Bullying dalam bentuk ejekan, hinaan bisa berdampak pada masa depan seorang anak. Intimidasi dan penindasan yang dialami anak-anak akan terakumulasi sepanjang tahun dan memengaruhi mental serta fisiknya.
Para peneliti menemukan, remaja yang diintimidasi di masa lalu, saat ini cenderung memiliki kualitas hidup rendah dibandingkan yang sedikit mengalaminya atau tidak sama sekali.
Penulis menegaskan, dengan temuan ini dia menyarankan agar kita harus bisa menemukan cara dalam menghentikan bullying.
Pada masa lalu, ketika para peneliti mensurvei siswa pada satu titik tertentu, anak-anak dan remaja yang ditindas cenderung skornya rendah pada ukuran kesehatan fisik dan mental. Tapi, beberapa penelitian menyebutkan kemungkinan efek bullying terakumulasi selama bertahun-tahun seperti dituliskan dalam Jurnal Pediatrics.
Umumnya, siswa yang ditindas pada masa lalu nilai kesehatan fisik dan mentalnya lebih baik dibanding yang saat ini masih ditindas. Sedangkan remasa yang ditindas sepanjang karirnya mencetak skor yang terburuk.
Kesehatan mental yang buruk itu ciri-cirinya termasuk menjadi sedih, takut, dan marah. Kesehatan fisik yang buruk termasuk ketidakmampuan berjalan jauh dan tak mampu mengangkut benda berat.
"Saya pikir salah satu kuncinya adalah setiap orang dewasa yang berhubungan dengan anak-anak (harus) tahu tanda-tanda bullying," kata Laura Bogart, dari Rumah Sakit Anak Boston kepada Reuters Health, Rabu (19/2/2014).
"Ada tanda-tanda fisik, tapi tak selalu fisik," katanya.
Sebagai contoh, salah satu tanda nonfisik adalah anak itu tak mau ke sekolah. Bogart juga mengatakan penting bagi orangtua apakah anak mereka ikut dalam salah satu kelompok berisiko tinggi bullying. Kelompok-kelompok itu termasuk anak-anak yang mengalami kecacatan fisik, orang kelebihan berat badan, dan obesitas, lesbian, gay, biseksual, atau yang lainnya.
"Saya pikir ini menjelaskan, terutama untuk orangtua, harus benar-benar selaras dengan apa yang terjadi dalam kehidupan anak-anak mereka dengan memperhatikan, mengetahui apa yang terjadi di sekolah dan menyadari sehingga mereka melihat perubahannya," ujarnya.
(Mel)
Para peneliti menemukan, remaja yang diintimidasi di masa lalu, saat ini cenderung memiliki kualitas hidup rendah dibandingkan yang sedikit mengalaminya atau tidak sama sekali.
Penulis menegaskan, dengan temuan ini dia menyarankan agar kita harus bisa menemukan cara dalam menghentikan bullying.
Pada masa lalu, ketika para peneliti mensurvei siswa pada satu titik tertentu, anak-anak dan remaja yang ditindas cenderung skornya rendah pada ukuran kesehatan fisik dan mental. Tapi, beberapa penelitian menyebutkan kemungkinan efek bullying terakumulasi selama bertahun-tahun seperti dituliskan dalam Jurnal Pediatrics.
Umumnya, siswa yang ditindas pada masa lalu nilai kesehatan fisik dan mentalnya lebih baik dibanding yang saat ini masih ditindas. Sedangkan remasa yang ditindas sepanjang karirnya mencetak skor yang terburuk.
Kesehatan mental yang buruk itu ciri-cirinya termasuk menjadi sedih, takut, dan marah. Kesehatan fisik yang buruk termasuk ketidakmampuan berjalan jauh dan tak mampu mengangkut benda berat.
"Saya pikir salah satu kuncinya adalah setiap orang dewasa yang berhubungan dengan anak-anak (harus) tahu tanda-tanda bullying," kata Laura Bogart, dari Rumah Sakit Anak Boston kepada Reuters Health, Rabu (19/2/2014).
"Ada tanda-tanda fisik, tapi tak selalu fisik," katanya.
Sebagai contoh, salah satu tanda nonfisik adalah anak itu tak mau ke sekolah. Bogart juga mengatakan penting bagi orangtua apakah anak mereka ikut dalam salah satu kelompok berisiko tinggi bullying. Kelompok-kelompok itu termasuk anak-anak yang mengalami kecacatan fisik, orang kelebihan berat badan, dan obesitas, lesbian, gay, biseksual, atau yang lainnya.
"Saya pikir ini menjelaskan, terutama untuk orangtua, harus benar-benar selaras dengan apa yang terjadi dalam kehidupan anak-anak mereka dengan memperhatikan, mengetahui apa yang terjadi di sekolah dan menyadari sehingga mereka melihat perubahannya," ujarnya.
(Mel)