Liputan6.com, Jakarta - Negara-negara yang kini dalam musim dingin tengah menghadapi masalah kesehatan akibat tripeldemik. Hal ini cukup banyak dibahas. Sebenarnya tidak ada definisi ilmiah khusus tentang istilah tripeldemik (“tripledemic”). Ini hanyalah suatu keadaan pada waktu yang sama ada peningkatan kasus dari tiga penyakit yang menyerang paru dan saluran napas, yaitu COVID-19, flu dan juga infeksi akibat RSV (“respiratory syncytial virus”).
Kondisi tipeldemik dapat mengakibatkan peningkatan jumlah pasien di rumah sakit dan IGD-nya.
Baca Juga
Pencegahan tripeldemik adalah dengan menerapkan protokol kesehatan 3M, salah satu diantaranya memakai masker. Oleh karena itulah Walikota New York di awal Desember kembali menganjurkan pemakaian masker, mencuci tangan dan sedapat mungkin menghindari kerumunan, apalagi kalau sedang sakit dan atau berisiko tertular sakit.
Advertisement
Tentu cara pencegahan lain adalan dengan vaksin. Kita sudah mengenal pencegahan COVID-19 dengan vaksin. Jenis vaksin terbaru COVID-19 adalah yang bivalen, yang dapat menangani varian lama dan varian Omicron.
Kita tentu berharap agar vaksin COVID-19 bivalen juga segera akan tersedia di negara kita. Kita juga tahu bahwa vaksin flu pun sudah lama tersedia, yang setiap tahun memang komposisinya berubah sesuai perkembangan yang ada, dan berbeda pula untuk negara/daerah di belahan dunia atas dan bawah katulistiiwa.
Vaksin flu yang kini digunakan adalah dalam bentuk kuadrivalen karena mencakup 4 strain influenza yang sekarang beredar. Akan baik juga kalau vaksin Flu terus disosialisasikan di negara kita, selain juga vaksin pneumonia yang anjurannya adalah lebih untuk usian di atas 50 atau 60 tahun.
RSV Belum Ada Vaksinnya
Beberapa hari yang lalu, saya presentasi tentang kemungkinan vaksin pneumonia bagi jemaah Haji, tentu yang berrisiko tinggi terserang pneumonia.
Nah, untuk penyakit akibat RSV (“respiratory syncytial virus”), memang belum ada vaksinnya. Untuk pencegahan, selain prokes 3M, maka dapat digunakan obat palivizumab. Ini adalah suatu bentuk terapi antibodi untuk mencegah bayi dan anak mendapat infeksi berat akibat RSV dan harus dirawat di rumah sakit.
Memang biasanya infeksi RSV terjadi pada anak-anak. Hanya saja kini situasinya agak berubah. Kaum dewasa yang terinfeksi RSV biasanya gejalanya ringan saja, tetapi setidaknya di Amerika Serikat ada kecenderungan lebih banyak kaum dewasa yang infeksi RSV-nya cukup berat dan bahkan masuk rumah sakit.
Advertisement
Usulan Pembentukan CDC ASEAN
Data “Centers for Disease Control and Prevention - CDC” Amerika Serikat menunjukkan, kaum dewasa di negara itu yang dirawat di rumah sakit karena RSV tahun ini adalah 10 kali lebih banyak dari tahun yang lalu.
CDC memang merupakan penanggung jawab utama pengedalian penyakit di Amerika Serikat dan juga di berbagai negara lain, seperti kita kenal misalnya China CDC, Thailand CDC dll, juga ada di kawasan seperti European CDC dll.
Saya pernah mengusulkan agar juga dibentuk ASEAN CDC, apalagi sekarang Indonesia memegang Keketuaan ASEAN dan dapat berinisiatif memimpin pendiriannya.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara/Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit/Mantan Kabalitbangkes Kemenkes RI