Mengenal Dislipidemia, Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Dislipidemia adalah kondisi yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan kadar kolesterol, trigliserida, High-density lipoprotein (HDL), dan low-density lipoprotein (LDL).

oleh Husnul Abdi diperbarui 18 Jan 2023, 18:30 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2023, 18:30 WIB
Mengenal Dislipidemia, Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Mengenal Dislipidemia, Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya. (pexels/pixabay).

Liputan6.com, Jakarta Dislipidemia adalah kondisi yang berkaitan dengan kadar lemak dalam tubuh seseorang. Seperti yang diketahui, lemak merupakan zat yang penting bagi tubuh. Lemak berfungsi untuk membantu penyerapan vitamin, melindungi organ tubuh, dan membentuk hormon.

Kadar lemak yang terdapat dalam tubuh seseorang tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Pasalnya, jika hal ini terjadi tubuh manusia akan mengalami berbagai masalah kesehatan. Salah satunya adalah dislipidemia.

Dislipidemia adalah kondisi yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan kadar kolesterol, trigliserida, High-density lipoprotein  (HDL), dan  low-density lipoprotein (LDL). Dalam hal ini, kolesterol, trigliserida, HDL, dan LDL seseorang  berada dalam kadar yang tidak normal.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (18/1/2023) tentang dislipidemia.

Mengenal Dislipidemia dan Gejalanya

Mengenal Dislipidemia dan Gejalanya
Mengenal Dislipidemia dan Gejalanya (Foto: www.drjeremybutts.com)

Melansir itjen.kemdikbud.go.id, dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan kadar komponen lipid dalam plasma. Dislipidemia adalah kondisi yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol dan atau trigliserida atau penurunan kadar High-density lipoprotein (HDL).

Menurut Pedoman PERKENI 2019, dislipidemia terjadi jika ditemukan peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL), dan atau trigliserida, serta penurunan HDL. Dislipidemia adalah kondisi yang perlu diperhatikan, pasalnya peningkatan kadar kolesterol dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular.

Sementara itu, melansir repository.unimus.ac.id, dislipidemia adalah suatu kondisi di mana terjadi abnormalitas kadar lipid di dalam darah, di antaranya peningkatan kadar kolesterol, LDL (Low Density Lipoprotein). dan kadar trigliserida, serta penurunan kadar HDL (High Density Lipoprotein), yang merupakan faktor penting dalam risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke.

Gejala dislipidemia biasanya tidak dapat terlihat begitu saja. Seseorang harus menjalani tes darah profil lemak terlebih dahulu untuk mengetahui kadar HDL, LDL, dan trigliserida dalam darah ini. Seseorang baru akan mengalami atau mengetahui gejala dislipidemia saat kondisinya sudah aprah dan mengakibatkan terjadinya masalah kardiovaskular.

Gejal kardiovaskular yang dapat dipahami juga sebagai gejala dislipidemia di antaranya nyeri dada, sesak napas, gejala stroke, hingga keringat dingin.

Penyebab Dislipidemia

Junk Food dan Makanan Berlemak
Ilustrasi Junk Food Credit: pexels.com/EnginAkyurt

Sebelum mengenali penyebab dislipidemia, kamu perlu memahami jenisnya terlebih dahulu. Dislipidemia terdiri dari dua, yaitu dislipidemia primer dan sekunder. Dislipidemia primer adalah kelainan penyakit genetik dan bawaan yang nantinya menyebabkan kelainan lipid dalam darah. Sementara dislipidemia sekunder disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat atau kondisi tertentu.

Penyebab dislipidemia dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yaitu faktor genetik, pola makan, gaya hidup, obesitas, dan faktor lainnya. Masih menurut repository.unimus.ac.id, berikut faktor penyebab dislipidemia:

- Faktor Genetik. Dislipidemia cenderung terjadi dalam keluarga.Dalam dunia medis, dislipidemia yang diturunkan dinamakan FD (Familial Dislipidemia).FD ini merupakan penyakit genetik yang diturunkan secara dominan autosomal (kromosom yang bukan untuk reproduksi) dalam sel manusia.

- Konsumsi Makanan Berlemak atau Junkfood. Terjadinya penyumbatan dan penyempitan pembuluh arteri koroner disebabkan oleh penumpukan lemak di bawah lapisan endothelium dan dinding pembuluh nadi. Salah satu faktor yang paling berpengaruh dengan penimbunan lemak adalah pola makan, terutama konsumsi junkfood. Junkfood banyak mengandung sodium, lemak jenuh, dan kolesterol. Lemak jenuh inilah yang berbahaya bagi tubuh karena merangsang hati untuk memproduksi banyak kolesterol yang lama-kelamaan akan mengendap dan menghambat aliran darah dan oksigen sehingga mengganggu metabolisme jantung.

- Obesitas. Orang dengan obesitas didalam tubuhnya cenderung banyak timbunan lemak yang berlebih. Timbunan lemak yang berlebih ini akan menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL.

- Kebiasaan Merokok. Zat kimia yang yang terkandung dalam rokok terutama nikotin dapat menurunkan kadar kolesterol HDL dan meningkatkan kolesterol LDL. Nikotin dalam rokok dapat mempercepat proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah koroner. Para perokok memiliki partikel-partikel kolesterol LDL yang teroksidasi lebih tinggi. Partikel kolesteol LDL yang teroksidasi merupakan komponen utama plak kolesterol yang bisa menyumbat arteri jantung dan membuat seseorang rentan terkena serangan jantung.

- Aktivitas Fisik. Aktifitas fisik seperti olahraga dapat meningkatkan kadar koleserol HDL, memperbaiki fungsi paru dan sistem respirasi di dalam tubuh lancar, dan menurunkan berat badan sehingga lemak dalam tubuh yang berlebihan akan berkurang bersamaan dengan menurunkan kolesterol LDL, membantu menurunkan tekanan darah, dan meningkatkan kesegaran jasmani. Kurangnya aktivitas fisik tentunya menjadi penyebab dislipidemia.

- Faktor Stres. Sebuah penelitian menunjukkan orang yang stress 1,5 kali lebih besar beresiko terkena Penyakit Jantung Koroner dibanding orang yang tidak stress. Hal ini karena terjadi peningkatan kolesterol darah dan tekanan dalam tubuh yang disebabkan stres.

Cara Mengatasi Dislipidemia

Mengenal Dislipidemia, Penyakit yang Bisa Picu Komplikasi Kardiovaskular
Penyakit Dislipidemia yang tidak dikelola dengan baik berisiko mengalami komplikasi kardiovaskular. (pexels/daniel reche).

Masih mengutip itjen.kemdikbud.go.id, cara mengatasi dislipidemia terdiri dari terapi farmakologis dan non-farmakologis. Terapi farmakologis dilakukan dengan memberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar kolesterol.

Sementara itu, terapi non-farmakologis untuk dislipidemia bisa dilakukan dengan perubahan gaya hidup, di antaranya kecukupan aktivitas fisik, kecukupan dan penyesuaian nutrisi, penurunan berat badan, dan penghentian merokok. Dengan pengelolaan dislipidemia yang baik, maka akan menurunkan risiko komplikasi kardiovaskular bagi penyintas dislipidemia.

Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang disarankan untuk mengatasi dislipidemia tidaklah harus aktivitas atau olahraga berat. Kontinuitas dan konsistensi dalam melakukan aktivitas fisik dinilai lebih penting. Aktivitas fisik yang disarankan sebagai cara mengatasi dislipidemia adalah:

- Setidaknya dilakukan 30 menit setiap kali sesi latihan;

- Dilakukan 4-6 kali per minggu;

- Jenis kegiatan yang dilakukan di antaranya jalan cepat, sepeda statis, atau pun berenang. Selain aktivitas aerobik, latihan penguatan otot juga disarankan minimal 2 kali per minggu.

Bagi penyintas dislipidemia yang disertai gangguan sendi, harus berhati-hati atau menghindari kegiatan fisik yang membebani atau berisiko tinggi terhadap sendi.

Terapi Nutrisi

Terapi nutrisi merupakan salah satu cara mengatasi dislipidemia. Bagi penyintas dislipidemia dewasa, diet rendah kalori sangatlah dianjurkan. Makanan yang baik dikonsumsi pada diet rendah kalori ini adalah buah-buahan, sayuran, biji-bijian, ikan, dan daging.

Perlu diperhatikan, daging masih boleh dikonsumsi asalkan jenis daging tanpa lemak. The American Heart Association (AHA) merekomendasikan untuk mengurangi konsumsi saturated fat (lemak jenuh) dan trans fat (lemak trans). Makanan dengan lemak jenuh dan lemak trans ini seperti daging merah berlemak (sapi, domba, babi), daging unggas dengan kulitnya, butter, keju, ice cream, kelapa, minyak kelapa, makanan yang dibakar dan digoreng.

Berhenti Merokok

Cara mengatasi dislipidemia berikutnya adalah berhenti merokok. Merokok adalah faktor risiko yang kuat untuk penyakit kardiovaskular, di antaranya jantung koroner, stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer. Merokok mempercepat pembentukan plak pada pembuluh darah, inilah yang sangat berbahaya. Dengan berhenti merokok akan membantu meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) dalam darah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya