Risiko Operasi Bariatrik, Prosedur, dan Perawatan Pasca Pembedahan yang Perlu Diperhatikan

Risiko operasi bariatrik perlu dipahami di balik manfaatnya untuk menurunkan berat badan.

oleh Husnul Abdi diperbarui 20 Jun 2023, 19:20 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2023, 19:20 WIB
Ilustrasi operasi bariatrik.
Ilustrasi operasi bariatrik. (unsplash.com/@gpiron)

Liputan6.com, Jakarta Risiko operasi bariatrik perlu dipahami sebelum kamu memutuskan untuk melakukannya. Operasi bariatrik adalah prosedur bedah untuk menurunkan berat badan. Biasanya, operasi ini dilakukan pada penderita obesitas yang mengalami berbagai komplikasi.

Operasi bariatrik ditujukan bagi penderita obesitas, khususnya bagi mereka yang gagal menurunkan berat badan walaupun sudah melakukan program diet, pola makan sehat, dan aktivitas fisik dalam kurun waktu tertentu. Tujuannya untuk mengatur banyaknya kalori yang masuk ke dalam tubuh sehingga berat badan penderita bisa menurun.

Risiko operasi bariatrik perlu dipahami di balik manfaatnya untuk menurunkan berat badan. Prosedur operasi ini dapat dilakukan dengan cara mengubah bentuk lambung dan usus halus. Oleh karena itu, agar dapat memperoleh hasil yang optimal dengan efek samping yang minimal, pastikan kamu mengikuti semua petunjuk dokter setelah operasi bariatrik ini.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (20/6/2023) tentang risiko operasi bariatrik.

Risiko Operasi Bariatrik

Ilustrasi obesitas, perut buncit
Ilustrasi obesitas, perut buncit. (Photo by Andres Ayrton/Pexels)

Bariatrik adalah ilmu bedah yang menangani pasien dengan berat badan berlebih. Operasi bariatrik adalah operasi yang dilakukan untuk menurunkan berat badan. Namun, tidak semua orang dapat menjalani operasi ini. Operasi ini dapat dilakukan pada penderita obesitas yang terancam gangguan kesehatan dan tidak berhasil menurunkan berat badan setelah mencoba olahraga rutin, diet, atau mengonsumsi obat-obatan.

Berat badan berlebih yang dimaksud adalah obesitas morbid atau obesitas kelas 3, yaitu seseorang yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) di atas 40 atau IMT di atas 35 dengan komplikasi akibat obesitas. Dengan bariatrik, penderita obesitas dapat mengurangi risiko penyakit metabolik yang bisa mengancam nyawa. Pada prinsipnya, operasi bariatrik dilakukan dengan pemotongan sebagian organ lambung untuk mengurangi kapasitas lambung. Dengan cara ini, kemampuan lambung dalam menampung jumlah makanan dan penyerapannya menjadi lebih minim dan terbatas.

Oleh karena itu, risiko operasi bariatrik atau efek sampingnya perlu benar-benar dipertimbangkan sebelum kamu memutuskan untuk melakukannya. Walaupun efektif dalam menurunkan berat badan, operasi bariatrik memiliki risiko yang tidak sedikit, di antaranya:

  1. Perdarahan.
  2. Infeksi.
  3. Terbentuknya emboli, yaitu bekuan darah yang dapat terbawa ke organ tertentu, seperti otak, paru-paru, atau jantung. Jika tidak segera diobati, kondisi ini bisa mengancam nyawa.
  4. Kebocoran pada lambung atau usus yang dijahit.
  5. Kesulitan bernapas.

Dalam jangka panjang, bedah bariatrik juga memiliki risiko seperti:

  1. Timbul masalah kesehatan karena gangguan penyerapan nutrisi.
  2. Mengalami kesulitan makan dan sering mual, diare, berkeringat, pusing, serta lemas setelah makan.
  3. Muncul batu empedu karena penurunan berat badan yang drastis dalam waktu cepat.
  4. Mengalami hernia.
  5. Muncul luka atau lubang di saluran cerna.

Selain memiliki banyak risiko, operasi bariatrik juga bisa gagal menurunkan berat badan, meskipun kemungkinannya kecil. Jadi, perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh dan pertimbangan yang matang sebelum menjalani prosedur ini.

Perawatan Pasca Operasi Bariatrik

ilustrasi operasi
ilustrasi operasi | pexels.com/@shvetsa

Setelah mengenali risiko operasi bariatrik, kamu perlu memahami perawatan pasca operasi. Agar bisa memeroleh hasil yang optimal dengan efek samping yang minimal, pastikan kamu mengikuti semua petunjuk dokter setelah operasi bariatrik, termasuk pola makan yang harus dijalani, perubahan gaya hidup, konsumsi obat dan vitamin, serta jadwal kontrol berkala. Selain itu, jika mengalami keluhan atau masalah kesehatan tertentu setelah menjalani operasi bariatrik segera kembali memeriksakan diri ke dokter bedah.

Setelah melakukan operasi bariatrik, biasanya kamu tidak diperbolehkan makan selama 1 sampai 2 hari agar perut dan sistem pencernaan segera pulih. Setelah itu, diwajibkan mengikuti diet tertentu selama beberapa minggu. Pada umumnya, kamu akan disarankan untuk melakukan diet yang dimulai dengan hanya mengonsumsi cairan, kemudian barulah secara bertahap dapat mengonsumsi makanan padat dan mudah cerna seperti bubur dan makanan biasa. Kamu juga perlu melakukan pemeriksaan medis secara rutin untuk memantau kesehatan, seperti pengujian laboratorium, pemeriksaan darah, dan berbagai pemeriksaan lainnya.

Faktor utama keberhasilan operasi bariatrik tergantung pada komitmen dan konsistensi kamu untuk mengubah gaya hidup pasca pembedahan. Kamu harus konsisten menerapkan semua rekomendasi perawatan pasca pembedahan yang diberikan oleh dokter untuk mempercepat proses penurunan berat badan.

Prosedur Operasi Bariatrik

Ilustrasi operasi bariatrik.
Ilustrasi operasi.Sumber: Freepik

Prosedur operasi bariatrik yang akan dijalani sesuai dengan jenis operasi yang dipilih. Melansir KlikDokter, menurut American Society for Metabolic and Bariatric Surgery, berikut prosedur operasi bariatrik:

1. Sleeve Gastrectomy

Prosedur sleeve gastrectomy meliputi pengangkatan sekitar 80 persen bagian lambung dan meninggalkan sebagian kecil lambung yang menyerupai buah pisang. Dokter anestesi akan memberikan obat bius terlebih dahulu.

Kemudian, dokter bedah akan melakukan prosedur laparoskopi dengan membuat beberapa sayatan kecil di perut bagian atas. Setelahnya, bagian kecil lambung akan dijepit secara vertikal dan bagian yang lebih besar akan dibuang.

2. Bypass Lambung Roux-en-Y (RYGB)

Jenis operasi penurunan berat badan ini dilakukan dengan memotong lambung dan menghubungkannya langsung ke usus kecil. Pertama, dokter anestesi akan memberikan bius pada pasien. Kemudian, ahli bedah akan membuat sayatan dengan teknik terbuka atau laparoskopi.

Bagian lambung atas dipotong menjadi lebih kecil sehingga hanya bisa menampung sekitar 28 gram makanan. Kemudian, usus kecil juga akan dipotong dan disambungkan ke lambung atas yang sudah berukuran kecil.

3. Adjustable Gastric Band (AGB)

Operasi pita lambung yang dapat disesuaikan ini merupakan metode pembedahan dengan mengikat lambung bagian atas menggunakan alat khusus yang menyerupai pita. Nantinya, pita akan membentuk kantong kecil dengan lubang yang sempit pada perut bagian bawah. Makanan pun akan tertahan di lambung atas sehingga kamu akan merasa lebih cepat kenyang.

4. Biliopancreatic Diversion with Duodenal Switch (BPD/DS)

Prosedur penurunan berat badan ini sebenarnya kurang umum dilakukan. Dokter bedah akan melakukan tindakan sleeve gastrectomy terlebih dahulu. Namun, katup yang melepaskan makanan ke usus kecil tetap dibiarkan utuh, bersama dengan sebagian kecil usus kecil yang biasanya terhubung ke lambung (duodenum).

Pada langkah selanjutnya, sayatan kecil akan dibuat di bagian usus kecil, tepat di bawah duodenum. Lalu, sayatan kedua dibuat lebih jauh ke bawah, di dekat ujung bawah usus kecil. Nantinya, potongan di ujung usus kecil akan disambungkan ke ujung potongan di bawah duodenum.

5. Single Anastomosis Duodeno-Ileal Bypass with Sleeve Gastrectomy (SADI-S)

Jenis operasi bariatrik ini merupakan operasi kombinasi. Prosedurnya dimulai dengan sleeve gastrectomy. Kemudian, area atas usus kecil akan dipotong hingga menyisakan bagian paling ujung. Selanjutnya, usus kecil akan dihubungkan ke lambung, sehingga nantinya makanan akan melewati lambung dan langsung masuk ke bagian terakhir dari usus kecil.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya