6 Karya Ibnu Sina yang Mengubah Dunia, Dijuluki Bapak Kedokteran Modern

Karya Ibnu Sina adalah pakar dan ilmuwan yang memengaruhi dunia kedokteran hingga saat ini.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 06 Nov 2023, 14:25 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2023, 14:25 WIB
20150711-Karamah Ibnu Sina-Jakarta
(Liputan 6 TV)

Liputan6.com, Jakarta Ibnu Sina dikenal sebagai Avicenna dalam tradisi Barat, adalah salah satu cendekiawan terbesar dalam sejarah Islam abad pertengahan. Sebelum wafat, Ibnu Sina menghasilkan sejumlah karya-karya dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk filsafat, ilmu pengetahuan alam, kedokteran, matematika, dan astronomi. 

Karya Ibnu Sina memiliki pengaruh yang sangat besar, dalam sejarah ilmu pengetahuan dan filsafat. Salah satu diantaranya adalah buku "Al-Qanun fi al-Tibb," yang menjadi teks standar dalam kedokteran, selama berabad-abad di seluruh dunia.

Karya Ibnu Sina juga membantu mengembangkan pemikiran rasional dalam dunia Islam, yang pada gilirannya mempengaruhi perkembangan pemikiran Eropa selama Abad Pertengahan. Menariknya lagi, Ibnu Sina dibesarkan di lingkungan yang sarat dengan budaya, ilmu pengetahuan, dan keberagaman intelektual.

Sebagai seorang filsuf besar, karya Ibnu Sina yang paling terkenal adalah "Kitab al-Shifa" (The Book of Healing) dan "Al-Isharat wa al-Tanbihat" (Remarks and Admonitions). Dalam karyanya, dia menggabungkan pemikiran Aristoteles dengan pemikiran Islam, di mana membantu mempopulerkan pemikiran Aristotelian dalam dunia Islam.

Berikut ini sejumlah karya Ibnu Sina yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (6/11/2023). 

 

Profil dan Pendidikan

Karamah: Inilah Para Tokoh Kedokteran Muslim di Abad Pertengahan
Ibnu Sina, ilmuan muslim terkemuka di sekitar tahun 1000 Masehi yang banyak berkontribusi di bidang kedokteran.

Ibnu Sina adalah seorang cendekiawan Muslim terkemuka, yang berasal dari Persia (kini wilayah Iran) dan dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh, dalam sejarah pemikiran dan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Ia dikenal sebagai seorang polymath karena pencapaiannya dalam berbagai bidang, termasuk kedokteran, filsafat, matematika, astronomi, dan ilmu pengetahuan alam. Karyanya yang paling terkenal adalah "Al-Qanun fi al-Tibb" (The Canon of Medicine), yang menjadi referensi utama dalam ilmu kedokteran selama berabad-abad.

Ibnu Sina juga dikenal atas karyanya dalam bidang filsafat, terutama dalam menciptakan sintesis antara pemikiran Aristoteles dan pemikiran Islam, yang memengaruhi perkembangan pemikiran rasional dalam dunia Islam dan Eropa pada Abad Pertengahan. Ibnu Sina adalah salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah pemikiran dan ilmu pengetahuan.

Ibnu Sina dikenal sebagai Avicenna dalam bahasa Latin, dilahirkan pada tahun 980 di Afshana, sebuah kota di wilayah Khorasan, yang kini menjadi bagian dari Uzbekistan. Pada masa itu, wilayah ini merupakan bagian dari Kekaisaran Samanid, yang memainkan peran penting dalam melestarikan dan mengembangkan kebudayaan dan intelektualitas Islam. Keluarga Ibnu Sina merupakan keluarga bangsawan, dan ayahnya, Abdullah ibn Sina, adalah seorang gubernur dan ilmuwan. Kehidupan awal Ibnu Sina dihabiskan dalam lingkungan yang penuh dengan budaya, pengetahuan, dan keberagaman intelektual.

Namun, hidup Ibnu Sina juga dipengaruhi oleh peristiwa sejarah yang berubah-ubah. Pada usia muda, Ibnu Sina kehilangan ayahnya, yang memengaruhi perjalanan hidupnya secara signifikan. Keluarganya mengalami perpindahan ke berbagai kota, termasuk Gorgan, di mana Ibnu Sina mendapatkan akses ke perpustakaan besar dan ilmuwan terkemuka. Di sinilah dia mendalami pengetahuannya dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk filsafat, matematika, dan kedokteran. 

Selama masa pemuda dan perjalanan hidupnya, Ibnu Sina terus memperdalam pengetahuannya dengan mempelajari karya-karya terkemuka di berbagai disiplin ilmu. Dia juga berinteraksi dengan ilmuwan dan cendekiawan terkemuka pada masanya. Selain itu, Ibnu Sina memiliki akses ke perpustakaan berharga, yang memungkinkannya mengakses karya-karya terkemuka, termasuk karya-karya Aristoteles dalam terjemahan bahasa Arab.

Deretan Karya Ibnu Sina

Ilustrasi dokter/dok. Unsplash Hush Naidoo
Ilustrasi dokter/dok. Unsplash Hush Naidoo

1. "Qanun fi al-Tibb" (Canon of Medicine)

Karya Ibnu Sina ini adalah tonggak penting dalam ilmu kedokteran. Terbagi menjadi tiga jilid, "Qanun fi al-Tibb" menjadi referensi utama dalam bidang kedokteran di Eropa selama hampir lima abad. Buku ini adalah kompilasi komprehensif tentang ilmu kedokteran Islam, dan diajarkan hingga saat ini di berbagai negara Timur. Karyanya yang monumental ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, memungkinkan penyebaran pengetahuan kedokteran Islam di seluruh Eropa. Selain itu, dalam bidang Materia Medica, Ibnu Sina menemukan banyak tumbuhan obat baru, seperti Zanthoxylum budrunga, yang berguna dalam pengobatan penyakit tertentu seperti radang selaput otak.

Ibnu Sina juga terkenal sebagai orang pertama yang menemukan konsep peredaran darah manusia, sebuah ide yang baru dikembangkan 600 tahun kemudian oleh William Harvey. Ia juga pertama kali mengungkapkan, bahwa bayi dalam kandungan mendapatkan nutrisi melalui tali pusarnya. Selain itu, Ibnu Sina adalah pionir dalam pembedahan penyakit bengkak yang ganas dan praktik menjahit luka. Ia juga diakui sebagai seorang dokter jiwa yang menggunakan metode modern, di mana sekarang dikenal sebagai psikoterapi.

2. "Ash-Shifa"

Karya ini adalah salah satu karya besar dalam bidang filsafat. Berisi uraian yang mendalam tentang berbagai aspek filsafat, di mana buku ini sangat luas dalam cakupannya. Para ahli bahkan membuat berbagai terjemahan atas hasil karya filsafat Ibnu Sina ini. "Ash-Shifa'" mencapai puncak perkembangan filsafat paripatetik dalam Islam. Buku ini terdiri dari 18 jilid, yang menguraikan filsafat dalam empat bagian, yakni teologi, fisika, matematika, dan logika. Kitab ini juga mencantumkan pemikiran Ibnu Sina tentang pendidikan.

3. "An-Najat"

Karya ini adalah ringkasan dari "Ash-Shifa'" dan ditujukan kepada para pelajar, yang ingin memahami dasar-dasar ilmu hikmah. Buku ini juga membahas secara lengkap pemikiran Ibnu Sina tentang ilmu jiwa.

4. "Fi Aqsami al-'Ulumi al-'Aqliyyah"

Buku ini adalah karya Ibnu Sina dalam bidang ilmu fisika, yang ditulis dalam bahasa Arab. Meskipun diterbitkan pertama kali di Kairo pada tahun 1910, terjemahannya dalam bahasa Yahudi dan Latin masih tersedia hingga sekarang.

5. "Lisanu al-'Arab"

Karya ini merupakan hasil karyanya dalam bidang sastra Arab, yang terdiri dari sepuluh jilid. Dalam buku ini, Ibnu Sina menjawab tantangan dari seorang pujangga sastra bernama Abu Manshur al-Ubba'i di hadapan Amir 'Ala ad-Daulah di Isfahan.

6. "Al-Isharat wa al-Tanbihat"

Karya ini mengulas topik logika dan hikmah. Selain karya-karya terkenal ini, Ibnu Sina telah menghasilkan banyak tulisan lainnya dalam berbagai disiplin ilmu. Meskipun ada perbedaan pendapat tentang jumlah total karyanya, dua pendapat yang utama adalah 276 dan 99 karya. Karya-karyanya sebagian besar ditulis dalam bahasa Arab, tetapi ada beberapa yang ditulis dalam bahasa Persia, seperti "Danishnamah 'Ala'i," yang merupakan karya filsafat pertama dalam bahasa Persia modern.

Kiprah Ibnu Sina di Bidang Kedokteran

Ilustrasi Dokter
Ilustrasi dokter yang sedang memeriksa kasus kelahiran langka bayi 'tua' di Afrika Selatan. (Pixabay/sasint)

Salah satu pencapaian terkemuka Ibnu Sina adalah penemuan metode pengobatan, dengan menyuntikkan obat di bawah kulit, sebuah teknik yang sekarang dikenal sebagai penyuntikan subkutan. Penemuan ini menjadi tonggak penting dalam dunia kedokteran, yang memungkinkan pemberian obat yang efektif kepada pasien. Ibnu Sina juga menemukan penggunaan pipa udara yang terbuat dari emas dan perak. Pipa ini dimasukkan melalui mulut, dan menuju kerongkongan untuk membantu pasien yang tercekik atau mengalami kesulitan bernafas.

Teknik ini masih digunakan hingga sekarang, dalam penanganan pasien yang mengalami masalah serupa. Selain itu, alat serupa digunakan oleh dokter anestesi untuk memberikan gas bius dan oksigen kepada pasien, meskipun dengan bahan karet dan plastik yang lebih modern. Ibnu Sina adalah tokoh pertama yang menyadari bahwa jika tengkorak seseorang patah, tulang tersebut tidak dapat dipulihkan seperti tulang-tulang lain di tubuh. Sebaliknya, tengkorak akan tetap terpisah dan hanya dihubungkan oleh selaput yang kuat. Temuannya ini memiliki implikasi penting dalam pemahaman kedokteran dan pembedahan kepala.

Dalam penelitiannya tentang gangguan saraf, Ibnu Sina membedakan antara kelumpuhan saraf wajah yang disebabkan oleh masalah otak dan kelumpuhan saraf, yang disebabkan oleh gangguan pada bagian tubuh lain. Ia juga menjelaskan tentang gangguan otak, yang disebabkan oleh penumpukan darah di dalamnya, di mana menjadi dasar bagi pemahaman modern tentang hematoma intrakranial. Bapak kedokteran modern ini juga mengembangkan metode efektif, untuk mengatasi gangguan jiwa yang disebabkan oleh berbagai sebab. Ia mendorong pengobatan dengan pendekatan psikologis yang merujuk pada masalah kejiwaan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya