Liputan6.com, Jakarta Pesta gender reveal menjadi salah satu perayaan yang belakangan banyak dilakukan oleh para pesohor tanah air. Hal ini kemudian mendorong tren pesta gender reveal semakin banyak dilakukan oleh masyarakat luas. Kepopuleran pesta yang bertujuan mengumumkan jenis kelamin bayi yang masih dalam kandungan ibu ini sebenarnya berawal dari perayaan yang dilakukan oleh Ibu yang berasal dari LA, bernama Jenna Myers Karvunidis.
Baca Juga
Advertisement
Jenna yang saat tengah mengandung, memiliki ide menggelar sebuah pesta kecil dan bertekad membuat keluarganya terkesan dengan pesta tersebut. Ia pun membuat pesta yang berisi sebuah pengungkapan teatrikal tentang jenis kelamin bayi yang dikandungnya. Jenna membagikan kisahnya ke blog pribadinya, kemudian diliput oleh oleh sebuah media besar. Tak lama kemudian kisahnya menjadi besar dan segera menjadi tren si segala sudut negara.
Pesta gender reveal yang mulanya hanya perayaan untuk keluarga kini bergeser menjadi perayaan meriah yang tidak hanya dihadiri oleh keluarga. Sosial media dan kreativitas warganet memiliki peran yang cukup krusial pada tren pesta gender reveal. Berikut ulasan tentang asal-usul pesta gender reveal yang liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (29/5/2023).
Asal-usul Pesta Gender Reveal
Berbagai sumber media mengatakan bahwa konsep pesta gender reveal konon diprakarsai oleh seorang blogger asal california bernama Jenna Karvunidis atau Jenna Myers Karvunidis. Pada tahun 2008 saat Jenna mengandung anak pertamanya, saudara iparnya melahirkan terlebih dahulu sehingga Jenna merasa antusiasme keluarganya untuk bayinya berkurang.
Jenna kemudian menggelar sebuah pesta yang berkesan untuk mengembalikan antusiasme keluarga terhadap bayi pertama yang akan ia lahirkan. Jenna merayakan momen tersebut dengan memotong kue yang berisi pewarna berwarna merah muda atau biru, sebagai simbol jenis kelamin bayi. Setelah itu, tren ini mulai dilakukan oleh para ibu-ibu lainnya dan menyebar ke seluruh dunia sebagai tren dalam perayaan kehamilan.
Pesta gender reveal yang diadakan oleh Jenna mulanya bertujuan untuk berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terdekatnya. Dalam pesta tersebut, banyak dekorasi berwarna biru yang melambangkan anak laki-laki dan warna merah muda yang melambangkan anak perempuan. Namun, seiring berjalannya waktu, media sosial memainkan peran penting dalam popularitas pesta gender reveal ini. Semakin banyak orang yang mengumumkan jenis kelamin bayi mereka dengan cara yang kreatif dan unik melalui platform media sosial. Meskipun ada berbagai macam ide yang muncul, pesta gender reveal masih sering dikaitkan dengan dua warna simbolik, yaitu merah muda untuk bayi perempuan dan biru untuk bayi laki-laki.
Advertisement
Pro Kontra Pesta Gender Reveal
Dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa pasangan yang mengadakan pesta gender reveal dengan cara yang tidak biasa dan terkesan berlebihan. Contohnya, ada pasangan yang menyewa gedung pencakar langit tertinggi di Dubai untuk pertunjukan cahaya berwarna biru, serta video yang menampilkan buaya yang menggigit semangka, yang kemudian melepaskan agar-agar berwarna biru. Video-video tersebut bahkan telah mendapatkan lebih dari 12 juta penayangan.
Sebuah insiden terjadi di New Hampshire, di mana sebuah pesta gender reveal yang melibatkan peledakan sekitar 36 kilogram bahan peledak tannerite menyebabkan laporan gempa. Ledakan tersebut dimaksudkan untuk mengumumkan jenis kelamin putra mereka yang belum lahir.
Pesta gender reveal yang dilakukan dengan cara yang tidak biasa ini, cukup disayangkan. Jenna sebagai orang pertama yang memulai tren ini pun merasa bahwa seharusnya pesta gender reveal kembali pada tujuan awal, yaitu untuk berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terdekatnya. Melalui media sosial, ide ini menarik perhatian banyak orang dan banyak yang mengikutinya dengan berbagai cara. Namun, beberapa di antaranya melampaui batas dan menyebabkan kerugian yang tidak dapat diabaikan.
Perayaan Tradisional Indonesia yang Mirip Dengan Pesta Gender Reveal
Sebelum pesta gender reveal menjadi tren yang banyak dilakukan, dalam tradisi Indonesia juga ada perayaan serupa. Salah satunya adalah perayaan mitoni atau tujuh bulanan. Mitoni adalah upacara yang dilakukan pada hitungan ke-7 bulan kehamilan. Mitoni dilakukan dengan berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kehamilan diberikan kelancaran dan keselamatan hingga persalinan.
Pada perayaan mitoni ada salah satu prosesi yang bertujuan memprediksikan jenis kelamin bayi yang dikandung ibu. Berbeda dengan gender reveal yang berdasarkan hasil USG atau teknologi lain yang ilmiah dan lebih akurat, prosesi memprediksi jenis kelamin bayi pada perayaan mitoni sifatnya lebih perkiraan. Prosesi ini dilakukan dengan membelah kelapa muda yang dilakukan oleh ayah dari si bayi. Prediksi jenis kelamin bayi dilihat hari bagaimana air kelapa keluar saat kelapa dibelah.
Advertisement
Cara Mengetahui Jenis Kelamin Bayi
Saat akan melakukan pesta gender reveal, hal pertama yang perlu dilakukan adalah mencari tahu jenis kelamin Bayi terlebih dahulu. Saat ini banyak event organizer atau party planner yang menyediakan jasa pengadaan pesta gender reveal. Orang tua cukup melakukan pemeriksaan jenis kelamin bayi ke dokter. Agar pesta lebih meriah orang tua juga tidak diperbolehkan untuk mengetahui hasilnya.
Dengan begitu jenis kelamin anak menjadi kejutan bagi orang tua dan tamu yang hadir di acara spesial itu. Dokter kandungan akan meneruskan informasi dari ke party planner yang merancang jalannya acara. Saat pesta gender reveal barulah pasangan bisa mengetahui jenis kelamin dari anak yang dikandungnya itu. Berikut beberapa metode yang dapat dipilih untuk mengetahui jenis kelamin bayi dalam kandungan.
Amniosentesis
Amniosentesis adalah salah satu metode yang dapat memprediksi jenis kelamin bayi dengan tingkat keakuratan hampir 100%. Sayangnya prosedurnya cukup berisiko sehingga cara ini jarang digunakan hanya semata-mata untuk memprediksi jenis kelamin saja.
Pada amniosentesis jarum akan dimasukkan dengan hati-hati melalui perut dan rahim hingga mencapai kantung ketuban. Dari sana USG akan digunakan untuk memandu jarum saat mengambil cairan ketuban agar tidak sampai membahayakan janin. Secara alami, cairan ketuban mengandung materi genetik janin, yang apabila dianalisis maka dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit genetik tertentu serta menentukan jenis kelamin janin.
Pengambilan Sampel Villus Chorionic (CVS)
Chorionic villus sampling (CVS) adalah metode lain yang dapat diandalkan untuk memprediksi jenis kelamin janin. Sama seperti amniosentesis, tingkat akurasinya mendekati 100%. Sayangnya, prosedur juga bersifat sebagai tindakan invasif dan memiliki risiko medis.
CVS menggunakan sampel jaringan yang diambil khusus dari plasenta, yang mirip seperti bulu yang disebut vili. Jaringan ini dapat diuji dan menunjukkan adanya kelainan kromosom. Selain itu, juga bisa menentukan jenis kelamin bayi apakah perempuan atau laki-laki.
Tes Prenatal Non-invasif (NIPT test)
NIPT test adalah metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi risiko kelainan kromosom tertentu, dan juga dapat memprediksi jenis kelamin bayi. Berbeda dengan amniosentesis dan CVS, tindakan ini adalah tindakan non-invasif yang dikategorikan sebagai tindakan yang aman.
Tes ini dapat dilakukan pada usia kehamilan 10 minggu dan dilakukan melalui pengambilan sampel darah yang tidak akan membahayakan ibu maupun janin. Tingkat akurasinya juga mendekati 100%. Tes ini bahkan dapat memprediksi jenis kealamin bayi kembar yang berbeda.
USG
Cara lain memprediksi jenis kelamin bayi yang paling sering digunakan adalah USG. Namun tes ini baru bisa digunakan untuk mengetahui jenis kelamin bayi pada usia 18-22 minggu. Adakalanya tes hasil prediksi juga tidak selalu sesuai dan mungkin mengalami kekeliruan, terutama jika posisi bayi meringkuk dan menutupi alat kelaminnya.
Â