Liputan6.com, Jakarta Kasus konfirmasi cacar monyet atau Mpox menjadi 57 per 22 November 2023. Menurut data terbaru, mayoritas kasus ada di DKI Jakarta yakni mencapai 42 kasus konfirmasi.
Sementara itu, di provinsi lain sebaran kasusnya sebagai berikut:
Baca Juga
- Kepulauan Riau: 1 kasus konfirmasi
- Provinsi Banten: 6 kasus konfirmasi
- Jawa Barat: 6 kasus konfirmasi
- Jawa Timur: 2 kasus konfirmasi Mpox.
Melihat DKI Jakarta yang mendominasi, timbul tanya, apakah kasus-kasus di provinsi lain merupakan kontak erat dari kasus Jakarta?
Advertisement
Terkait hal ini dokter spesialis penyakit dalam konsultan tropik infeksi, Robert Sinto, menjelaskan bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) sudah memiliki protokol melakukan tracing kontak erat. Ditemukan bahwa variasi kasus di setiap daerah memiliki perbedaan.
“Pada banyak kasus memang tidak ada kontak langsung dengan area Jabodetabek. Tetapi kan memang populasi tuh sekarang sangat mudah sekali transportasi,” kata Robert dalam media briefing bersama Kemenkes, Kamis (23/11/2023).
“Jadi yang terjadi adalah mereka tidak pernah keluar dari daerah provinsinya, tetapi kita tidak bisa men-trace apakah ada orang Jabodetabek yang kemudian datang ke daerah yang ditemukan kasus Mpox tersebut,” tambahnya.
Orientasi Seksual Pasien Mpox
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Surveilans Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Achmad Farchanny Tri Adryanto memaparkan data soal orientasi seksual pasien Mpox.
Menurutnya, mayoritas pasien Mpox adalah orang-orang yang melakukan hubungan seks berisiko dengan rincian sebagai berikut:
- Lelaki Seks Lelaki (LSL) 35 kasus
- Biseksual 11 kasus
- Heteroseksual 7 kasus
- Tidak diketahui 2 kasus
- Dalam investigasi 2 kasus.
“Dari 57 kasus konfirmasi ini, rata-rata disertai kondisi penyerta dan kondisi penyertanya rata-rata lebih dari satu. Yang terbanyak adalah HIV positif ada 39 kasus, sifilis 16 kasus, hipertensi 2 kasus, HSV 2 kasus, dan TB aktif ada 2 kasus,” kata Farchanny.
Advertisement
Belum Ada Kasus Mpox pada Perempuan di Indonesia
Dari 57 kasus Mpox itu, semuanya berjenis kelamin laki-laki. Padahal, jika dilihat dari data orientasi seksual, ada pula heteroseksual dan biseksual yang melibatkan perempuan dalam hubungan badan.
Apakah ada perlindungan tertentu yang dimiliki perempuan sehingga mereka tidak tertular Mpox?
Hal ini pun ditanggapi Robert, menurutnya, perempuan pun bisa terkena Mpox meski angkanya lebih kecil dari laki-laki.
“Tidak ada perlindungan bagi wanita untuk terkena Mpox, karena wanita juga bisa terkena Mpox walaupun kasusnya lebih kecil,” jelas Robert.
“Kalau dilihat dari data luar negeri sekitar tiga sampai empat persen juga ditemukan pada wanita bahkan di Amerika pada anak pun bisa ditemukan karena penularannya lewat kontak erat,” imbuhnya.
Hindari Kontak Erat
Sebelumnya, dokter spesialis penyakit dalam konsultan penyakit tropik dan infeksi RSCM Lie Khie Chen sudah menjelaskan soal penularan Mpox.
Khie Chen mengatakan bahwa virus ini menular lewat kontak yang dekat atau sentuhan.
“Kontak itu tidak seperti penularan lewat udara atau droplet, droplet mungkin masih bisa terjadi tapi lewat udara jelas tidak, berbeda dengan COVID.”
Maka dari itu, penambahan kasus Mpox tidak secepat COVID. Dalam satu hari, penambahan kasus Mpox hanya ada satu sampai dua kasus.
“Jadi kita tak perlu terlalu khawatir tapi yang memang harus dihindari adalah kontak yang terlalu dekat atau terjadi sentuhan,” ujarnya.
Mengingat penularan juga bisa terjadi lewat droplet, maka Khie Chen mengimbau masyarakat untuk hati-hati dengan benda-benda pribadi pasien. Misalnya handuk dan alat lainnya, jangan sampai saling tukar pinjam.
Advertisement