Liputan6.com, Jakarta Perekonomian bergantung pada akses jalan yang memadai. Sejak dulu, manusia cenderung berpindah-pindah dan menandai jalan mereka. Tentu jalan yang dilewati merupakan jalan terbaik dan terdekat. Siapa sangka, di era modern saat ini, jalan sudah dibangun permanen terkalahkan dengan “jalan tikus” yang jaraknya lebih cepat.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Fenomena ini disebut dengan Istilah 'jalur keinginan' yang dijelaskan oleh Robert Macfarlane, penulis asal Inggris sebagai jalur dan jalan yang terbentuk seiring berjalannya waktu oleh keinginan dan langkah-langkah para pejalan kaki. Macfarlane merujuk pada fenomena ini sebagai "cara kehendak bebas."
Alih-alih menempuh jalan yang sudah di cor atau diaspal halus, pejalan kaki lebih memilih jalur tanah. Jejak pejalan kaki di tanah ini terekam jelas, membuat jalan mulus yang sudah dibangun terasa tidak berguna. Pejalan kaki tetap memilih jalur terpendek dan lebih efektif.
Tak hanya di kota jalan tikus ini tersebar di pedesaan, meski sedikit merusak pemandangan, namun kebutuhan masyarakat yang tak terwujudkan tergambar dengan potret perbandingan jalan tikus dan jalan utama ini. Berikut Liputan6.com merangkum potret jalan tikus bikin jalur utama ngga berguna melansir dari Bored Panda, Selasa (17/10/2023).
1. Meski sudah didesain, halaman rumput ini berakhir jadi jalan setapak.
Advertisement
2. Nampaknya pejalan kaki lebih memilih jalur yang tak berkelok tajam.
3. Jalur alternatif atau jalan tikus ini akhirnya diakui, sudah dijadikan mulus.
Advertisement
4. Tak masalah meski harus lewat jalan becek, yang penting cepet sampai.
5. Motong jalan utama memang keahlian manusia, efektif tetap yang utama.
Advertisement