Apa yang Dirasakan Ketika Anosmia? Simak Gejala, Penyebab dan Pengobatannya

Anosmia adalah ketidakmampuan seseorang untuk mencium bau.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 27 Feb 2024, 19:25 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2024, 19:25 WIB
ilustrasi anosmia/credit: @unsplash/olga_kononenko
ketika indra penciumannya tidak dapat digunakan sesaat. Kondisi tersebut biasa disebut dengan Anosmia

Liputan6.com, Jakarta Apa yang dirasakan ketika anosmia? Anosmia adalah sebuah kondisi medis di mana seseorang kehilangan kemampuan untuk mencium aroma tertentu, atau bahkan sama sekali tidak dapat mencium bau. Ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi virus, cedera kepala, atau kondisi medis lainnya.

Anosmia bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang, karena mencium aroma merupakan salah satu bagian penting dari pengalaman sensorik manusia. Apa yang dirasakan ketika anosmia? Penderita Anosmia mungkin merasa kehilangan kenikmatan saat makan, karena tidak dapat mencium atau menikmati aroma makanan.

Mereka juga mungkin kehilangan kemampuan untuk mencium bau yang berpotensi berbahaya, seperti bau gas atau asap. Selain itu, Anosmia juga dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mendeteksi bau-bau yang penting dalam kehidupan sehari-hari, seperti bau bunga atau aroma parfum. 

Penyakit Anosmia bisa sembuh dalam waktu yang bervariasi, tergantung pada penyebabnya dan seberapa parah kondisinya. Beberapa kasus Anosmia bisa sembuh dengan sendirinya setelah beberapa minggu atau bulan, terutama jika disebabkan oleh infeksi virus.

Apa yang dirasakan ketika anosmia? Setelah mengetahui gejala dan penyebab pasti, maka Anda bisa mengunjungi layanan kesehatan terdekat, untuk menerima perawatan jangka panjang. Berikut ini penyebab dan gejala anosmia yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (27/2/2024). 

Mengenal Apa Itu Anosmia dan Gejala yang Muncul

Ilustrasi indra penciuman
Ilustrasi indra penciuman. (Photo by 401711 on Pixabay)

Anosmia adalah kondisi ketika seseorang kehilangan kemampuan untuk mencium bau. Penderita anosmia tidak mampu atau tidak peka terhadap aroma tertentu, bahkan beberapa tidak bisa mencium bau sama sekali. Kondisi ini bisa bersifat sementara atau permanen, tergantung pada penyebabnya.

Penderita anosmia sering kali merasa frustasi dan terganggu dalam aktivitas sehari-hari. Apa yang dirasakan ketika anosmia? Penderita mungkin kesulitan merasakan rasa makanan, kesulitan mendeteksi bau yang berbahaya seperti asap gas, atau merasa terisolasi secara sosial karena tidak dapat merasakan aroma di sekitar mereka.

Anosmia dapat terjadi sejak lahir atau berkembang seiring berjalannya waktu. Keadaan ini dapat bersifat permanen atau sementar  dan prevalensinya berkisar antara 3% hingga 20% dari populasi. Risiko gangguan penciuman cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia, serta dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penyakit sinus dan hidung kronis, trauma kepala parah, infeksi saluran pernapasan atas, atau penyakit neurodegeneratif.

Mengalami anosmia atau hiposmia tidak hanya memengaruhi fungsi fisik, tetapi juga dapat memberikan dampak pada kualitas hidup secara keseluruhan, terutama terkait dengan interaksi sosial, kegiatan makan, dan perasaan kesejahteraan. Proses mencium bau melibatkan interaksi kompleks antara otak dan hidung. Saat seseorang mengendus bau, udara mengalir ke dalam hidun dan molekul bau melekat pada reseptor di saraf penciuman. Saraf ini melapisi epitel olfaktorius, yaitu jaringan yang melapisi rongga hidung. Molekul bau yang merangsang saraf olfaktorius akan mengirimkan sinyal ke otak, di mana informasi penciuman diproses menjadi bau yang dapat dikenali oleh individu.

Gejala anosmia mencakup ketidakmampuan mengenali atau mencium bau. Bagi individu yang terlahir dengan anosmia, mungkin sulit menyadari kondisinya karena mereka tidak pernah memiliki kemampuan untuk mencium. Penting untuk diingat bahwa anosmia juga bisa menjadi tanda awal penyakit neurodegeneratif seperti penyakit Parkinson atau Alzheimer yang dapat menyebabkan hilangnya indra penciuman. Kehilangan kemampuan mencium bukan hanya masalah fisik, tetapi juga dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

Penyebab Anosmia

Hidung Tersumbat Kronis
Ilustrasi Hidung Tersumbat Kronis Credit: pexels.com/Andrea

1. Penyakit Flu

Ketika mengalami anosmia akibat flu, seseorang akan merasakan ketidakmampuan mencium aroma makanan, bunga, atau bahkan bau yang kurang sedap. Hal ini dapat mempengaruhi selera makan dan juga menyebabkan ketidaknyamanan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu, anosmia juga dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk merasakan rasa makanan secara maksimal, karena sebagian besar rasa makanan sebenarnya juga dipengaruhi oleh indera penciuman. Kondisi ini dapat membuat seseorang kehilangan kenikmatan dalam makanan yang dikonsumsi. Mengatasi anosmia akibat flu memerlukan waktu dan perawatan medis yang tepat. Penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter apabila mengalami anosmia yang berkepanjangan akibat flu. 

2. Sinusitis Akut

Sinusitis akut adalah kondisi yang ditandai dengan peradangan pada dinding sinus di dalam hidung. Pada beberapa kasus, sinusitis akut dapat menyebabkan penderitanya mengalami anosmia atau kehilangan kemampuan untuk mencium aroma tertentu. Ketika seseorang mengalami anosmia akibat sinusitis akut, mereka mungkin merasa frustasi dan kesulitan menikmati makanan karena tidak dapat merasakan aromanya. Selain itu, mereka juga mungkin merasa kehilangan sensasi dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Penting bagi penderita sinusitis akut untuk segera mendapatkan perawatan medis agar kondisinya dapat teratasi dengan baik dan anosmia yang dirasakannya dapat pulih kembali. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat agar kondisi sinusitis akut dapat diatasi dan gejala-gejalanya dapat reda.

3. Rinitis (alergi)

Rinitis, atau yang lebih dikenal sebagai alergi, bisa menjadi salah satu penyebab utama dari anosmia atau kehilangan kemampuan penciuman. Ketika seseorang mengalami rinitis, tubuhnya akan memberikan reaksi terhadap alergen seperti serbuk sari, debu, bulu hewan, atau asap rokok. Penderita rinitis akan merasakan hidung tersumbat, gatal, dan bersin-bersin secara terus-menerus. Kondisi ini akan menyebabkan peradangan pada saluran hidung dan bisa mengganggu kemampuan seseorang untuk mencium aroma. Tanpa kemampuan untuk mencium aroma dengan baik, penderita alergi akan merasakan kehilangan kenikmatan saat makan dan minum, serta kesulitan dalam mendeteksi bau yang bisa menjadi pertanda bahaya.

4. Kelainan Tulang Hidung

Kelainan tulang hidung, atau yang juga dikenal sebagai anosmia, adalah kondisi dimana seseorang kehilangan kemampuan untuk merasakan aroma. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari infeksi, alergi, hingga kelainan struktural pada tulang hidung. Penderita anosmia seringkali merasa frustasi dan tidak nyaman karena ketidakmampuannya merasakan aroma makanan, bunga, atau bau-bauan lainnya. Mereka juga khawatir dengan keselamatan diri sendiri karena tidak bisa mendeteksi bau asap atau bau yang berbahaya. Tidak hanya itu, kondisi ini juga dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam merasakan rasa makanan secara keseluruhan.

5. Polip Hidung

Ketika seseorang mengalami kondisi polip hidung, mereka bisa merasakan gejala yang cukup mengganggu, salah satunya adalah anosmia atau kehilangan indera penciuman. Polip hidung terbentuk ketika jaringan di dalam hidung menjadi meradang dan membengkak, sehingga dapat menghalangi saluran udara dan merusak indera penciuman. Penderitanya mungkin tidak mampu atau tidak peka terhadap aroma tertentu, sehingga dapat memengaruhi kualitas hidup mereka. Kehilangan indera penciuman juga bisa menyebabkan penurunan nafsu makan, kesulitan membedakan rasa makanan, dan kesulitan merasakan aroma yang menyenangkan. Selain itu, kehilangan indera penciuman juga dapat memengaruhi keamanan penderitanya, karena mereka mungkin tidak bisa merasakan bau-bauan yang menandakan bahaya, seperti asap atau gas bocor.

6. Kerusakan Otak atau Saraf

Kerusakan otak atau saraf dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cedera kepala, tumor otak, infeksi sinus yang parah, atau penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer atau Parkinson. Ketika otak atau saraf mengalami kerusakan, sinyal-sinyal yang seharusnya mampu mendeteksi aroma tidak dapat dihantarkan dengan baik, sehingga penderitanya tidak dapat merasakan aroma dengan normal. Dampak dari anosmia yang disebabkan oleh kerusakan otak atau saraf ini bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang. Selain kehilangan sensasi yang menyenangkan dari mencium aroma makanan, penderita juga mungkin kesulitan dalam mendeteksi bau yang merupakan tanda bahaya, misalnya bau gas bocor atau makanan yang sudah basi.

 

Diagnosis dan Pengobatan

2 Terapi Sederhana untuk Pulihkan Indra Penciuman Akibat Covid-19
Anosmia atau kehilangan indra penciuman menjadi salah satu gejala Covid-19. Simak cara mengatasinya di sini. (FOTO: Unsplash.com/Tadeusz Lakota).

Anosmia yang disebabkan oleh flu atau reaksi alergi akan segera membaik dan kemampuan untuk mencium bau dapat kembali dengan normal. Namun pada beberapa kasus (terutama lansia), kemampuan penciuman mungkin tidak dapat diobati.

Pertama-tama, dokter akan melakukan serangkaian langkah untuk menilai dan memahami gejala yang Anda alami saat ini. Ini melibatkan pertanyaan-pertanyaan mendalam mengenai gejala, pemeriksaan fisik menyeluruh dan penyelidikan riwayat kesehatan Anda. Selanjutnya, dokter dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan penyebab gejala anosmia. Tes yang mungkin dilakukan untuk mendiagnosa kondisi ini melibatkan prosedur seperti Computerized Tomography (CT) scan yang menggunakan sinar-X untuk menghasilkan gambar detail otak, Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang menggunakan gelombang radio dan magnet untuk melihat struktur otak, serta X-ray tengkorak. Rhinoskopi dapat digunakan untuk memeriksa bagian dalam hidung secara langsung.

Adapun pengobatan anosmia tergantung pada penyebabnya. Anosmia bawaan yang merupakan ketidakmampuan mencium bau sejak lahir, saat ini tidak memiliki penyembuhan. Sementara itu, jenis anosmia lain dapat diatasi dengan mengobati kondisi utama penyebabnya. Beberapa metode pengobatan yang dapat membantu mengatasi anosmia melibatkan irigasi hidung dengan larutan garam, penggunaan obat antihistamin, semprotan hidung atau obat tetes steroid, operasi pengangkatan polip hidung, operasi meluruskan septum hidung dan operasi endoskopik sinus (ESS) untuk membersihkan sinus.

Selain pengobatan medis, perubahan gaya hidup dan penanganan di rumah juga dapat membantu mengelola anosmia. Ini termasuk tindakan seperti memasang alarm kebakaran di berbagai area rumah, beralih ke kompor gas listrik untuk menghindari risiko kebocoran gas yang tidak tercium dan membaca label produk dengan cermat untuk menghindari paparan bahan kimia yang kuat. Adapun untuk meningkatkan kekuatan indra penciuman seiring bertambahnya usia, langkah-langkah sehat seperti menjaga pola makan seimbang dan aktif secara fisik juga dapat menjadi bagian dari rencana pengelolaan anosmia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya