Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar menyoroti kondisi perekonomian global yang dibayangi ketidakpastian imbas perang dagang sejumlah negara.
Mahendra mengutip laporan Outlook Ekonomi Global Dana Moneter Internasional (IMF) yang telah memangkas perkiraan ekonomi global tahun ini menjadi hanya 2,8%. Pemangkasan ini seiring dampak kebijakan tarif baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap mitra-mitra dagangnya.
Baca Juga
“Kondisi terakhir dan prospek prakiraan perkembangan geopolitik, geoekonomi, dan perekonomian global yang diharap tidak akan memburuk terlalu dalam, tapi nampaknya sampai saat ini tidak terelakkan kondisi pemburukan itu,” kata Mahendra dalam Konferensi Nasional Pengembangan Ekonomi Daerah di Jakarta Pusat, Senin (28/4/2025).
Advertisement
Karena kondisi itu, Mahendra melihat motor-motor pertumbuhan perekonomian harus semakin terdiversifikasi.
“(Jadi) tidak semata-mata menggantungkan motor-motor pertumbuhan tradisional itu menjadi motor pertumbuhan utama nasional,” jelasnya.
Menurutnya, melihat kondisi ekonomi eksternal saat ini maka perkembangan motor-motor pertumbuhan berbasis domestik menjadi lebih penting.
“Domestik berarti artinya pertumbuhan ekonomi daerah di setiap provinsi, kabupaten, kota, dan tentu kawasan, wilayah, spasial yang terkait di bawahnya,” lanjut Mahendra.
“Ini yang menjadi taruhan bagi kita apakah pertumbuhan ekonomi nasional kita akan bisa tetap terjaga atau sepenuhnya tergantung dan terdampak dari perkembangan ekonomi global yang saya sampaikan tadi. Itu konteks makronya,” tambahnya.
IMF Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Global pada 2025 Gara-Gara Tarif Trump
Mengutip Yahoo, IMF memprediksi ekonomi global tumbuh hanya 2,8% pada 2025, 0,5 persen lebih rendah dari perkiraan prospek ekonomi dunia atau World Economic Outlook (WEO) pada Januari. Proyeksi IMF mencakup beberapa tetapi tidak semua tindakan tarif diterapkan tahun ini. Pada 2026, IMF prediksi ekonomi global mencapai 3%, turun 0,3 persen dari Januari.
"Kita memasuki era baru karena sistem ekonomi global yang telah beroperasi selama 80 tahun terakhir sedang diatur ulang," ujar Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan kepada wartawan di Washington pada Selasa pekan ini.
"Jika berkelanjutan, meningkatnya ketegangan perdagangan dan ketidakpastian akan memperlambat pertumbuhan global," ia menambahkan.
Ia mencatat, pengumuman tarif AS baru-baru ini telah lebih dari separuh mengurangi prospek Dana untuk pertumbuhan perdagangan global tahun ini.
WEO diterbitkan saat para pemimpin keuangan global berkumpul di Washington untuk Pertemuan Musim Semi Bank Dunia dan IMF, yang diselenggarakan oleh kedua lembaga keuangan internasional tersebut di kantor pusat.
Mengingat sifat putus-nyambung penerapan tarif Trump, IMF memberlakukan tanggal batas akhir pada 4 April, yang berarti tanggal tersebut tidak mencakup serangan terbaru pemerintah, yang telah menaikkan tingkat pungutan baru terhadap Tiongkok hingga 145%.
IMF menyatakan, jika kebijakan ini diperhitungkan dan dipertahankan, hal ini dapat memperlambat pertumbuhan global secara signifikan.
Advertisement
IMF Pangkas Prospek Pertumbuhan Ekonomi AS
Selain itu, IMF juga memangkas prospek pertumbuhan AS menjadi 1,8% pada 2025, turun 0,9 persen dari perkiraan Januari. Pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia itu kemudian diperkirakan akan semakin dingin hingga 1,7 persen pada 2026.
"Perlambatan ini disebabkan oleh "ketidakpastian kebijakan yang lebih besar, ketegangan perdagangan, dan momentum permintaan yang lebih lemah," kata IMF dalam laporan WEO.
IMF menaikkan perkiraan inflasi untuk Amerika Serikat tahun ini menjadi 3,0%, dan menjadi 2,5% pada tahun depan. IMF memperkirakan tarif akan menyebabkan kenaikan harga global yang lebih luas, sedikit meningkatkan prospeknya untuk harga konsumen dunia menjadi 4,3 persen untuk 2025, dan menjadi 3,6 persen pada 2026.
