Dipersingkat 5 Hari, Ini Panduan Isolasi COVID-19 Terbaru Versi CDC

Pusat Pengendali dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menerbitkan dan merevisi panduan isolasi pada 4 Januari 2022.

oleh Laudia Tysara diperbarui 09 Jan 2022, 16:10 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2022, 16:10 WIB
Aktivitas Pasien COVID-19 Jalani Isolasi Mandiri di Hotel
Petugas kemanan mengenakan baju hazmat saat menjaga aktivitas pasien di sebuah hotel kawasan Salemba, Jakarta, Senin (22/2/2021). Para pasien Covid-19 memilih hotel dengan alasan lebih nyaman dan privasi dibandingkan rumah sakit meskipun mengeluarkan biaya lebih. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Isolasi pasien terinfeksi COVID-19 direvisi atau dipersingkat dari 10 hari menjadi 5 hari bagi yang tak bergejala atau bergejala ringan. Panduan isolasi COVID-19 terbaru diterbitkan Pusat Pengendali dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) pada 4 Januari 2022.

Panduan isolasi COVID-19 terbaru versi CDC ini dikeluarkan mengingat adanya varian baru Omicron dengan gejala ringan meski tingkat penularannya melebihi Delta.

“Mengingat apa yang saat ini kami ketahui tentang COVID-19 dan varian Omicron, CDC mempersingkat waktu yang direkomendasikan untuk isolasi bagi publik,” kata CDC dalam pernyataannya melansir Health Line, pada Minggu (9/1/2022).

Menanggapi peraturan isolasi COVID-19 yang dipersingkat menjadi 5 hari, masih melansir sumber yang sama Mantan Ahli Bedah Umum Jerome Adams memberikan kritik.

“Terlepas dari apa yang dikatakan CDC, Anda benar-benar harus mencoba untuk mendapatkan tes antigen ... dan memastikannya negatif sebelum meninggalkan isolasi dan karantina,” tulisnya di media sosial.

CDC kemudian memberikan tanggapan terhadap kritik yang meningkat tersebut dengan tak hanya mempersingkat waktu isolasi. Berikut Liputan6.com ulas panduan isolasi COVID-19 terbaru versi CDC, Minggu (9/1/2022).

Panduan Isolasi COVID-19 Versi CDC

Suasana Wisma Atlet Kemayoran Pasca Temuan Kasus Covid-19 Varian Omicron
Sejumlah pasien Covid-19 saat menjalani karantina di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Kamis (16/12/2021). Menkes Budi Gunadi Sadikin mengumumkan temuan kasus Covid-19 varian Omicron dari pekerja kebersihan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

CDC mempersingkat panduan karantina COVID-19 dari 10 hari menjadi 5 hari. Isolasi COVID-19 selama 5 hari berlaku untuk pasien yang tak bergejala atau bergejala ringan.

Panduan isolasi 5 hari juga berlaku bagi individu yang sempat melakukan kontak erat dengan pasien positif COVID-19. Panduan isolasi COVID-19 ini diterbitkan dan direvisi CDC pada 4 Januari 2022.

Ini panduan isolasi COVID-19 terbaru versi CDC:

1. Panduan isolasi COVID-19 pertama, seseorang dapat meninggalkan isolasi atau karantina setelah 5 hari jika tidak demam selama 24 jam dan gejala membaik.

2. Panduan isolasi COVID-19 kedua, bagi yang memiliki akses ke tes antigen cepat dan mendapatkan hasil tes positif COVID-19, maka harus tetap diisolasi selama 5 hari lagi.

3. Panduan isolasi COVID-19 ketiga, bagi yang sudah tes dengan hasil negatif itu artinya pasien sudah dapat meninggalkan rumah, tetapi harus terus menggunakan masker di sekitar orang lain di rumah dan di tempat umum hingga 10 hari.

4. Panduan isolasi COVID-19 keempat, apabila tidak memiliki akses untuk tes, pasien tetap harus menghindari tempat berisiko tinggi seperti panti jompo dan mengenakan masker saat berada di tempat umum. Selain itu, pasien harus atau wajib tidak bepergian.

Khusus bagi individu yang berasa di lingkungan berisiko tinggi, ini panduan isolasi COVID-19 terbaru yang direkomendasikan:

5. Panduan isolasi COVID-19 kelima, berlaku bagi individu yang bekerja di lingkungan "berisiko tinggi" yang mencakup fasilitas pemasyarakatan, tempat penampungan tunawisma, dan kapal pesiar, harus dikarantina setidaknya 10 hari setelah terpapar, terlepas dari status vaksinasi dua dosis atau booster.

Bagi individu yang sering berhubungan dengan individu berisiko tinggi seperti mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, CDC merekomendasikan selalu melakukan tes COVID-19 untuk mengurangi tingkat penularan penyakit.

Vaksinasi Booster Efektif Melawan Omicron

FOTO: Tenaga Kesehatan Thailand Jalani Vaksinasi COVID-19
Tenaga kesehatan menyiapkan booster vaksin virus corona COVID-19 Pfizer-BioNTech untuk tenaga kesehatan di Rumah Sakit Bangkok Metropolitan Administration General, Bangkok, Thailand, Selasa (10/8/2021). Kasus COVID-19 di Thailand mencapai 736.522 kasus sejak awal pandemi. (AP Photo/Sakchai Lalit)

Fakta terbaru mengenai vaksin booster yang lebih ampuh melindungi dari Omicron telah dibuktikan pada penelitian yang dilakukan di Denmark melansir Reuters, pada Minggu (9/1/2022).

Penelitian ini dilakukan pada 12.000 rumah tangga dengan infeksi COVID-19, termasuk 2.225 rumah tangga diantaranya dengan infeksi varian Omicron.

Pada kesempatan yang lain, penelitian juga dilakukan di Inggris pada 528.176 kasus Omicron dan 573.012 kasus Delta.

Hasilnya diterbitkan oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris yang bekerja bersama unit Biostatistik MRC Universitas Cambridge, menunjukkan jumlah pasien rawat inap Omicron lebih rendah daripada Delta, tepatnya sepertiga varian Delta.

1. Penularan Masih 3,7 Kali Lebih Tinggi daripada Delta

Hasil penelitian menunjukkan infeksi masih tinggi terjadi di rumah dengan anggota keluarga yang sudah mendapat suntikan vaksin booster. Pada varian Omicron, penularan hampir 3,7 kali lebih tinggi terjadi daripada varian Delta. Penelitian ini masih membutuhkan tindakan lebih lanjut lagi.

2. Kemungkinan Terinfeksi Rendah

Para peneliti menuturkan objek penelitian baru sebatas pada penularan yang terjadi di rumah tangga. Meski demikian, hasil penelitian juga menunjukkan orang yang sudah mendapat vaksin booster 56 persen lebih kecil kemungkinannya terinfeksi dibanding yang belum menerima vaksin booster.

3. Kemungkinan Menularkan Rendah

Hasil penelitian lanjutannya menunjukkan, apabila infeksi Omicron terjadi pada orang yang sudah mendapat vaksin booster, kecil kemungkinan untuk menularkannya kembali kepada anggota keluarga yang lain daripada yang belum.

4. Mengurangi Risiko Rawat Inap

Vaksin COVID-19 memberikan peranan penting pada risiko rawat inap ini. Hasil penelitian yang dilakukan di Inggris menunjukkan risiko rawat inap varian Omicron lebih rendah pada penderita yang sudah mendapat vaksinasi dosis lengkap (2 dosis) dan vaksin booster (3 dosis).

Pengurangan risiko rawat inap berkurang mencapai 81 persen pada pasien yang sudah mendapat vaksin booster, apabila dibandingkan dengan pasien yang belum mendapatkan vaksinasi COVID-19 sama sekali. Presentasenya mungkin akan berbeda bila dibandingkan dengan pasien yang baru mendapat vaksinasi 2 dosis.

Meski demikian, Kepala Penasihat Medis di The UK Health Security Agency (UKHSA) Susan Hopkins, mengatakan pada hasil penelitian yang sudah dilakukan itu belum cukup karna objek belum dimaksimalkan. Begitu pula masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan “pasti” tentang risiko rawat inap dan peningkatan penularan Omicron.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya