Biografi Ibnu Rusyd, Filsuf Muslim Penghubung Filsafat Islam dan Barat

Biografi Ibnu Rusyd yang mencakup perjalanan hidupnya dan hasil-hasil karya Ibnu Rusyd.

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 09 Feb 2023, 16:30 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2023, 16:30 WIB
patung Ibnu Rusyd di Spanyol
sumber : wikimedia.com

Liputan6.com, Jakarta Ibnu Rusyd atau yang dikenal juga dengan nama Averroes, merupakan seorang polymath Muslim Andalusia yang memiliki banyak kontribusi dalam bidang filsafat. Kontribusinya yang paling menonjol adalah komentarnya tentang filsuf Yunani Aristoteles, yang kemudian menginspirasi para sarjana Eropa di masa depan.

Ibnu Rusyd memiliki nama asli Abu al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Rusyd. Lahir pada tahun 1126 di kota Cordoba, Spanyol. Pandangan Ibnu Rusyd memiliki peran formatif dalam pembentukan rasionalisme Eropa dan karyanya juga telah dipuji sebagai pendahulu pencerahan Eropa. Selain filsafat, Ibnu Rusyd juga menghasilkan karya ilmiah dalam berbagai topik seperti kedokteran, psikologi dan astronomi.

Selain terkenal di Eropa abad pertengahan, Ibnu Rusyd juga terkenal di dunia Islam karena karya teologisnya, khususnya di bidang fikih atau aspek teoritis hukum Islam. Ide filosofisnya kemudian mendapatkan popularitas luas di dunia Muslim dengan munculnya gerakan reformis Islam di abad ke-19.

Dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam bidang filsafat Islam dan Barat, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pada Kamis (9/2/2023). Biografi Ibnu Rusyd yang mencakup perjalanan hidupnya dan hasil-hasil karya Ibnu Rusyd.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ibnu Rusyd

ilustrasi Ibnu Rusyd
sumber : famousscientists.org

Ibnu Rusyd

Ibnu Rusyd lahir pada tahun 1126 dari keluarga ulama Islam yang dihormati dan sukses, dengan kakeknya Abu al-Walid Muhammad menjabat sebagai kepala qadi (hakim) Kordoba dan imam Masjid Agung Cordoba. Cendekiawan muda ini dilatih dalam teologi Islam, mempelajari Alquran, hadis dan juga yurisprudensi Islam.

Ibnu Rusyd juga mempelajari mata pelajaran non-agama, seperti linguistik, fisika, kedokteran, dan matematika. Ibnu Rusyd menjadi terkenal pada tahun 1169 setelah dia menarik perhatian Abu Yaqub Yusuf, khalifah Kekaisaran Almohad, yang memerintah wilayah termasuk Spanyol selatan dan Afrika barat laut.

Yusuf adalah raja yang memiliki rasa ingin tahu intelektual yang menghargai kemampuan Ibnu Rusyd dalam menjelaskan karya-karya filsuf Yunani, seperti Aristoteles. Di bawah perlindungan Yusuf, orang Andalusia menjabat sebagai qadi di kota-kota Spanyol Seville dan kemudian kota asalnya Cordoba, akhirnya menjadi kepala qadi yang terakhir, seperti kakeknya sebelum dia.

Pendidikan Ibnu Rusyd mengikuti jalur tradisional, dimulai dengan studi hadits, linguistik, yurisprudensi dan teologi skolastik. Sepanjang hidupnya ia banyak menulis tentang filsafat dan agama, sifat-sifat Tuhan, asal usul alam semesta, metafisika dan psikologi. Dia unggul dalam filsafat dan yurisprudensi dan dijuluki "filsuf yurisprudensi". Peran filosof dalam negara merupakan topik yang terus menarik perhatian Ibnu Rusyd.


Apa Yang Membuat Ibnu Rusyd Terkenal?

Apa Yang Membuat Ibnu Rusyd Terkenal?

Kemasyhuran Ibnu Rusyd di Eropa berasal dari komentar-komentarnya atas karya-karya Aristoteles, yang menyebabkan kebangkitan minat terhadap filsuf Yunani Kuno di Eropa. Ibnu Rusyd mengilhami para filsuf masa depan, seperti pendeta dan filsuf Italia abad ke-13 Thomas Aquinas, yang mendedikasikan waktu yang signifikan untuk mengkritik karya-karya Ibnu Rusyd namun tetap memasukkan beberapa idenya ke dalam pendekatan skolastiknya sendiri.

Peran metode filosofis dan tempat nalar dalam studi agama kontroversial baik di dunia Kristen maupun Islam selama awal abad pertengahan, karena baik Gereja Katolik maupun banyak cendekiawan Islam percaya bahwa pendekatan semacam itu menggerogoti kesucian wahyu ilahi. Sepanjang abad ke-13, para pengikut Ibnu Rusyd, yang dikenal sebagai Averroist, menjadi sasaran kecaman resmi oleh gereja, yang mempermasalahkan ide-ide mereka tentang sifat abadi alam semesta dan bahwa semua manusia memiliki kapasitas intelektual yang sama.

Terlepas dari teguran gereja, pendekatan Ibn Rusyd, yang dapat diakses karena terjemahan Latin dari karyanya, memenangkan banyak pengikut, baik Katolik maupun Yahudi, di abad-abad setelah kematiannya. Upaya mereka akan menjadi bagian dari perkembangan intelektual di Eropa yang kemudian dikenal sebagai Renaisans. Di dunia Islam, Ibnu Rusyd terkenal karena membela tempat penyelidikan filosofis dalam wacana agama.


Filosofi Ibnu Rusyd

Filosofi Ibnu Rusyd

Ibnu Rusyd percaya bahwa studi filsafat adalah keharusan Al-Qur'an dan karena itu kewajiban bagi semua Muslim untuk mengejar. Dia percaya bahwa filsafat adalah produk dari pikiran manusia, sedangkan agama berasal dari wahyu ilahi, mengklarifikasi bahwa keduanya pada akhirnya berasal dari sumber yang sama. 

Fokus utama dari karya aslinya adalah untuk menunjukkan kesesuaian wahyu ilahi dan cara filosofis untuk menentukan kebenaran. Di mana ada kontradiksi antara kitab suci dan kebenaran yang dicapai melalui logika deduktif, misalnya, maka masalahnya bukan terletak pada teks itu sendiri melainkan interpretasinya.

Ibnu Rusyd percaya bahwa Tuhan telah mengilhami teks-teks agama dengan makna yang jelas dan alegoris, dan ketika tidak ada konsensus mutlak atas interpretasi kitab suci, pembaca bebas untuk menafsirkannya sesuai dengan pemahaman mereka sendiri.

Konsensus absolut hampir tidak mungkin didapat, karena diperlukan pengetahuan tentang semua kemungkinan interpretasi teks sejak wahyu itu. Oleh karena itu, argumen tersebut membuka ruang untuk pembacaan alegoris Al-Qur'an dengan cara yang tidak memungkinkan pendekatan yang lebih "literalis".

Salah satu argumen kunci Ibnu Rusyd  adalah bahwa jika orang tidak mendekati agama dari perspektif kritis dan filosofis, makna yang benar dan dimaksudkan bisa hilang, yang mengarah ke salah tafsir wahyu ilahi. Ibnu Rusyd menghabiskan banyak upaya untuk memeriksa doktrin agama, dan menyoroti apa yang dilihatnya sebagai kesalahan yang dilakukan oleh sekolah-sekolah teologi saingan, seperti Asharit, Mutazilite, Sufi, dan "literalis".

Mengenai keberadaan Tuhan, Ibnu Rusyd  adalah pendukung argumen fine-tuning, yang menyatakan bahwa alam semesta telah disesuaikan dengan sangat baik untuk penampilan kehidupan yang tidak dapat ada kecuali dengan tindakan kehendak oleh pencipta ilahi. 

Dia berpendapat bahwa Tuhan menciptakan dunia alam dan segala isinya, tetapi dunia alamlah yang menjadi sumber dari apa yang terjadi di sekitar kita, dan bahwa pencipta sendiri tidak dapat dimintai pertanggungjawaban langsung atas segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita.


Kontribusi Ibnu Rusyd Untuk Sains dan Kedokteran

Kontribusi Ibnu Rusyd Untuk Sains dan Kedokteran 

Kontribusi Ibnu Rusyd di bidang kedokteran antara lain penjelasan gejala penyakit Parkinson, penjelasan penyebab stroke dan penemuan fungsi fotoreseptor retina. Ibnu Rusyd juga menghasilkan ensiklopedi medis bernama Al-Kulliyat fi al-Tibb, yang ditulisnya antara tahun 1153 dan 1169. Teks tersebut terdiri dari sembilan buku yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani, dan diajarkan ke seluruh Eropa. hingga abad ke-18.  

Ibnu Rusyd  juga menaruh minat pada asal-usul penyakit otak dan pembuluh darah dan termasuk orang pertama yang meresepkan pengobatan untuk penyakit di bidang urologi. Terlepas dari kritik filosofisnya terhadap Ibnu Sina, sarjana Persia, karya medis Ibn Rusyd dibangun di atas karya-karya Ibn Sina, serta rekan-rekan Persia al-Razi.


Peninggalan Ibnu Rusyd

Peninggalan Ibnu Rusyd

Selain warisannya yang luas untuk sains, agama, dan filsafat, Ibnu Rusyd juga tertarik pada musik dan bahasa.   Dalam psikologi, bukunya Talkhis Kitab al-Nafs (Aristotle on the Soul) membagi jiwa menjadi lima fakultas: nutrisi, sensitif, imajinatif, aperitive (berkaitan dengan nafsu makan) dan rasional.

Karyanya membuka jalan bagi para filsuf Eropa lainnya, mengilhami kebangkitan intelektual di antara para sarjana yang menulis dalam bahasa Latin. Pemikirannya tentang Aristoteles dan hubungan antara filsafat dan agama bahkan menciptakan minat baru dalam penafsiran kitab suci, khususnya dalam Yudaisme, sangat mempengaruhi karya-karya filsuf Yahudi Maimonides.

Ibnu Rusyd meninggal di Marrakesh pada tahun 1198 di mana dia dimakamkan. Tiga bulan kemudian, jenazahnya dipindahkan ke Cordova, tempat kelahirannya. Karya-karya Ibnu Rusyd tetap memberikan pengaruh penting bagi para pemikir hebat dan pemikir kreatif masa depan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya