Sedot Lemak Berujung Maut di Depok, Ini Tips Memastikan Dokter Kompeten Lakukan Liposuction

Bukan cuma dokter spesialis bedah plastik rekonstruksi estetik yang bisa melakukan liposuction. Namun, PERAPI mengingatkan pasien tahu bahwa dokter yang melakukan sedot lemak sudah kompeten dan terdaftar di KKI.

oleh Tim Health diperbarui 03 Agu 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2024, 12:00 WIB
Pasien Tewas Usai Sedot Lemak, Dinkes Depok Minta Klinik Kesehatan Beri Klarifikasi
Klinik kecantikan WSJ yang berada di Jalan Ridwan Rais, Beji, Depok. Klinik tersebut menjadi sorotan setelah seorang wanita asal Medan meninggal dunia usai sedot lemak di tempat ini. (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto)

Liputan6.com, Jakarta Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi Estetik (PERAPI) mengingatkan masyarakat untuk memastikan memilih dokter yang kompten saat menjalani liposuction atau sedot lemak. Hal ini berkaca pada kejadian yang dialami selebgram asal Medan ENS (30) yang meninggal dunia usai melakukan sedot lemak di Depok, Jawa Barat.

Ketua PERAPI Jabodetabek dr. Qori Haly, SpBP-RE menjelaskan bahwa dokter spesialis yang memiliki kompetensi melakukan prosedur bedah estetik, termasuk sedot lemak, tercatat dan diakui oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).

Untuk mengetahui kompetensi dokter, masyarakat bisa mengecek kompetensi dokter di website resmi KKI.

"Tinggal klik aja namanya nanti akan keluar data-datanya apakah kompeten sebagai spesialis yang bisa melakukan tindakan bedah estetik," kata Qori dalam diskusi daring yang digelar Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Rabu.

Selanjutnya, klik "Cek Dokter" dan masukan nama lengkap dokter yang ingin dicari profilnya. Setelah itu, akan muncul informasi mengenai kualifikasi bidang spesialis yang dikuasai dokter tersebut.

Bukan Cuma Dokter Bedah Plastik yang Punya Kompetensi Lakukan Sedot Lemak

Qori mengatakan bukan hanya dokter spesialis bedah plastik rekonstruksi estetik yang memiliki kompetensi melakukan sedot lemak. Ada juga dokter spesialis lain yang memiliki kompetensi beririsan juga bisa melakukan prosedur tersebut.

"Selama dokter spesialis itu mempunyai kompetensi tambahan seperti estetik lanjut, diperbolehkan atau dilegalkan untuk melakukan liposuction," kata Qori mengutip Antara.

Bila tidak mempunyai sertifikat kompetensi untuk melakukan tindakan pembedahan plastik estetik maka tidak diperbolehkan melakukan liposuction. "Maka menjadi ilegal untuk melakukan tindakan liposuction," ujarnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pelayanan Bedah Plastik Rekonstruksi Estetika Diselenggarakan di RS

Pelayanan Bedah Plastik Rekonstruksi Estetika Diselenggarakan di ori juga menganjurkan masyarakat untuk mencari informasi mengenai prosedur sedot lemak dengan berkonsultasi ke dokter spesialis terlebih dahulu sebelum menjalani operasi tersebut.

Lalu, sesuai Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2024 pelayanan bedah plastik rekonstruksi dan estetika dapat diselenggarakan oleh rumah sakit atau klinik utama.

Jangan sampai tergiur oleh diskon-diskon atau promo semata.

"Jadi jangan sampai kita terbuai oleh diskon-diskon atau promo-promo di mana pasti akan mempunyai harga yang menarik, tidak semahal dibandingkan yang lain," ujar Qori.


Operasi Sedot Lemak atau Liposuction Itu Apa?

Qori menjelaskan sedot lemak merupakan prosedur pembedahan invasif untuk menghilangkan lapisan lemak di bawah kulit area tertentu. Sedot lemak hanya bertujuan untuk membentuk bagian tubuh area tertentu (body contouring) dengan menyedot kelebihan lemak yang sulit dihilangkan.

"Jadi jangan sampai semua meyakini liposuction untuk menurunkan berat badan, tapi liposuction semata adalah untuk membentuk tubuh atau bagian tubuh tertentu," ujar Qori.


Risiko Sedot Lemak

Risiko sedot lemak ada bisa berasal dari efek pembiusan akibat reaksi antara obat bius dengan obat-obatan lain yang dikonsumsi pasien maupun risiko dari prosedur pembedahan.

Oleh karenanya, Qori mengingatkan agar pasien jujur mengenai kondisi tubuh maupun obat-obatan yang dikonsumsi saat berkonsultasi dengan dokter sebelum operasi.

Selain itu, Qori juga menyebutkan sedot lemak juga bisa menimbulkan risiko lainnya seperti penumpukan cairan, infeksi, kebal rasa, dan alergi lidocaine.

Serta terdapat risiko yang lebih berat yakni kulit bergelombang, kerusakan jaringan lunak, jarum sedot lemak menembus rongga dan organ tubuh tertentu, emboli lemak, serta gangguan jantung dan ginjal.

"Risiko komplikasi itu akan semakin meningkat seiring bertambahnya atau meluasnya bidang operasi jadi ada beberapa bagian yang dilakukan tindakan yang meningkatkan risiko komplikasi," kata Qori.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya