Naif adalah Terlalu Polos, Kenali Ciri-Ciri dan Cara Menguranginya

Naif adalah istilah yang mungkin sudah sering kamu dengar.

oleh Husnul Abdi diperbarui 21 Jul 2022, 16:20 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2022, 16:20 WIB
Naif adalah
Naif adalah (Photo by Benjamin Davies on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Naif adalah istilah yang mungkin sudah sering kamu dengar. Namun, sebagian orang masih belum memahami maknanya. Naif berkaitan dengan sifat seseorang yang hanya memandang lurus suatu hal.

Naif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki dua makna yang berbeda. Definisi yang pertama, naif adalah sangat bersahaja; tidak banyak tingkah; lugu (karena muda dan kurang pengalaman; sederhana. 

Sementara arti kedua, naif adalah celaka; bodoh; tidak masuk akal. Kedua arti naif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ini memiliki makna yang berbeda, positif dan negatif. Kamu perlu memahami penjelasan tentang arti kata naif yang sering kamu dengar ini.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (21/7/2022) tentang naif.


Naif adalah

Naif adalah
Naif adalah Credit: pexels.com/pixabay

Naif adalah istilah yang termasuk ke dalam kategori homonim, yaitu kata yang memiliki dua makna berbeda, tetapi pengucapannya sama. Naif adalah kata sifat yang biasanya dilekatkan pada diri seseorang. Sebagian orang menggunakan kata naif untuk merujuk pada hal-hal yang polos.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), naif adalah sangat bersahaja, lugu, tidak banyak tingkah, sederhana. Arti lainnya naif adalah bodoh, celaka, dan tidak masuk akal. Seseorang akan dianggap naif apabila dirinya terlalu menaruh kepercayaan secara berlebihan atau belum terlalu banyak mengecap asam garam kehidupan.

Orang dengan sifat naif sering kali begitu percaya kepada orang-orang di sekitarnya dan kerap kali banyak orang yang memanfaatkan kepolosan alami dari orang naif ini. Hal ini membuat orang dengan sifat naif menjadi begitu mudah ditipu atau disakiti. Akan tetapi, jangan selalu menganggap kenaifan sebagai sesuatu yang buruk.

Naif adalah sifat yang dapat membantu kamu menjadi lebih optimis. Namun demikian, jika tidak ingin menjadi orang yang terlalu naif, kamu harus bisa membuka diri untuk menerima pengalaman baru, alih-alih untuk berusaha meninggalkannya.


Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Sifat Naif

Melansir Merdeka, ciri-ciri orang yang memiliki sifat naif adalah sebagai berikut:

Terlalu mudah percaya dan mudah ditipu

Kamus Cambridge menggambarkan orang yang naif sebagai seseorang yang “terlalu mudah percaya bahwa seseorang mengatakan yang sebenarnya, bahwa niat orang secara umum adalah baik.” Meskipun niat kamu mungkin baik, kemungkinan besar kamu akan berakhir di pihak yang dirugikan. Selain terlalu mudah percaya, orang yang naif cenderung percaya semua yang dikatakan orang. Tidak masalah apakah perkataan itu tidak berdasar atau terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, orang yang naif akan menganggapnya sebagai fakta.

Mudah dimanfaatkan dan dipengaruhi

Orang-orang akan mudah memanfaatkan orang yang naif, dan jika mereka bersalah, mereka tidak meminta maaf tapi membuat alasan lain. Dan hebatnya, orang yang naïf akan percaya. Mereka percaya alasan tersebut dan mereka memaklumi apa yang diperbuat orang-orang kepadanya. Hal ini karena pikiran positif mereka yang berlebihan.

Orang yang terlalu naif sangat mudah dipengaruhi. Setiap orang memiliki pengalaman melakukan sesuatu yang "bodoh" ketika dia masih muda. Ini biasanya karena teman-temannya atau orang lain yang menyuruhnya. Para ahli yang menyebut otak remaja dinamis tapi juga rentan. Jadi tidak mengherankan bahwa anak muda yang mudah dipengaruhi cenderung naif.

Memiliki pengalaman hidup yang terbatas

Menjalani kehidupan yang relatif lurus mungkin akan membawa kamu pada pikiran positif. Namun jika kehidupan hanya dihabiskan di rumah dan sekolah atau tempat kerja, maka kamu akan melewatkan banyak hal dalam hidup. Dengan kata lain, kamu melewatkan pengalaman kehidupan nyata yang akan membentuk kamu sebagai pribadi.

Sangat bergantung pada orang lain

Sebagai manusia, kamu akan bergantung pada orang dari waktu ke waktu. Tetapi jika kamu sering mengalami kesulitan tanpa orang lain, maka kamu mungkin akan menjadi orang yang naif. Faktanya, ini adalah gejala dari suatu kondisi yang dikenal sebagai gangguan kepribadian dependen. Demikian juga, orang yang naif dan bergantung akan berusaha menghindari konflik atau ketidaksetujuan dengan orang lain karena mereka takut kehilangan dukungan orang tersebut. Lebih penting lagi, orang-orang ini akan mencoba dan menoleransi orang yang mengambil keuntungan dari mereka.

Tumbuh terlindungi

Jika memiliki orang tua yang terlalu protektif, kemungkinan kamu menjalani kehidupan yang sangat terlindungi. Meski kehidupan yang protektif merupakan wujud kasih sayang, kehidupan yang terlindung ini bisa membuat seseorang menjadi orang yang naif. Itu karena kamu tidak 'tahu' seperti apa dunia ini. Jadi, ketika seseorang memberi tahu kamu ini atau itu, kamu mudah terpengaruh.

Menolak keluar dari zona nyaman

Meskipun nyaman, zona aman ini menghambat pertumbuhan. Ini menghentikan kamu dari berbagai macam risiko dan keuntungan di baliknya. Kamu akhirnya gagal mengalami hal-hal baru, dan itulah sebabnya kamu terus menjadi naif. Selain itu, kamu juga akan kehilangan imbalan yang datang setelah mengambil risiko, seperti perasaan gagal, bangga, kesuksesan, dan lain sebagainya.


Kerugian Memiliki Sifat Naif

Kerugian Memiliki Sifat Naif
Kerugian Memiliki Sifat Naif/copyright pixabay.com/trinhkien91

Dalam penggunaannya, istilah naif sering kali dikaitkan dengan hal-hal yang negatif dan merugikan diri sendiri. Kerugian memiliki sifat naif adalah sebagai berikut:

Disepelekan orang lain

Memiliki sifat yang baik bukan berarti kamu punya kepribadian yang lemah. Orang baik bisa saja tetap bersikap tegas dan berpendirian yang teguh. Orang yang memiliki sikap tegas dan menjadi dirinya sendiri cenderung akan lebih dihargai. Pada orang naif yang terlalu polos biasanya tidak pernah menolak permintaan orang lain, tidak bisa marah untuk mengekspresikan dirinya, selalu mengalah demi orang lain, dan selalu mementingkan kebutuhan orang lain daripada diri sendiri.

Buat kamu yang memiliki beberapa karakteristik tersebut, tak jarang dianggap lemah oleh orang lain. Hal ini membuka kesempatan bagi orang lain untuk menyepelekan dan memanfaatkan kebaikan kamu demi keuntungan pribadinya. Pasalnya, orang lain akan lebih mudah untuk menebak reaksi kamu jika diminta pertolongan atau ketika meminta sesuatu dari kamu.

Dianggap sebagai pribadi yang membosankan

Orang yang naif identik dengan kebaikan hatinya. Tentu, dengan sifat ini akan ada saja yang ingin berteman dengan kamu. Namun, pada beberapa waktu, orang naif yang terlalu polos kerap hanya menerima dan pasrah. Hal ini membuat orang lain memandang kamu sebelah mata. Kamu akan dinilai sebagai pribadi yang sangat membosankan dan mudah ditebak.

Mudah kecewa

Kebiasaan memendam emosi karena sering dikecewakan oleh sikap orang lain dapat menjadi boomerang buat kamu. Tidak jarang juga kamu akan disebut sebagai korban perasaan. Apabila terjadi terlalu lama, lelah karena terus dikecewakan bisa membuat perasaan dan metal kamu menjadi tidak stabil dan bisa membuat kamu menjadi depresi.

Tidak bisa menjadi diri sendiri

Ketika kamu merasa kesulitan untuk mengekspresikan diri sendiri, ini sama saja kamu tidak menjadi diri kamu sendiri. Emosi yang dipendam secara terus menerus akan memicu depresi. Di sisi lain, sikap yang terlalu naif dan polos bisa disebabkan oleh kepercayaan diri yang rendah.

Hal ini menyebabkan seseorang mudah untuk melakukan apa saja untuk orang lain demi mendapatkan persetujuan dan kenyamanan. Padahal, ini bukan merupakan suatu cara yang baik untuk mendapatkan pengakuan lingkungan sekitar atas eksistensi diri kamu.


Cara Mengurangi Sifat Naif

Cara mengurangi sifat naif adalah sebagai berikut:

Miliki pandangan yang luas

Apabila kamu tak ingin dianggap remeh oleh orang lain karena memiliki sifat naif ini, maka dari itu kamu perlu membuka mata untuk memandang lebih luas. Terkadang, orang dianggap naif karena terlalu memiliki pandangan yang sempit terhadap dunia atau hanya memiliki pengalaman hidup terbatas. Pergi ke luar dan berinteraksi dengan orang yang menjalani kehidupan berbeda dapat menjadi pengalaman belajar yang membantu kamu memahami dunia dengan nuansa lebih besar.

Coba pengalaman baru

Sebagian orang memiliki sikap naif karena mereka dibesarkan dalam lingkungan yang sangat protektif. Mungkin orang tua tidak mengizinkan kamu pergi ke suatu acara atau pergi bersama teman sebaya sehingga kamu melewatkan pengalaman tertentu.

Keluar dari zona nyaman

Kalau selama ini kamu mengerjakan sesuatu dengan cara yang sama, maka akan lebih mendapat tantangan jika kamu mencoba mengerjakannya dengan cara lain. Dengan begitu, kamu tidak akan pernah mengetahui seberapa dalam bakat kamu atau seberapa besar kemampuanmu jika tidak berusaha keluar dari kotak yang selama ini kamu tempati.

Berpergian sendiri lebih sering

Pergi ke sebuah kota di provinsi lain atau melanglang buana, mengunjungi tempat-tempat baru membuat dunia seolah lebih kecil. Kamu akan keluar dari bawah “tempurung” dan menjadi lebih berpengalaman dengan bepergian.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya