6 Fakta Penyakit Leptospirosis, Infeksi yang Mengintai Usai Banjir

Leptospirosis bisa sebabkan kematian.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 02 Jan 2020, 12:55 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2020, 12:55 WIB
[Fimela] Banjir
Ilustrasi Banjir | unsplash.com/@jonfordphotos

Liputan6.com, Jakarta Curah hujan yang tinggi di awal tahun memunculkan kasus banjir di sejumlah wilayah. Tak hanya kerugian material, bencana banjir juga menjadi salah satu risiko timbulnya penyakit seperti Hepatitis, tifus, dan Leptospirosis. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh air banjir yang menggenang di pemukiman.

Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah Leptospirosis. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi ini punya dampak yang tak tanggung-tanggung, kematian. Penyakit ini menimbulkan serangkaian gejala yang dapat melemahkan tubuh.

Penyakit Leptospirosis kerap muncul saat musim hujan tiba, terutama di wilayah rawan banjir. Penyakit ini bisa menyebar melalui kontaminasi air yang masuk ke dalam tubuh. Beberapa kasus infeksi Leptospirosis sempat di temui di Indonesia bahkan ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Saat musim hujan, terutama jika berada dalam pemukiman rawan banjir, penting untuk menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh. Berikut fakta mengenai Leptospirosis, penyakit yang mengancam usai banjir, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (2/1/2020).


Fakta penyebab Leptospirosis

ilustrasi tikus
ilustrasi penyebab Leptospirosis (iStockphoto)

Leptospirosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dari genus Leptospira. Bakteri yang menyebabkan leptospirosis disebarkan melalui urin hewan yang terinfeksi, yang dapat masuk ke air atau tanah. Bakteri ini dapat bertahan hidup di sana selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.

Hewan pengerat paling sering membawa bakteri ini pada manusia. Ketika menginfeksi manusia, bakteri ini bisa menyerang hati, ginjal, otak, dan paru-paru. Gangguan fungsi tubuh ini dapat menyebabkan masalah serius dan kematian.


Fakta Penularan

Ilustrasi pria sakit flu
Ilustrasi (iStock)

Menurut WHO, Leptospirosis lebih umum ditemukan di daerah tropis. Manusia terinfeksi melalui kontak langsung dengan urin hewan yang terinfeksi atau dengan lingkungan yang terkontaminasi urin yang mengandung Leptospira. Bakteri mendiami ginjal hewan dan dikeluarkan melalui urin, menginfeksi tanah atau air.

Bakteri kemudian memasuki tubuh melalui luka atau lecet pada kulit, atau melalui selaput lendir mulut, hidung dan mata. Kondisi ini biasanya tidak menular dari satu orang ke orang lain.


Mengintai saat musim hujan dan banjir

Evakuasi Warga Permukiman Cipinang Melayu
Petugas gabungan mengevakuasi warga saat banjir merendam permukiman Cipinang Melayu, Jakarta, Rabu (1/1/2020). Ratusan rumah warga di Kelurahan Cipinang Melayu terendam banjir hingga ketinggian leher orang dewasa sejak dini hari tadi dan telah menewaskan dua warga. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Paparan melalui air yang terkontaminasi oleh urin dari hewan yang terinfeksi adalah rute infeksi yang paling umum. Musim hujan menjadi salah satu faktor risiko infeksi Leptospira pada manusia. Air hujan yang menggenang dapat terkontaminasi urin tikus yang terinfeksi dan berpotensi menjangkit manusia.

Banjir menjadi salah satu cara besar penularan penyakit ini. Genangan banjir yang sangat mungkin mengandung urine hewan ini bisa saja mengendap di lantai rumah, kamar mandi, atau pemukiman sekitar. Bakteri ini bisa bertahan hingga berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan jika tidak segera dibersihkan.

Banjir membawa bakteri Leptospira dari sarang tikus ke pemukiman dan rumah melalui air yang menggenang. Tidak hanya di kawasan banjir, kondisi air terkontaminasi yang mengalir juga sangat tinggi menyebabkan infeksi Leptospira.


Sebabkan kematian

Ilustrasi kematian
Ilustrasi kematian

Leptospirosis berat dapat menganggu fungsi organ tubuh. Penyakit ini dapat menyebabkan gagal ginjal atau hati, gangguan pernapasan, dan meningitis. Jika tak segera ditangani penyakit ini dapat mengancam jiwa.

Sebagian besar pasien yang meninggal dunia akibat leptospirosis terjadi karena gagal napas, radang paru dan gagal ginjal. Masyarakat di kawasan rawan banjir yang paling rentan terpapar leptospirosis.


Gejala Leptospirosis

Ilustrasi orang sakit
Ilustrasi orang sakit (sumber: iStockphoto)

Tanda dan gejala leptospirosis biasanya muncul tiba-tiba, sekitar 5 hingga 14 hari setelah infeksi. Tanda dan gejala leptospirosis ringan meliputi demam dan kedinginan, batuk, diare, muntah, sakit kepala, nyeri otot terutama punggung bagian bawah dan betis, ruam, mata merah dan teriritasi, serta penyakit kuning.

Sementara itu tanda dan gejala leptospirosis berat akan muncul beberapa hari setelah gejala leptospirosis ringan menghilang. Gejala tergantung pada organ vital mana yang terinfeksi.

Jika bakteri menginfeksi hati, jantung, dan ginjal, gejala yang timbul akan berupa kelelahan, detak jantung cepat, nyeri otot, mual, mimisan, sakit dada, pembengkakan pada tangan, kaki, atau pergelangan kaki, penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan, dan penyakit kuning. Jika leptospirosis menyerang paru-paru, Tanda dan gejala termasuk sulit bernaoasm demam tinggi dan batuk darah.

Sementara itu, jika penyakit menyerang otak, atau sumsum tulang belakang bakteri akan menyebabkan meningitis dan ensefalitis. Meningitis adalah infeksi pada membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan ensefalitis mengacu pada infeksi jaringan otak.


Cara pencegahan

Ilustrasi membersihkan rumah
Ilustrasi membersihkan rumah

Mencegah penyakit ini muncul saat banjir sangat penting dilakukan. Membersihkan rumah dan lingkungan sekitar dengan desinfektan sangatlah penting. Gunakan cairan pembersih kuman untuk membersihkan lantai, kamar mandi, dan ruangan yang tergenang air banjir. Jangan biarkan anak berendam atau berenang dalam genangan banjir. Bersihkan juga gudang, semak-semak, atau lingkungan yang berpotensi menjadi sarang tikus.

Selain itu, segera tutup luka yang terbuka di tubuh untuk mencegah penularan melalui kulit. Juga, selalu cuci tangan dan kaki menggunakan sabun, terutama setelah dari kamar kecil, sebelum-setelah makan, maupun setelah keluar rumah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya