Liputan6.com, Jakarta Apa itu body shaming merupakan fenomena yang kerap terjadi di era media sosial dan dunia nyata. Kritik terhadap penampilan fisik yang sering dijumpai ini menciptakan lingkungan yang tidak sehat, memicu dampak negatif yang serius terhadap kesejahteraan mental dan emosional individu yang menjadi korban.
Media sosial, sebagai platform utama interaksi, sering menjadi sarang bagi komentar-komentar body shaming yang tidak bertanggung jawab. Apa itu body shaming bukan hanya merendahkan kepercayaan diri seseorang, tetapi juga menciptakan standar kecantikan yang sempit dan tidak realistis.
Bahkan selebriti yang dianggap sebagai simbol kecantikan pun tidak luput dari body shaming. Apa itu body shaming dapat membuat korbannya merasa terintimidasi karena bentuk tubuh mereka yang dianggap tidak sesuai dengan standar kecantikan. Ini menciptakan tekanan besar pada para selebriti untuk memenuhi ekspektasi yang tidak realistis, berpotensi merusak kesehatan mental mereka.
Advertisement
Apa itu body shaming dapat mengakibatkan penurunan harga diri, gangguan makan, kecemasan, depresi, bahkan mungkin menyebabkan penyakit mental serius. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk bergerak menuju kesadaran akan dampak negatif body shaming dan mendukung budaya yang menerima keberagaman tubuh dan penampilan. Berikut ulasan lebih lanjut tentang apa itu body shaming yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (5/2/2024).
Tindakan Body Shaming sebagai Bentuk Perundungan
Apa itu body shaming merupakan perilaku yang melibatkan penghinaan terhadap bentuk dan ukuran tubuh seseorang. Ini bisa berupa komentar negatif, tindakan merendahkan, atau praktik perundungan terhadap penampilan fisik individu. Tidak hanya terjadi di dunia nyata, body shaming juga menyebar luas di dunia maya, khususnya melalui media sosial.
Tindakan body shaming dapat dilakukan oleh siapa saja termasuk teman, keluarga, saudara, bahkan orang asing di dunia maya. Komentar-komentar yang merendahkan, seperti 'kamu gendut banget', 'kulitnya kok hitam banget sih!', atau perbandingan antara bentuk tubuh seseorang dengan standar kecantikan tertentu, merupakan contoh nyata dari tindakan body shaming.
Salah satu alasan utama body shaming terus berlangsung adalah adanya standar kecantikan yang sangat ketat di masyarakat. Konsep kecantikan seringkali diukur dengan parameter tertentu, seperti kulit putih, tubuh tinggi, hidung mancung, atau bebas dari masalah kulit seperti jerawat. Masyarakat yang terus memercayai dan mengikuti standar kecantikan semacam itu menjadi sumber utama terjadinya body shaming.
Dampak dari body shaming tidak hanya terasa pada tingkat psikologis, tetapi juga berpengaruh pada keputusan individu terkait dengan kesehatan mereka. Banyak orang yang, akibat tekanan untuk memenuhi standar kecantikan, berusaha keras untuk mencapai bentuk tubuh yang dianggap ideal tanpa memperhatikan konsekuensi kesehatan yang mungkin timbul.
Wujud body shaming dapat beragam, mulai dari kritik terang-terangan terhadap penampilan fisik seseorang hingga perbandingan tidak sehat antara bentuk tubuh individu dengan standar kecantikan yang tidak realistis. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran masyarakat akan dampak negatif body shaming dan pentingnya merangkul keberagaman tubuh serta penampilan. Hanya dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan menerima keunikan setiap individu, kita dapat memutus siklus body shaming dan mendorong keberagaman yang sehat dalam masyarakat.
Advertisement
Jenis-jenis Body Shaming
Body shaming mencakup berbagai aspek tubuh dan dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Semua bentuk body shaming memiliki dampak serius terhadap kesejahteraan mental dan emosional individu yang menjadi korban. Berikut adalah beberapa jenis body shaming yang umum terjadi.
1. Berat Badan (Fat Shaming dan Skinny Shaming)
Body shaming sering kali berkaitan dengan berat badan. Fat shaming terjadi ketika seseorang dihina atau dikritik karena berat badannya yang dianggap terlalu besar. Sebaliknya, skinny shaming terjadi ketika seseorang dihina karena berat badannya yang dianggap terlalu kecil. Kedua jenis body shaming ini dapat menimbulkan stres, kecemasan, dan bahkan gangguan makan pada korban.
2. Rambut Tubuh
Body shaming juga melibatkan komentar negatif terhadap rambut tubuh, seperti di kaki, lengan, atau area lainnya. Standar kecantikan yang tidak realistis seringkali menempatkan tekanan pada individu untuk menghilangkan rambut tubuh, yang dapat menyebabkan dampak psikologis dan fisik yang negatif.
3. Model Rambut
Selain bentuk tubuh, model rambut juga dapat menjadi sasaran body shaming. Komentar negatif terhadap model rambut seseorang atau teksturnya dapat merendahkan kepercayaan diri dan memicu tekanan untuk mengikuti standar kecantikan yang mungkin tidak sesuai dengan preferensi personal.
4. Warna Kulit
Body shaming juga terjadi berdasarkan warna kulit. Standar kecantikan yang mengutamakan kulit putih cerah dapat menyebabkan orang dengan warna kulit lebih gelap menjadi korban body shaming. Komentar negatif dan stereotip tentang warna kulit dapat menciptakan tekanan psikologis dan mendorong praktik pemutihan kulit yang tidak sehat.
5. Wajah
Bentuk wajah dan fitur facial sering menjadi target body shaming. Hidung, mata, pipi, dan kulit yang dianggap tidak sesuai dengan standar kecantikan tertentu dapat menyebabkan perasaan rendah diri dan tekanan untuk mencapai idealisasi yang tidak realistis.
6. Usia
Orang yang telah memasuki usia dewasa lanjut sering kali mengalami body shaming terkait pilihan pakaian atau penampilan mereka. Stereotip tentang penampilan yang "pantas" untuk usia tertentu dapat menciptakan tekanan dan pembatasan terhadap ekspresi diri.
7. Kulit
Celaan terhadap warna kulit, terutama bagi mereka yang memiliki kulit lebih gelap, merupakan bentuk body shaming yang merugikan. Standar kecantikan yang mendiskriminasi berdasarkan warna kulit menciptakan tekanan untuk mencapai standar yang tidak realistis.
8. Tinggi Badan
Body shaming terkait tinggi badan, terutama pada kaum pria, sering kali menciptakan tekanan sosial. Komentar atau kritik terhadap tinggi badan dapat merendahkan harga diri dan menciptakan kompleks inferioritas.
Dampak Body Shaming Pada Korban
Body shaming memiliki dampak serius pada kesehatan mental individu yang menjadi korban, berikut diantaranya.
1. Depresi
Body shaming dapat menyebabkan depresi, terutama pada anak muda. Komentar negatif terhadap bentuk tubuh dapat merusak harga diri dan memicu perasaan putus asa, bahkan hingga mendorong pikiran untuk bunuh diri.
2. Gangguan Makan
Kritik terhadap bentuk tubuh, baik fat shaming maupun skinny shaming, dapat menyebabkan gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia. Korban mungkin merasa perlu mengubah pola makan mereka secara ekstrem untuk mencapai atau mempertahankan bentuk tubuh yang dianggap ideal.
3. Gangguan Kecemasan hingga Serangan Panik
Body shaming dapat menciptakan perasaan tidak percaya diri dan merasa tidak layak, yang pada gilirannya dapat menyebabkan gangguan kecemasan dan serangan panik. Korban mungkin menarik diri dari lingkungan sosial dan merasa tidak memiliki penghargaan diri.
Cara Mengatasi Body Shaming
Ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi dan menghentikan perilaku body shaming, berikut diantaranya.
1. Perubahan Pemikiran Masyarakat
Penting untuk mengubah pemikiran masyarakat tentang standar kecantikan yang tidak realistis. Menyadari bahwa setiap individu unik dan memiliki keindahan sendiri dapat membantu menghentikan siklus body shaming. Pendidikan dan kampanye kesadaran di media sosial juga dapat membantu merubah norma-norma yang mendukung perilaku tersebut.
2. Kesadaran Pelaku
Pelaku body shaming perlu menyadari dampak negatif yang dapat timbul dari komentar negatif mereka. Peningkatan kesadaran dapat mendorong orang untuk lebih memahami perasaan orang lain dan menghentikan perilaku body shaming.
3. Empati dan Pemahaman
Masyarakat perlu belajar untuk lebih empati dan memahami perasaan orang lain. Candaan atau komentar mengenai penampilan fisik seseorang tidak boleh dianggap sepele, karena dapat menyakiti perasaan dan menciptakan tekanan psikologis.
4. Fokus pada Pengembangan Diri
Berhenti dari kebiasaan mengomentari dan memikirkan penampilan orang lain. Mengalihkan fokus pada pengembangan diri sendiri dan meningkatkan kepercayaan diri dapat membantu mengurangi perilaku body shaming.
5. Pentingnya Pendidikan
Pendidikan mengenai keberagaman tubuh dan penampilan perlu disertakan dalam kurikulum. Ini dapat membantu mengubah persepsi masyarakat terhadap keindahan yang beragam dan mencegah terjadinya body shaming di kalangan generasi muda.
6. Mendorong Pembicaraan Terbuka
Mendorong pembicaraan terbuka tentang body shaming dapat membantu mengurangi stigma seputar isu ini. Semakin banyak orang yang berbicara dan berbagi pengalaman mereka, semakin kuat perlawanan terhadap perilaku body shaming.
Advertisement