Peduli Organ Reproduksi, Jangan ke Dokter Kandungan Hanya Saat Hamil

Mengunjungi dokter kandungan seringkali tidak terlintas dalam benak para wanita saat sedang tidak hamil. Padahal bisa jadi ada manfaat penting dibaliknya.

oleh Diviya Agatha diperbarui 21 Des 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 21 Des 2022, 09:00 WIB
Ilustrasi kesehatan reproduksi
Ilustrasi kesehatan reproduksi. (pexels/cliffbooth).

Liputan6.com, Jakarta Dokter kandungan, pikiran yang pertama kali muncul saat mendengarnya mungkin akan berkaitan hanya dengan janin, bayi, kandungan, dan seputar kehamilan.

Alhasil, mengunjungi dokter kandungan seringkali tidak terlintas dalam benak para wanita saat sedang tidak hamil.

Padahal mengunjungi dokter kandungan saat tidak hamil tetap penting bagi para wanita. Fungsinya untuk memeriksakan kondisi kesehatan reproduksi, terutama jika ada keluhan tertentu yang berkaitan dengan kewanitaan.

Hal tersebut pun diungkapkan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan RS EMC Sentul, Ruswantriani. Wanita yang akrab disapa Tria ini mengungkapkan bahwa apapun keluhan terkait kesehatan reproduksi yang muncul sebaiknya dikonsultasikan pada dokter.

"Keluhan-keluhan yang dirasakan enggak nyaman, itu lebih baik diperiksakan. Kadang-kadang orang itu kalau pergi ke dokter kandungan itu pas hamil saja. Kalau sudah enggak hamil, dia malas pergi ke dokter kandungan," ujar Tria dalam acara Healthy Monday bersama Liputan6.com dan EMC Healthcare ditulis Selasa, (20/12/2022).

"Padahal urusannya bukan hanya hamil. Urusan lain juga ada untuk kesehatan alat reproduksi perempuan lainnya," tambahnya.

Di samping itu, Tria mengungkapkan bahwa memeriksakan kesehatan reproduksi sendiri bisa dilakukan secara mandiri dengan memerhatikan berbagai tanda. Pemeriksaan mandiri tersebut merupakan acuan untuk mengetahui kondisi organ reproduksi Anda.

Saat menyadari ada yang tidak beres, maka Anda bisa segera berkonsultasi untuk penanganan lebih lanjut yang lebih tepat. 

Cara Periksa Kesehatan Reproduksi Sendiri

Ilustrasi Menstruasi
Ilustrasi Menstruasi | Credit: freepik.com

Tria mengungkapkan bahwa salah satu caranya yang paling mudah untuk memeriksakan kesehatan reproduksi secara mandiri adalah dengan memerhatikan lebih dulu siklus menstruasi setiap bulannya.

Mengingat menstruasi menjadi hal yang sudah pasti terjadi pada wanita kecuali sedang hamil, menyusui, minum obat penunda haid, menopause, atau kondisi kesehatan lainnya.

Sehingga, jika hendak mengetahui kondisi kesehatan reproduksi, maka Anda dapat memulainya dengan mencatat lebih dulu siklus menstruasi setiap bulannya.

"Mulailah biasakan dulu mencatat waktu menstruasi kita. Biasakan mencatat kapan hari pertama kita menstruasi. Dari sana, mulai ketahuan kalau memang kita siklusnya enggak teratur. Artinya, enggak setiap bulan atau malah terlalu sering," ujar Tria.

"Siklus haid yang normal itu adalah hari pertama datang haid jaraknya ke hari pertama datang haid bulan berikutnya adalah 21-35 hari. Jadi kadang-kadang akan maju mundur, tapi selama masih kisaran itu normal."

Saat menyadari siklus menstruasi terlalu cepat atau terlalu lambat, maka dari sana bisa diketahui ada yang sedang tidak beres.

 

Sadari Keluhan terkait Organ Reproduksi

Ilustrasi kesehatan reproduksi
Ilustrasi kesehatan reproduksi. (Foto: Unsplash.com/Timothy Meinberg).

Selain memerhatikan siklus menstruasi, memeriksakan kondisi kesehatan reproduksi secara mandiri dapat dilakukan dengan memerhatikan keluhan yang muncul. Seperti keputihan, misalnya.

Tria menjelaskan, keputihan terbagi menjadi dua yakni normal dan tidak normal. Keputihan yang normal biasanya akan muncul menjelang periode menstruasi, sesudah menstruasi, atau menjelang masa subur.

"Masa subur itu kira-kira dua minggu dari pertama haid, itu biasanya akan keputihan. Tapi kalau memang keputihannya sudah gatal, berbau, berubah warna, kita mesti aware. Bau busuk, itu kita mesti curiga ini ada sesuatu. Pergilah ke dokter untuk periksa," kata Tria.

Keputihan yang diakibatkan oleh jamur sendiri memiliki tanda yang khas. Menurut Tria, tanda itu berupa gatal di area vagina. Serta, dapat dilihat berdasarkan warna dan teksturnya yang menyerupai susu putih yang berkerak.

"Itu biasanya ada keluhan gatal, karena itu khas keputihan karena jamur. Bentuknya seperti kerak-kerak susu basi. Jadi memang kalau (mengalami keputihan) yang konsistensinya berubah, sebaiknya juga diperiksakan," ujar Tria.

Cek Benjolan di Sekitar Perut atau Kemaluan

Gambar Ilustrasi Cara Merawat Vagina
Sumber: Freepik

Lebih lanjut Tria mengungkapkan pentingnya memeriksakan apakah ada benjolan di sekitar perut maupun kemaluan. Hal tersebut lantaran benjolan bisa menjadi tanda terkait kondisi kesehatan reproduksi.

"Kadang kita sudah concern ada benjolan (di perut) atau di bibir kemaluan, itu harus diperiksakan," kata Tria.

Selain itu, penting untuk tetap menjaga kebersihan vagina dengan cara yang tepat. Tria menambahkan, daerah vagina tidak membutuhkan cara khusus untuk dibersihkan.

Merawat vagina sebenarnya cukup dilakukan layaknya kebersihan sehari-hari. Mulai dari penggunaan celana dalam yang tepat hingga membasuhnya dengan air.

"Gunakan pakaian dalam yang memang kita sarankan bahannya adalah katun. Ganti, jangan biarkan lembab. Kemudian kalau cebok, dikeringkan. Arah ceboknya dari depan ke belakang. Sudah, itu saja," kata Tria.

Infografis Journal
Infografis 10 Daftar Pahlawan Nasional Perempuan di Indonesia. (Liputan6.com/Tri Yasnie)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya