Liputan6.com, Yogyakarta - Puasa telah lama dikenal bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu dampak positifnya adalah pengaruhnya terhadap kesehatan jantung.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat membantu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, termasuk tekanan darah tinggi, aterosklerosis, dan serangan jantung. Salah satu mekanisme puasa dalam menjaga kesehatan jantung adalah melalui pengurangan lemak viseral atau lemak dalam.
Lemak viseral, yang menumpuk di sekitar organ dalam, termasuk jantung dan pembuluh darah, merupakan faktor risiko utama penyakit jantung. Saat berpuasa, tubuh beralih menggunakan cadangan lemak sebagai sumber energi setelah glukosa habis.
Advertisement
Baca Juga
Proses ini membantu mengurangi timbunan lemak viseral yang berbahaya. Selain itu, puasa dapat menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida dalam darah.
Kadar LDL yang tinggi berkaitan dengan pembentukan plak di pembuluh darah, yang dapat menyumbat aliran darah dan memicu serangan jantung atau stroke. Puasa Ramadan secara teratur dapat membantu menstabilkan profil lipid darah, sehingga mengurangi risiko aterosklerosis (kondisi di mana dinding pembuluh darah arteri menjadi keras dan menyempit akibat penumpukan plak, yang terdiri dari lemak, kolesterol, kalsium, yang dapat menghambat aliran darah).
Puasa juga memengaruhi tekanan darah. Dengan membatasi asupan makanan, terutama yang tinggi garam dan lemak jenuh, tekanan darah cenderung lebih terkontrol. Pola makan saat puasa yang lebih teratur dan tidak berlebihan saat berbuka juga membantu mencegah lonjakan tekanan darah.
Selain itu, puasa dapat meningkatkan sensitivitas insulin, mengurangi risiko resistensi insulin yang berkaitan dengan penyakit jantung. Proses autofagi, yaitu mekanisme pembersihan sel-sel rusak dalam tubuh, juga meningkat selama puasa.
Autofagi berperan dalam memperbaiki jaringan jantung dan pembuluh darah yang rusak, sehingga membantu menjaga fungsi kardiovaskular. Puasa juga dapat mengurangi kerusakan oksidatif pada jantung, salah satu penyebab penuaan dan penyakit jantung.
Puasa juga berdampak pada peradangan kronis, salah satu pemicu penyakit jantung. Kadar protein C-reaktif (CRP), penanda peradangan dalam darah, cenderung menurun pada orang yang berpuasa secara teratur.
Peradangan yang terkontrol mengurangi risiko kerusakan pembuluh darah dan pembentukan plak. Akan tetapi, manfaat puasa bagi jantung sangat bergantung pada pola makan saat berbuka dan sahur.
Konsumsi makanan tinggi gula, lemak, dan garam secara berlebihan saat berbuka justru dapat meningkatkan risiko hipertensi, obesitas, bahkan stroke. Sebaliknya, mengutamakan makanan bergizi seimbang, seperti serat, protein, dan lemak sehat, dapat memperkuat efek positif puasa pada kesehatan jantung.
Penulis: Ade Yofi Faidzun