Cara Membuat RPP yang Baik dan Benar, Pahami Tiga Komponennya

Cara membuat RPP diatur dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

oleh Laudia Tysara diperbarui 26 Okt 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2021, 12:00 WIB
Ilustrasi Anak Sekolah di Jepang.
Anak Sekolah di Jepang.(AFP/ Odd Andersen)

Liputan6.com, Jakarta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang wajib disusun oleh pendidik. Di Indonesia cara membuat RPP diatur dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

“RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD),” bunyi Permendikbud.

Kunci dari cara membuat RPP yang baik dan benar adalah tenaga pendidik harus menyesuaikan dengan Kompetensi Dasar dan memahami betul apa saja komponen RPP yang wajib ada. Kini, komponen cara membuat RPP hanya terdiri dari tiga dan satu halaman saja.

Agar lebih memahami cara membuat RPP, berikut Liputan6.com ulas penjelasannya melansir dari situs jejaring sosial para akademisi di laman Academia.edu, Selasa (26/10/2021).

Komponen-Komponen Cara Membuat RPP

Ilustrasi Murid Sekolah
Ilustrasi Murid Sekolah | pexels.com/@jeswin

Cara membuat RPP awalnya terdiri dari sebelas komponen, mengutip dari situs jejaring sosial para akademisi di laman Academia.edu, apa saja?

1. Identitas mata pelajaran

2. Standar kompetensi

3. Kompetensi dasar

4. Indikator pencapaian kompetensi

5. Tujuan pembelajaran

6. Materi ajar

7. Alokasi waktu

8. Metode pembelajaran

9. Kegiatan pembelajaran

10. Penilaian hasil belajar

11. Sumber belajar

Kemudian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dalam keterangan resminya di laman kemdikbud.go.id, pada bulan Desember tahun 2019 mengeluarkan kebijakan pendidikan, “Merdeka Belajar” untuk penyederhanaan RPP, meringankan beban administratif guru.

Kini cara membuat RPP hanya dengan tiga komponen inti dalam satu halaman saja, yang awalnya terdiri dari belasan komponen RPP. Apa saja tiga komponen itu?

1. Tujuan pembelajaran

2. Kegiatan pembelajaran

3. Asesmen atau penilaian pembelajaran

Hal yang penting dari cara membuat RPP oleh Mendikbud Nadiem dijelaskan bukan tentang penulisannya, melainkan proses refleksi guru terhadap pembelajaran yang sebenarnya terjadi.

Cara Membuat RPP yang Baik dan Benar

Ilustrasi anak sekolah, seragam sekolah
Ilustrasi anak sekolah, seragam sekolah. (Photo by Hakan Nural on Unsplash)

1. Cara membuat RPP pertama adalah dilakukan dengan menyusun setiap Kompetensi Dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.

2. Cara membuat RPP kedua adalah memuat penjelasan yang singkat, padat, dan jelas. RPP bisa dibaca oleh siapa saja yang mengajar, termasuk siapa saja bisa melakukan sesuai yang dipaparkan tahap demi tahap dalam RPP.

3. Cara membuat RPP ketiga adalah mampu menggambarkan prosedur yang tepat. Memuat struktur organisasi pembelajaran untuk bisa mencapai Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.

4. Cara membuat RPP keempat adalah menyusun indikator yang melibatkan tiga aspek penting seperti kognitif, afektif, dan psikomotorik. Meski begitu, ini tidak harus semua.

5. Cara membuat RPP kelima adalah harus memuat audience, behaviour, condition, dan degree. Ini dapat diartikan, dalam RPP harus ada peserta didik (audience), tingkah laku belajar (behaviour), kondisi belajar (condition), dan tingkat keberhasilan (degree).

6. Cara membuat RPP keenam adalah mampu berorientasi pada produk yang akan dibuat oleh siswa. Misalnya saja membuat jurnal dan berbagai jenis penugasan.

7. Cara membuat RPP ketujuh adalah memuat kegiatan-kegiatan yang terstruktur agar kelas menjadi tidak berantakan.

 

Tujuan Pembelajaran

Sekolah Online
Ilustrasi Belajar. Credit: pexels.com/pixabay

Tujuan pembelajaran atau instructional objective adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Pembelajaran merupakan arah yang ingin dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran.

Henry Ellington (1984) dan Fred Percival menyatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deklarasi yang jelas dan memperlihatkan penampilan atau skill dari siswa yang bisa diraih dalam aktivitas pembelajaran.

Robert F Mager, menyebutkan tujuan pembelajaran merupakan sikap yang akan meraih suatu kompetensi yang telah dicanangkan. Sikap yang dimaksud adalah fakta yang abstrak maupun konkret. Langkah berikutnya tujuan pembelajaran diimplementasikan secara global di tahun 1971 termasuk di Indonesia. Penyusunan tujuan pembelajaran sangatlah penting dalam rangkaian pengembangan desain pembelajaran.

Klasifikasi Tujuan Pembelajaran

Ilustrasi reuni sekolah
Ilustrasi sekolah. (Photo by Satria Perkasa on Unsplash)

Ranah Kognitif

1. Level Knowledge (Pengetahuan)

Siswa dituntut untuk bisa mengingat atau menghafal suatu materi (pelajaran). Selain itu siswa akan ditantang untuk bisa menjelaskan kembali pengetahuan yang sudah diterima sebelumnya.

2. Level Comprehension (Pemahaman)

Siswa diharuskan untuk bisa melakukan tafsiran, mengartikan, menerjemahkan dan menjelaskan dengan cara mereka sendiri mengenai pengetahuan yang sudah pernah diterima sebelumnya.

3. Level Application (Penerapan)

Menguji keahlian siswa dalam menerapkan pengetahuan untuk tujuan menyelesaikan masalah yang ada dalam soal maupun kehidupan nyata.

4. Level Analysis (Analisis)

Kemampuan siswa dalam mempraktekan segala pengetahuan yang diraih untuk membuat solusi dari kehidupan sehari hari.

5. Level Synthesis (Sintesis)

Keahlian siswa untuk bisa menghubungkan dan memadukan berbagai komponen dan aspek dari pengetahuan untuk dijadikan sebuah pengetahuan baru.

5. Level Evaluation (Evaluasi)

Keahlian siswa untuk menciptakan prediksi atau keputusan dari sebuah persoalan atau pengetahuan yang telah dipunya. 

Ranah Afektif (Sikap dan Perilaku)

1. Kemauan Menerima

Kemauan untuk bisa mengamati suatu fenomena dan mampu menerima secara lapang, seperti kemauan menerima pendapat orang lain.

2. Kemauan Menanggapi

Ketika siswa ikut serta secara aktif dalam acara tertentu, yang lebih condong pada perilaku inisiatif.

3. Berkeyakinan

Penerimaan siswa terhadap sistem nilai tertentu dalam diri personal masing masing.

4. Penerapan Karya

Pengakuan siswa pada sistem nilai yang bersifat subyektif pada sebuah karya. Contohnya adalah kesadaran pada hak dan kewajiban.  

5. Ketekunan dan Ketelitian

Siswa yang telah mempunyai sistem nilai akan bisa berkomitmen tentang apa yang sudah diyakini tentang sistem nilai tersebut. Ini bisa terlihat bila siswa telah bisa berperilaku objektif pada setiap hal.

Ranah Psikomotor

1. Persepsi

Hal yang berhubungan dengan cara pemakaian indra saat melaksanakan suatu aktivitas.

2. Kesiapan

Hal yang berkaitan dengan kesanggupan dalam melaksanakan sesuatu hal, seperti kesiapan fisik, pikiran, hingga mental.

3. Mekanisme

Aktivitas yang berhubungan dengan performa respon dalam sebuah habit (kebiasaan). Ini bisa dilihat saat seseorang bisa menampilkan performa pada bidang keahlian tertentu yang bersifat spesifik.

4. Respons Terbimbing

Berkaitan dengan cara menduplikasi atau meniru suatu aksi dari orang lain. Dan melakukan aksi tersebut secara identik.

5. Kemahiran

Tingkatan ini berhubungan dengan keterampilan pada kinerja gerakan motorik.

6. Adaptasi

Berkaitan dengan skill yang telah ada dan berkembang pada masing masing personal. Sehingga individu tersebut bisa mentransformasikan setiap gerakan yang ada dengan keadaan atau kondisi tertentu.

7. Originasi

Berhubungan dengan metode untuk membuat gerakan baru yang diadaptasi sesuai pada kondisi tertentu.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya