12 Tradisi Unik Menjelang Bulan Ramadhan di Indonesia, Penuh Suka Cita dan Filosofi

Menjelang bulan Ramadhan seperti ini banyak tradisi unik dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari padusan hingga mohibadaa.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 30 Mar 2022, 19:45 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2022, 19:45 WIB
12 Tradisi Unik Menjelang Bulan Ramadhan di Indonesia, Penuh Suka Cita dan Filosofi
Ilustrasi puasa, Ramadan, Islami. (Photo by Ahmed Aqtai: https://www.pexels.com/photo/photo-of-ramadan-light-on-top-of-table-2233416/)

Liputan6.com, Jakarta Bulan Ramadhan merupakan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim di dunia termasuk Indonesia. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, kemeriahan menyambut Ramadhan sangat terasa.

Menjelang bulan Ramadhan seperti ini banyak tradisi unik dari berbagai daerah di Indonesia. Tradisi unik tersebut sesuai dengan adat istiadat turun temurun dari masing-masing daerah yang tetap dilestarikan hingga saat ini.

Tradisi tersebut mulai dari padusan, ruwuhan atau nyadran, megengan, dan masih banyak lagi.  Tradisi turun temurun tersebut bermakna pada menyucikan diri, saling bermaafan, dan menjalin silaturahmi.

Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai tradisi unik menjelang bulan Ramadhan dari berbagai daerah di Indonesia yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (30/3/2022).

Tradisi Unik Menjelang Bulan Ramadhan di Indonesia

12 Tradisi Unik Menjelang Bulan Ramadhan di Indonesia, Penuh Suka Cita dan Filosofi
Keseruan anak-anak bermain air saat mengikuti ritual "padusan" di pemandian Umbul Saren Wedomartani, Sleman, Minggu (5/6). Padusan sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa yang dilakukan setiap tahun menyambut datangnya Ramadan. (Liputan6.com/Boy Harjanto)

1. Padusan, Jawa Tengah dan Yogyakarta

Memasuki bulan Ramadhan, umat muslim bukan hanya melakukan persiapan fisik untuk menjalani ibadah puasa, tetapi juga persiapan batin dengan menyucikan diri. Salah satu tradisi menyucikan diri tersebut adalah padusan. Tradisi ini umumnya dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Padusan berasal dari kata adus yang berarti mandi. Tujuannya adalah menyucikan diri, membersihkan jiwa, dan raga, sehingga saat Ramadhan datang umat muslim dapat menjalani ibadah dalam kondisi suci lahir maupun batin. Tradisi yang merupakan warisan leluhur ini, dilakukan dengan cara berendam atau mandi di sumber mata air. Saat ini, kebanyakan kegiatan padusan dilakukan secara beramai-ramai bahkan menarik perhatian wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

2. Kuramasan, Jawa Barat

Tradisi kuramasan dilakukan oleh warga di Kampung Adat Miduana, Cianjur, Jawa Barat. Kampung Adat Miduana merupakan sebuah perkampungan yang masih berpegang teguh pada tradisi Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan unik jelang Ramadhan itu berlangsung di Sungai Cipandak, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Tradisi Kuramasan ini warga akan mandi di Sungai Cipandak baik secara individu maupun kelompok. Mereka datang ke Sungai Cipandak sehari menjelang Ramadhan sejak pagi hingga waktu solar Dzuhur. Tak hanya prosesi mandi massal, warga juga membersihkan sampah di Sungai Cipandak secara gotong-royong. Setelah acara selesai, dilanjutkan dengan kegiatan makan bersama atau dikenal dengan mayor di tepi sungai.

3. Mohibadaa, Gorontalo

Jelang Ramadhan, masyarakat Gorontalo memiliki tradisi Mohibadaa, yakni membalurkan ramuan rempah-rempah tradisional sebagai masker wajah. sebenarnya tradisi ini dilakukan tak hanya jelang Ramadhan. Namun, menyambut bulan puasa, tradisi ini menjadi lebih istimewa. Ramuan rempah-remah yang digunakan antara lain tepung beras, humopoto (kencur), bungale (bangle), dan alawahu (kunyit). Disarankan menggunakan beras ketan agar hasil tepungnya halus. Mohibadaa dilakukan untuk menjaga kondisi kulit karena biasanya saat puasa, kulit terasa kering apalagi cuaca Gorontalo sangat panas. Biasanya, paket rempah tradisional ini dijual di pasar tradisional sehingga masyarakat Gorontalo tak perlu meracik sendiri. Tak hanya aromanya yang harum sepanjang hari, kulit juga akan terasa kencang, sehat berseri, tidak kering, dan mengurangi kerutan.

Tradisi Unik Menjelang Bulan Ramadhan di Indonesia

12 Tradisi Unik Menjelang Bulan Ramadhan di Indonesia, Penuh Suka Cita dan Filosofi
Muslim Papua biasa melakukan tradisi bakar batu dengan menu olahan daging ayam, sebagai pengganti daging babi. (Liputan6.com/Katharina Janur)

4. Makan Telur Ikan, Kendal

Masyarakat Kaliwungu, Kendal memiliki tradisi unik yakni makan telur ikan mimi. Ikan mimi adalah binatang laut yang menyerupai ikan pari. Menjelang Ramadhan, telur ikan mimi banyak dijajakan di alun-alun kota yang disulap menjadi pasar tiban atau pasar dadakan. Warga setempat meyakini telur ikan mimi ini biasa dimakan oleh penyebar agama Islam. Biasanya, warga memakan telur ikan mimi malam menjelang Ramadhan. Selain makan telur ikan mimi, warga Kaliwungu juga memiliki tradisi tukuder yang artiya membeli makanan jelang Ramadhan.

5. Bakar Batu, Papua

Di Papua, seperti di Jayapura umat Muslim menyambut Ramadhan dengan tradisi bakar batu. Disebut bakar batu karena batu dibakar hingga panas lalu ditumpuklah bahan makanan seperti daging ayam, kambing, sapi, dan umbi-umbian. Tumpukan makanan ini kemudian ditutup lagi dengan batu panas hingga matang. Tradisi bakar batu dilakukan sebagai bagian dari kegiatan silaturahmi dan saling memaafkan sebelum Ramadhan tiba.

6. Malamang, Sumatera Barat

Malamang merupakan tradisi di Sumatera Barat yang dilakukan dengan memasak lemang yang terbuat dari penggabungan antara beras ketan putih dan santan yang dimasukkan ke dalam bambu. Tradisi ini bertujuan sebagai sarana berkumpul dan mempererat tali silaturahmi sambil menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Malamang harus dikerjakan oleh banyak orang. Pasalnya, ada beberapa langkah yang harus dilakukan seperti mencari bambu sebagai tempat adonan lemang, mencari kayu bakar untuk memanggang lemang, serta mempersiapkan bahan pembuatan lemang. Jadi diperlukan kerjasama dalam proses membuat lemang ini.

Tradisi Unik Menjelang Bulan Ramadhan di Indonesia

12 Tradisi Unik Menjelang Bulan Ramadhan di Indonesia, Penuh Suka Cita dan Filosofi
Warga Aceh berbelanja daging pada perayaan tradisi Meugang Ramadan 1440 Hijriah di pasar tradisional di Banda Aceh, 4 Mei 2019. Meugang merupakan tradisi turun temurun masyarakat Aceh dengan membeli, mengolah, hingga menyantap daging bersama keluarga. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

7. Arwah Jamak, Demak

Arwah jamak adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Demak. Tradisi ini sudah ada sejak masa Sunan Kalijaga. Arwah jamak dilakukan dengan membaca doa untuk orang tua, sanak saudara, serta leluhur yang sudah meninggal. Doa akan dibacakan bersama-sama menjelang datangnya bulan Ramadhan dan sepuluh hari terakhir pada malam ganjil Ramadhan. Warga yang ingin mendoakan orang tua, saudara, dan leluhurnya secara berjamaah biasanya memberikan sedekah uang untuk tiap satu nama arwah. Uang yang terkumpul akan digunakan untuk menyantuni anak yatim piatu.

8. Meugang, Aceh

Meugang merupakan tradisi menyembelih kambing atau sapi yang dilakukan tiga kali dalam setahun, yaitu pada Ramadhan, Idul Adha, dan Idul Fitri. Biasanya masyarakat memasak daging di rumah, setelah itu membawanya ke mesjid untuk makan bersama keluarga, kerabat, tetangga, atau yatim piatu. Masyarakat Aceh percaya bahwa nafkah yang dicari selama 11 bulan wajib disyukuri dalam bentuk tradisi Meugang. Tradisi Meugang di desa biasanya berlangsung satu hari sebelum bulan Ramadhan. Meugang dimulai sejak masa Kerajaan Aceh (1607-1636 Masehi).

9. Nyorog, Betawi

Nyorog adalah tradisi masyarakat Betawi yang dilakukan dalam rangka menyambut bulan Ramadhan. Nyorog dilakukan dengan membagikan berbagai bingkisan seperti sembako, ikan bandeng dan daging kerbau kepada sanak keluarga. Bingkisan nyorog biasanya juga bisa berupa makanan khas Betawi seperti sayur gabus pucung. Tujuan dari nyorog adalah untuk mengingatkan bahwa bulan Ramadhan akan segera datang dan Ramadhan merupakan ajang untuk saling silaturahmi.

Tradisi Unik Menjelang Bulan Ramadhan di Indonesia

12 Tradisi Unik Menjelang Bulan Ramadhan di Indonesia, Penuh Suka Cita dan Filosofi
Peserta melakukan prosesi Gelar Budaya Nyadran Kali di Desa Wisata Kandri, Kecamatan Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (14/2). Warga melaksanakan rangkaian prosesi, mulai dari kirab, penuangan air ke sawah, melempar kembang. (Liputan6.com/Gholib)

10. Megengan, Jawa Timur

Tradisi megengan merupakan tradisi menyambut bulan Ramadhan oleh masyarakat Provinsi Jawa Timur. Megengan berasal dari kata megeng, yang berarti menahan. Filosofinya adalah menahan segala hal yang membatalkan ibadah puasa, dari lapar dan haus, serta hawa nafsu. Tradisi ini dilakukan dengan kenduri atau selamatan, biasanya di masjid atau mushola. Tak lupa, setiap warga membawa makanan untuk saling berbagi nantinya. Dalam tradisi megengan, ada satu makanan yang tak akan pernah tergantikan, yaitu kue apem. Nama apem berasal dari kata bahasa Arab yakni afwan, yang berarti maaf atau ampunan sebagai simbol permohonan ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa.

11. Dugderan, Semarang

Dugderan merupakan tradisi unik menjelang Ramadhan dari Semarang, Jawa Tengah. Upacara ini merupakan perpaduan tiga etnis yang mendominasi masyarakat Semarang yakni Jawa, Tionghoa, dan Arab. Nama dugderan diambil dari suara bedug yang ditabuh yakni 'dug' dan 'der'. Tabuhan bedug tersebut merupakan pertanda dimulainya bulan Ramadhan. Tradisi ini diramaikan dengan ikon berupa warak ngendhog yakni atraksi replikasi hewan berkaki empat namun berkepala mirip naga.

12. Nyadran, Jawa Tengah

Menjelang Ramadhan, masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta melakukan tradisi nyadran. Tradisi ini juga dikenal sebagai ruwahan. Nyadran adalah hasil akulturasi budaya Jawa dengan Islam. Nyadran diadakan satu bulan sebelum dimulainya puasa, atau pada 15, 20, dan 23 Ruwah. Biasanya nyadran dilakukan dengan membersihkan makam orang tua atau keluarga lalu mendoakannya. Masyarakat yang melakukan tradisi nyadran percaya, membersihkan makam adalah simbol dari pembersihan diri menjelang Bulan Suci. Bukan hanya hubungan manusia dengan Sang Pencipta, nyadran dilakukan sebagai bentuk bakti kepada para pendahulu dan leluhur. Setelah nyadran biasanya ada acara kenduri atau makan bersama.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya