10 Cara Mencegah Penularan HIV dan AIDS, Kenali Gejalanya

Salah satu cara mencegah penularan HIV dan AIDS dan HIV yang efisien adalah dengan melakukan edukasi.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 01 Des 2022, 17:30 WIB
Diterbitkan 01 Des 2022, 17:30 WIB
Mulai Cegah Penularan HIV AIDS dari Diri Anda Sekarang!
Di Indonesia 3 dari 4 orang yang terinfeksi HIV-AIDS disebabkan karena melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat pengaman.

Liputan6.com, Jakarta AIDS atau acquired immunodeficiency syndrome merupakan penyakit yang disebabkan oleh HIV atau Human Immunodeficiency Virus. HIV merupakan virus yang telah menewaskan hampir 33 jiwa penduduk dunia hingga saat ini. Untuk itu sangat penting untuk mengetahui cara mencegah penularan HIV dan AIDS.

Melansir dari laman spiritia.or.id nama AIDS diambil dai sifat penyakit ini. Acquired berarti didapat, bukan keturunan. Immune terkait dengan sistem kekebalan tubuh kita. Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah manusia lahir.

Terinfeksi HIV belum tentu menderita AIDS. Banyak orang terinfeksi HIV tanpa menderita sakit selama bertahun-tahun. Memang semakin lama seseorang terinfeksi HIV, semakin rusak sistem kekebalan tubuh orang tersebut. Saat sistem kekebalan tubuh ini sangat rusak, maka terjadilah AIDS.

Oleh sebab itu, virus, parasit, jamur dan bakteri yang biasanya tidak menimbulkan masalah, dapat menyebabkan penyakit jika sistem kekebalan tubuh rusak. Maka dari itu, orang yang terinfeksi HIV dapat mencegah atau menunda terjadinya AIDS dengan mengetahui cara mencegah penularan HIV dan AIDS. Berikut cara mencegah penularan HIV dan AIDS yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber.

Cara Mencegah Penularan HIV dan AIDS: Gejalanya

Ilustrasi stop HIV/AIDS (Istimewa)
Ilustrasi stop HIV/AIDS (Istimewa)

Ketika HIV masuk ke dalam tubuh, virus ini akan merusak sistem kekebalan tubuh, berikut dengan sel darah putih yang berperan penting dalam sistem imun. Semakin banyaknya darah putih yang dihancurkan, maka sistem kekebalan tubuh akan semakin lemah. 

Sebelum membahas lebih lanjut tentang cara mencegah penularan HIV dan AIDS, ada baik mengetahui juga gejala yang ditimbulkan oleh AIDS dan HIV. Gejala penularan HIV hingga menjadi AIDS dibagi menjadi 4 stadium.

Stadium 1

Fase ini disebut sebagai infeksi HIV asimtomatik di mana gejala HIV awal masih tidak terasa. Fase ini belum masuk kategori sebagai AIDS karena tidak menunjukkan gejala. Apabila ada gejala yang sering terjadi adalah pembengkakan kelenjar getah bening di beberapa bagian tubuh seperti ketiak, leher, dan lipatan paha. ODHA atau Orang Dengan HIV/AIDS pada fase ini masih terlihat sehat dan normal.

Stadium 2

Daya tahan tubuh ODHA pada fase ini umumnya mulai menurun dan timbul beberapa gejala. Berikut gejala ODHA di stadium 2.

- Berat badan turun tanpa sebab yang jelas. Penurunan berat badan ini dapat mencapai kurang dari 10 persen dari berat badan sebelumnya.

- Infeksi saluran pernapasan seperti sinusitis, bronkitis, radang telinga tengah (otitis), dan radang tenggorokan. 

- Infeksi jamur pada kuku dan jari-jari.

- Herpes zoster.

- Gatal pada kulit.

- Dermatitis seboroik.

- Radang mulut dan stomatitis yang berulang.

Stadium 3

Pada fase ini mulai timbul gejala-gejala infeksi primer yang khas sehingga dapat mengindikasikan diagnosis infeksi HIV/AIDS. Berikut gejala ODHA stadium 3

- Diare kronis yang berlangsung lebih dari satu bulan tanpa penyebab yang jelas

- Penurunan berat badan kurang dari 10% berat badan sebelumnya tanpa penyebab yang jelas

- Demam yang hilang dan muncul selama lebih dari satu bulan

- Infeksi jamur di mulut atau Candidiasis oral

- Muncul bercak putih pada lidah yang tampak kasar, berobak, dan berbulu

- Tuberkulosis paru

- Radang mulut akut, radang gusi, dan infeksi gusi (periodontitis) yang tidak kunjung sembuh.

- Penurunan sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit

Stadium 4

Fase ini merupakan stadium akhir AIDS yang ditandai dengan pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh. Pasa stadiun ini, ODHA merasakan beberapa gejala infeksi oportunistik yang merupakan infeksi pada sistem kekebalan tubuh yang lemah. 

- Pneumonia pneumocystis dengan gejala kelelahan berat, batuk kering, sesak nafas, dan demam

- Penderita semakin kurus dan mengalami penurunan berat badan lebih dari 10%

- Infeksi bakteri berat, infeksi sendi dan tulang, serta radang otak

- Infeksi herpes simplex kronis yang menimbulkan gangguan pada kulit kelamin dan di sekitar bibir

- Tuberkulosis kelenjar

- Infeksi jamur di kerongkongan sehingga membuat kesulitan untuk makan

- Sarcoma Kaposi atau kanker yang disebabkan oleh infeksi virus human herpesvirus 8 (HHV8)

- Toxoplasmosis cerebral yaitu infeksi toksoplasma otak yang menimbulkan abses di otak

- Penurunan kesadaran, kondisi tubuh ODHA sudah sangat lemah sehingga aktivitas terbatas dilakukan di tempat tidur.

Cara Mencegah Penularan HIV dan AIDS

Ilustrasi HIV/AIDS 3
Ilustrasi HIV/AIDS (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Perlu ditekankan bahwa AIDS dan HIV merupakan penyakit mematikan yang dapat menular. Penularan HIV dan AIDS dapat terjadi melalui cairan kelamin dan darah, sehingga penularan HIV dan AIDS berhubungan dengan kedua cairan tersebut.

Namun ada upaya yang dapat menjadi cara mencegah penularan HIV dan AIDS. Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, merumuskan beberapa cara untuk mencegah penularan HIV dan AIDS.

1. Edukasi

Salah satu cara mencegah penularan HIV dan AIDS dan HIV yang efisien adalah dengan melakukan edukasi. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang AIDS dan HIV terbukti dapat membantu menekan angka penularan penyakit ini. 

2. Hindari Penyalahgunaan Narkoba

Melansir laman bnn.co.id, berdasarkan data IBBS (Integrated Biological-Behavioral Surveillance), pengguna Narkoba suntik (Penasun) merupakan kelompok yang sangat berisiko terhadap HIV/AIDS karena perilaku berbagi peralatan suntik Narkoba secara bergantian menyebabkan penularan HIV/AIDS lebih tinggi dibandingkan dengan cara penularan lain. Virus HIV dapat bertahan hidup di jarum suntik bekas selama 42 hari, tergantung pada suhu dan faktor lainnya.

3. Jangan Menjadi Donor Bila Positif

Seperti sudah dikatakan AIDS dan HIV dapat ditularkan melalui cairan kelamin dan darah. Transfusi darah atau proses donor lain dari seorang yang terinfeksi HIV dapat menjadi media penularan virus tersebut. Jika seseorang dinyatakan positif HIV, maka dirinya tidak diperbolehkan mendonorkan darah, plasma, organ tubuh, atau sperma.

4. Praktik Seks yang Aman

cara mencegah penularan HIV dan AIDS selanjutnya adalah dengan menerapkan praktik seks yang aman. Menggunakan kondom lateks saat berhubungan sesk menjadi hal yang paling banyak disarankan untuk mencegah penularan HIV. Hal ini berdasarkan berbagai penelitian yang telah membuktikan bahwa menggunakan kondom saat berhubungan seks efektif mengurangi risiko penyakit HIV dan AIDS sebesar 90% sampai 95%.

Selain itu, hindarilah untuk bergonta-ganti pasangan. Dalam beberapa kasus, peluang untuk tertular atau menularkan HIV semakin tinggi ketika sering bergonta-ganti pasangan seks. Hubungan monogami sangat disarankan untuk mencegah penularan HIV dan AIDS.

4. Sunat Pada Pria

WHO pada 2011, mengatakan bahwa sunat pada pada pria dapat menjadi salah satu cara mencegah penularan HIV dan AIDS. Prosedur sunat juga tidak dapat dilakukan secara sembarangan, harus dilakukan oleh para profesional medis dengan kondisi yang aman.

5. Hindari Kontak dengan Darah dan Cairan Kelamin

cara mencegah penularan HIV dan AIDS selanjutnya adalah dengan menghindari kontak dengan darah dan cairan kelamin orang lain, sebab kita tidak tahu apakah orang tersebut terinfeksi HIV atau tidak. Namun, hal ini akan sangat sulit dihindari oleh para pekerja kesehatan. Untuk itu tenaga kesehatan perlu menggunakan pakaian pelindung, masker, dan kacamata saat merawat orang yang terluka. 

6. Lakukan Tes HIV secara Rutin

Infeksi HIV umumnya terjadi tanpa menunjukan gejala apapun. Oleh sebab itu ada baiknya melakukan tes HIV mendeteksi infeksi HIV sedini mungkin. Tes HIV sebaiknya dilakukan oleh tiap individu di usia 13-64 tahun, terutama aktif secara seksual, pekerja medis, atau orang yang rentan terpapar HIV, sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan secara rutin.

7. Ibu Hamil Diskusikan dengan Dokter

Ibu hamil yang mengidap HIV harus berkonsultasi dengan dokter mengenai risiko penularan HIV ke janin pada masa kehamilan, proses persalinan, maupun menyusui. Ibu harus memiliki pengetahuan tentang metode untuk mencegah bayi mereka terinfeksi, seperti minum obat antiretroviral selama kehamilan. 

Rutin memeriksakan diri selama hamil dan konsultasi dengan dokter menjadi upaya pencegahan penularan penyakit. Dengan mengetahui bagaimana cara mencegah penularan ke janin dan bayi, resiko penularan dapat ditekan.

8. Lakukan Profilaksis Pasca Pajanan (PEP)

Lakukan post-exposure prophylaxis (PEP) atau profilaksis pasca terpapar HIV. Jika merasa telah terpapar melalui seks, jarum suntik, atau di tempat kerja, segera hubungi dokter atau pergi ke unit gawat darurat. PEP adalah bentuk perawatan untuk mencegah HIV, yang biasanya dilakukan setelah terjadi tindakan-tindakan yang berisiko menyebabkan HIV.

Lakukanlah PEP sesegera mungkin dalam 72 jam pertama, karena prosedur ini dapat mengurangi risiko terinfeksi HIV. Dalam perawatan PEP, seseorang nanti akan diberikan obat-obatan yang perlu dikonsumsi kira-kira selama 28 hari.

9. Jujur pada Pasangan

Cara mencegah penularan HIV dan AIDS bisa dilakukan dengan memberi tahu atau jujur pada pasangan bila mengidap HIV. Pemberitahuan ini menjadi upaya mencegah penularan HIV ke pasangan. Seorang dengan HIV AIDS dapat melakukan kegiatan seksual dengan pasangannya tanpa menularkan virus yang diidapnya. Untuk itu keterbukaan penting antar pasangan sangat penting.

Melakukan tes HIV sebelum menikah juga penting untuk mendeteksi adanya HIV atau tidak. Dengan begitu resiko penularan HIV dapat ditekan.

10. Minum Obat PrEP

Obat PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis) adalah obat pencegah penularan infeksi bagi orang-orang yang berisiko tinggi tertular HIV dari hubungan seks atau penggunaan narkotika suntik. Obat ini merupakan kombinasi obat tenofovir dan emtricitabine. Dilansir dari sebuah jurnal internasional, efektifitas obat PrEP sebesar 99% dalam mengurangi risiko terkena HIV dan AIDS. PrEP adalah oral yang di minum setiap hari untuk menurunkan kemungkinan tertular HIV. 

Obat ini diperuntukan bagi orang-orang yang memiliki pasangan seorang ODHA. Selain itu obat ini juga kerap dikonsumsi oleh para pekerja seks komersial dan orang yang terpaksa menggunakan jarum suntik secara bersamaan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya