5 Fakta Virus Langya yang Merebak di China, Masih Termasuk Bagian Henipavirus

Penemuan baru tentang virus Langya atau LayV di China.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 12 Agu 2022, 17:45 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2022, 17:45 WIB
Virus Cacar Monyet
Ilustrasi ilmuwan sedang meneliti virus cacar monyet. Credits: pexels.com by Anna Shvets

Liputan6.com, Jakarta Dunia kembali dihebohkan dengan berita tentang penyakit akibat virus Langya atau LayV yang dilaporkan di China. Bahkan para peneliti telah mengeluarkan peringatan tentang virus baru yang ditemukan ini telah menginfeksi 35 orang di China Timur.

Pasien yang terinfeksi virus Langya berasal dari provinsi Shandong dan Henan. Laporan kemunculan virus ini dipublikasikan di sebuah artikel berjudul A Zoonotic Henipavirus di jurnal New England Journal of Medicine (NEJM).

Virus Langya diketahui merupakan virus zoonosis, virus yang ditularkan hewan ke manusia. Mengutip dari Health Liputan6, sejauh ini belum ada pasien yang dinyatakan meninggal ataupun sakit parah karena terinfeksi virus Langya. Para ahli percaya virus itu awalnya ditularkan oleh hewan termasuk tikus.

Untuk lebih rinci, berikut Liputan6.com ulas mengenai fakta seputar virus Langya yang tengah merebak di China yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (12/8/2022).

Fakta-Fakta Mengenal Virus Langya, Virus Baru dari China

5 Fakta Virus Langya yang Merebak di China, Masih Termasuk Bagian Henipavirus
Ilustrasi Virus (Bola.com/Pixabay)

1. Termasuk Golongan dari Henipavirus

Virus Langya atau LayV termasuk dalam kelompik dari Henipavirus. Ia satu kelompok dengan virus Hendra dan Nipah yang sudah lama ditemukan. Henipavirus sering menyebabkan penyakit parah dan kefatalan pada manusia.

Berdasarkan keterangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Henipavirus diklasifikasikan sebagai biosafety Level 4 dengan tingkat kematian kasus antara 40 dan 75 persen. Sesudah itu ada juga laporan kasus dari Bangladesh dan India, dan ada kematian pula.

Penyakit akibat virus Nipah pernah beberapa kali mendapat perhatian khusus para ahli tentang kemungkinan penyebarannya yang lebih luas lagi. Sementara itu, penyakit akibat virus Hendra pertama kali dilaporkan di Australia, dengan kasus pada kuda dan juga manusia, dengan angka kematian yang cukup tinggi pula.

Nama "Hendra" adalah daerah sub urban dari Brisbane. Sedang nama "Nipah", berasa dari Melayu dan nama "Langya" adalah distrik di Propinsi Anhui, Tiongkok.

2. Cara Penularan Virus Langya

Dikutip dari Health Liputan6, cara penularan virus Langya yang merebak di wilayah China tersebut terjadi dengan menular dari hewan ke manusia. Hal tersebut juga berlaku dengan virus Nipah dan Hendra yang bersifat zoonotik.

Para ahli percaya virus itu awalnya ditularkan oleh hewan termasuk tikus. Kali ini, para peneliti sedang menyelidiki apakah virus tersebut dapat menyebar dari orang ke orang setelah diyakini berasal dari tikus - mamalia kecil dari keluarga yang sama dengan landak dan tikus tanah. Sejauh ini belum ada bukti tentang adanya penularan antar manusia pada penyakit akibat virus Langya. 

Fakta-Fakta Mengenal Virus Langya, Virus Baru dari China

5 Fakta Virus Langya yang Merebak di China, Masih Termasuk Bagian Henipavirus
Ilustrasi Peneliti Hantavirus Credit: pexels.com/pixabay

3. Gejala dari Virus Langya

Seperti yang dijelaskan di atas bahwa virus Langya ditemukan di provinsi Shandong dan Henan. Bagi pasien yang terinfeksi virus baru ini, muncul gejala meliputi demam, lemah, batuk, hilang nafsu makan dan nyeri otot.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine menganalisis lebih lanjut virus tersebut setelah diidentifikasi dan diisolasi dari sampel usap tenggorokan. Penelitian ini melibatkan 26 pasien untuk mengidentifikasi gejala penyerta utama yang terkait dengan infeksi.

Gejala yang paling banyak dilaporkan muncul sebagai demam dengan 26 orang menunjukkan gejala ini; kedua adalah kelelahan (54%), dan batuk (50%) diikuti mual (38%). Studi ini juga menemukan dari total 26, "35% mengeluh sakit kepala dan muntah"

Dalam penelitian tersebut juga menemukan bahwa 35% memiliki gangguan fungsi hati, sementara 8% memiliki fungsi ginjal yang terpengaruh. Para pasien disertai dengan kelainan "trombositopenia (35%), leukopenia (54%), gangguan hati (35%) dan fungsi ginjal (8%), studi mencatat. Trombositopenia adalah jumlah trombosit yang rendah, sedangkan leukopenia berarti penurunan jumlah sel darah putih, yang pada gilirannya mengurangi kemampuan tubuh melawan penyakit.

4. Tidak Ditularkan dari Manusia ke Manusia

Mengutip dari jurnal New England Journal of Medicine (NEJM) pada 4 Agustus 2022 menjelaskan bahwa virus Langya tidak ditularkan ke kontak dekat/erat pasiennya, dan juga tidak ada riwayat sumber penularan yang sama di antara pasien-pasien yang terinfeksi. Sebagian besar pasien jelas ada kontak erat dengan hewan sebelum mereka jatuh sakit.

Hal tersebut tertulis jelas bahwa di antara 35 pasien yang terinfeksi oleh LayV, "tidak ada kontak dekat atau riwayat paparan umum", yang menunjukkan bahwa "infeksi pada populasi manusia mungkin sporadis". Studi lebih lanjut mencatat bahwa pelacakan kontak dari 9 pasien dengan 15 anggota keluarga kontak dekat mengungkapkan tidak ada transmisi LayV kontak dekat.

5. Tidak ada Vaksin untuk Virus Langya

Virus Langya atau LayV termasuk ke dalam golongan Henipavirus yang masih satu kelompok dengan virus Hendra dan Nipah. Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Taiwan melaporkan bahwa mereka sedang memantau perkembangan baru seputar penyakit baru yang dikenal sebagai Langya Henipavirus (LayV).

Hingga saat ini, tidak ada vaksin virus Langya maupun Henipavirus untuk melindungi orang dari penyakit yang baru diidentifikasi. Satu-satunya pengobatan bagi pasien yang terinfeksi adalah perawatan suportif untuk menyembuhkan gejala komplikasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya