak.

Hal tersebut lantaran NBC melaporkan pada 5 Agustus bahwa seorang pria Illinois dengan cacar monyet mungkin telah mengekspos anak-anak di pusat penitipan anak tempat dia bekerja.

Dalam pengecualian aturan kelayakan, pejabat federal akhirnya memberi anak-anak itu akses ke vaksin cacar monyet.

Padahal menurut American Academy of Pediatrics (AAP), sangat sedikit anak yang telah dikonfirmasi kasus cacar monyet, dan risiko infeksi mereka rendah.

"Namun jika seorang anak memiliki ruam yang mencurigakan dan memiliki riwayat dekat, kontak pribadi dengan seseorang yang memiliki kasus monkeypox yang dikonfirmasi atau kemungkinan, atau riwayat perjalanan yang membuat mereka berisiko, mereka harus diuji untuk monkeypox," tulis AAP.

Infografis Ragam Tanggapan Cacar Monyet Sebagai Darurat Kesehatan Global. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ragam Tanggapan Cacar Monyet Sebagai Darurat Kesehatan Global. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya