Vandalisme Adalah Tindakan yang Bersifat Merusak, Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya

Vandalisme adalah tindakan yang bersifat merusak dan merugikan.

oleh Husnul Abdi diperbarui 02 Des 2022, 21:25 WIB
Diterbitkan 02 Des 2022, 21:25 WIB
Protes Perburuan Satwa Liar
Seniman menyemprotkan cat saat membuat mural harimau kumbang di Bangkok, Thailand (16/3). Mural tersebut menggambarkan harimau kumbang duduk di sebuah meja "Perjamuan Terakhir". (AFP Photo/Lillian Suwanrumpha)

Liputan6.com, Jakarta Vandalisme adalah istilah yang mungkin masih belum dipahami oleh sebagian orang. Istilah ini makin sering terdengar setelah banyak masyarakat yang melakukan tindakan ini. Vandalisme adalah tindakan yang harus dihindari.

Vandalisme adalah salah satu permasalah sosial yang sangat merugikan. Kamu mungkin mengenal tindakan vandalisme dengan contohnya yaitu mencorat-coret dinding atau tembok di tempat umum atau fasilitas bersama.

Vandalisme adalah tindakan yang bersifat merusak dan merugikan. Biasanya tindakan vandalisme dikaitkan dengan perilaku yang merusak fasiltas publik dan merugikan lingkungan. Bahkan, tindakan ini juga sangat merugikan bagi diri orang yang melakukan vandalismw sendiri.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (2/12/2022) tentang vandalisme.

Mengenal Vandalisme

Sampaikan Pesan dengan Vandal Monumen, Ini 5 Potret Hasilnya
Vandalisme di monumen (Sumber: boredpanda)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), vandalism adalah perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lain (keindahan alam dan sebagainya). Vandalisme adalah perusakan dan penghancuran secara kasar dan ganas. Vandalisme adalah aksi merusak yang umumnya merugikan lingkungan atau fasilitas umum. Vandalisme adalah tindakan yang juga bisa berdampak buruk pada diri pelaku.

Vandalisme adalah tindakan yang bersifat merusak. Vandalisme adalah perilaku yang bukan berarti harus merusak, namun merugikan lingkungan atau fasilitas umum. Tindakan ini sangat merugikan, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk lingkungan sekitar.

Contoh vandalism adalah mencorat-coret fasilitas umum, menyalakan api semabrangan seperti membakar ban, menghancurkan jendela atau bangunan, menggores mobil seseorang, hingga membuang sampah sembarangan. Masih banyak lagi tindakan vandalisme yang mungkin pernah kamu amati.

Penyebab Vandalisme

Vandalisme adalah tindakan atau perilaku yang dapat disebabkan oleh kondisi piskologis hingga lingkungan tempat tinggal. Mengutip KlikDokter, faktor penyebab vandalisme adalah sebagai berikut:

- Pengaruh media sosial. Faktor penyebab vandalisme adalah pengaruh sosial media. Hal ini terkait dengan konten-konten yang dapat memengaruhi remaja, yang kontrol dirinya lemah. Hal ini ditambah dengan pengaruh media sosial bisa mendorong remaja melakukan aktivitas yang melanggar aturan dan norma sosial, termasuk merusak fasilitas umum lewat aksi vandalisme. 

- Lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan juga berpengaruh terhadap tindakan vandalisme. Cara berpikir dan tindakan remaja banyak dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya saat proses mencari jati diri. Lingkungan pergaulan ini bisa di sekolah ataupun sekitar rumah.

- Pola asuh keluarga. Penyebab terjadinya vandalisme adalah tumbuh di lingkungan keluarga yang tidak hangat, serba dimanja, dan tidak terbuka bisa jadi pada remaja. Apalagi jika anak tidak banyak diajarkan mengenai konsekuensi dari sebuah tindakan, serta pentingnya menghargai aturan dan norma di masyarakat.

- Perilaku impulsif. Impulsif adalah tindakan yang dilakukan tanpa mempertimbangkan akibatnya. Remaja impulsif yang sulit mengendalikan hasrat dan emosinya bisa melakukan vandalisme. 

- Sanksi yang tidak tegas. Sanksi yang tegas terhadap aksi vandalisme adalah suatu hal yang sangat diperlukan untuk memberikan efek jera. Ketika mengetahui tidak ada sanksi yang serius atas perbuatannya, remaja melihat aksi vandalisme bisa dilakukan tanpa pertanggungjawaban. Jadi, pemerintah, kepolisian, dan masyarakat harus memberikan sanksi tegas agar tindakan perusakan tersebut bisa dihentikan.

- Perkembangan psikologis remaja. Penyebab vandalism adalah perkembangan psikologis remaja. Proses pencarian jati diri biasanya berlangsung di usia remaja. Belum stabilnya kontrol diri dan emosi membuat remaja rentan melakukan vandalisme. 

Cara Mengatasi Vandalisme

Memperbaiki Ulang Monumen Pahlawan TRIP Malang Pasca Vandalisme
Para seniman dan pegiat cagar budaya memperbaiki Monumen Pahlawan TRIP di Kota Malang. Monumen untuk mengenang gugurnya 35 pahlawan TRIP saat Agresi Militer Belanda I ini sempat jadi sasaran aksi vandalisme (Liputan6.com/Zainul Arifin)   

Tindakan vandalisme tentunya harus segera diatasi. Cara mengatasi vandalisme adalah sebagai berikut:

Peran Keluarga

Cara mengatasi vandalism adalah dengan peran keluarga. Keluarga harus membangun komunikasi yang baik untuk mengatasi vandalisme. Pengekangan terhadap remaja bukan cara efektif untuk mengatasi kenakalan yang terjadi. Bukan berarti membebaskan, hanya saja perlu ada kontrol keluarga, komitmen bersama, dan komunikasi yang baik antar keduanya. 

Peran keluarga bisa menjadi cara pertama yang dapat dilakukan. Orangtua dan keluarga hendaknya mulai menjadi tempat yang nyaman bagi remaja atas segala kegamangan yang mereka alami. Komunikasi antara anak dan orang tua harus terbangun dengan baik agar remaja tidak mencari pelarian lain.

Melakukan Kegiatan yang Positif

Cara mengatasi vandalism berikutnya yaitu dengan melakukan kegiatan yang positif. Kamu bisa melakukan aktivitas ekstrakurikuler seperti olahraga, musik, menari, fotografi, dan sebagainya. Kegiatan positif ini dapat menjadi kesibukan remaja pada waktu luang sehingga terhindar dari perbuatan yang sia-sia.

Memberikan Sanksi

Sanksi yang tegas dari masyarakat dan pemerintah terhadap pelaku vandalisme perlu ditegakkan agar menimbulkan efek jera. Mengatasi vandalisme tentu tidak dapat dilakukan satu pihak saja, misalnya keluarga. Perlu ada dukungan dari pihak lain, terlebih jika perbuatan yang dilakukan sampai merugikan kepentingan umum. Mengingat dampaknya yang cukup serius, penting untuk berusaha mengatasi dan mencegahnya.

Konseling

Konseling dapat dilakukan bersama seorang psikolog atau guru BK di sekolah.  Sebagai pihak yang lebih netral, konselor profesional dapat membantu menemukan solusi yang lebih baik untuk mencapai tujuan bersama, demi memperbaiki perilaku dan pola pikir remaja, ataupun yang harus diperbaiki dari sisi orangtua. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya