Liputan6.com, Jakarta - Berkeringat memang hal yang normal terjadi pada setiap individu guna menjaga suhu tubuh. Namun, keringat berlebih dapat mengindikasikan suatu kondisi yang disebut hiperhidrosis.
Keringat berlebih atau hiperhidrosis adalah suatu kondisi dimana produksi keringat berlebihan dan tidak berkaitan dengan aktifitas fisik, seperti olahraga, ataupun suhu udara. Penderita gangguan ini kerap merasa bajunya cepat basah dan telapak tangan atau kakinya sering berkeringat.
Baca Juga
"Hiperhidrosis itu memang suatu gangguan keringat dimana seringkali mengganggu quality of life atau kualitas hidup dari pasien," ucap dokter dari Aesthetic Center RS EMC Sentul, dr. Pipim S. Bayasari, SpDV dalam Healthy Monday pada Senin (31/07/2023).
Advertisement
Kondisi ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi penderitanya karena bisa membuat stres, malu dan tidak pede terutama saat berada di tempat ramai.
Hiperhidrosis sendiri dibagi menjadi dua yaitu hiperhidrosis primer dan sekunder.
Pada hiperhidrosis primer, sistem saraf terlalu aktif dalam merangsang kelenjar keringat. Akibatnya, tubuh jadi berkeringat meski tidak dipicu oleh aktivitas fisik atau kenaikan suhu tubuh. Hiperhidrosis primer seringkali dikaitkan dengan genetik atau bersifat keturunan.
Di sisi lain, hiperhidrosis sekunder terjadi akibat adanya penyakit yang mendasarinya, misalnya terkait penyakit tertentu diabetes, obesitas, hipertiroidisme, penyakit asam urat, menopause, serta beberapa jenis kanker.
Hiperhidrosis sekunder juga dapat muncul akibat efek samping obat-obatan tertentu, seperti antidepresan, propranolol, atau pilocarpine.
"Kebiasaan seperti mengkonsumsi alkohol yang cukup banyak dalam jangka panjang juga akan menyebabkan pasien mengeluhkan keringat yang berlebihan," Pipim menjelaskan.
Botox untuk Atasi Hiperhidrosis
Nah, untuk Anda yang memiliki kondisi ini, jangan khawatir, sebab ada beberapa pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hiperhidrosis, salah satunya adalah botox.
Botox yang biasa Anda dengar mungkin adalah injeksi yang digunakan dalam perawatan kecantikan seperti untuk menghaluskan atau mengurangi kerutan. Penyuntikan botox juga bisa mengurangi produksi keringat, lho.
Namun, Pipim menyebutkan terdapat perbedaan target saat menyuntikkan botoks pada saat mengurangi kerutan dengan hiperhidrosis.
Injeksi botulinum toxin (botox) dapat digunakan untuk mengobati hiperhidrosis aksila primer yang parah. Suntikan botox bekerja dengan memblok saraf yang menghasilkan kelenjar keringat, mengutip dari KlikDokter.
"Untuk injeksi botulinum toxin ini paling efektif untuk kasus-kasus hiperhidrosis di area aksila walaupun juga bisa untuk daerah palmoplantar atau tangan dan kaki," sebut Pipim.
Sebelum mendapatkan botox, pasien akan dites terlebih dahulu dengan menggunakan tes pati yodium. Tes ini dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan campuran 0,5-1 gram kristal yodium dan 500 gram pati ke area yang dicurigai terjadi hiperhidrosis.
Advertisement
Suntik Botox
"Kita oleskan di bagian yang memang dia berkeringat, contohnya di aksila atau di ketiak, nanti apabila setelah kita oleskan dengan tes pati yodium ini dia berwarna coklat gelap atau gelap kebiruan, maka itulah daerah-daerah yang memang terjadinya overstimulasi dari kelenjar keringat kita tadi.
"Nanti kita suntikan satu-satu dengan jarak satu sentimeter," jelas Pipim.
Pipim menuturkan, setelah botulinum toxin disuntikkan, maka akan terjadi sebuah proses yang disebut anhidrosis (keringat menghilang) yang berlangsung selama tiga hari.
Efek injeksi botox untuk mengatasi hiperhidrosis juga dapat bertahan cukup lama, yakni selama 8 hingga 12 bulan. Setelah itu, Anda perlu kembali melakukan injeksi botox.
Nah, untuk Anda yang berkeinginan melakukan injeksi botox, tidak perlu takut ya, sebab terapi ini sudah dinyatakan aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) untuk mengatasi hiperhidrosis.
Selain itu, prosedur ini juga tidak akan memengaruhi efek sentuhan maupun sensasi di bawah lengan.
Cara Mengobati Hiperhidrosis
Selain botox, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi hiperhidrosis.
Pada hiperhidrosis derajat 1 dan 2, pasien bisa mendapatkan penanganan dengan penggunaan deodoran atau antiperspiran. Berhubung itu produk over the counter, kedua benda ini bisa dibeli di apotek.
Namun, ada juga pasien kondisi tertentu, kata Pipim, yang butuh antiperspiran dengan kadar tertentu. Sehingga perlu ke dokter untuk mendapatkan produk yang aman sesuai dengan kebutuhan.
Penggunaan antiperspiran punya efek diantaranya iritasi. Maka, segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan terbaik.
"Ya berobat ke dokter ya, karena ada tindakan lain yang bisa dilakukan," kata Pipim.
Operasi
Bila pasien sudah capai dan benar-benar terganggu dengan kondisi hiperhidrosis bisa melakukan tindakan operasi dengan metode endoskopi.
"Sekarang kita kembangkan operasi endoskopi menggunakan lubang kunci dengan sayatan sekitar 1 cm. Dokter akan mencari saraf simpatis yang bertanggung jawab untuk produksi keringat," kata dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular - Konsultan Bedah Toraks, RS EMC Alam Sutera, Achmad Faisal di kesempatan yang sama.
Usai menjalani tindakan tersebut, bisa saja produk keringat berpindah ke titik yang lain. Namun, produksi tidak separah dengan kondisi sebelumnya.
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement