15 Fakta Menarik Psikologi Cinta, Membuat Orang Jadi Lebih Produktif

Salah satu teori yang relevan dalam psikologi cinta adalah teori triangular cinta yang dikemukakan oleh Robert Sternberg.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 22 Mar 2024, 11:25 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2024, 11:25 WIB
cinta
ilustrasi jatuh cinta/copyright pexels/Anastasiya Lobanovskaya

Liputan6.com, Jakarta Cinta dalam ilmu psikologi merupakan suatu fenomena yang kompleks dan mendalam. Secara umum, cinta dapat dijelaskan sebagai suatu bentuk emosi dan perasaan yang kuat terhadap seseorang atau sesuatu yang memberikan kedalaman dalam hubungan interpersonal. Dalam psikologi cinta, beberapa teori dan pandangan psikologis dapat membantu memahami konsep cinta lebih dalam.

Salah satu teori yang relevan dalam psikologi cinta adalah teori triangular cinta yang dikemukakan oleh Robert Sternberg. Menurut teori ini, cinta terdiri dari tiga komponen utama, yaitu komitmen, hasrat atau gairah, dan kedekatan atau keintiman. Komponen-komponen ini saling berinteraksi dan memengaruhi dinamika hubungan cinta seseorang.

Komitmen merujuk pada keinginan untuk tetap bersama dan berinvestasi dalam hubungan tersebut. Hasrat atau gairah mencakup aspek fisik dan emosional dari cinta, seperti keinginan untuk bersama dan merasakan kebahagiaan bersama. Kedekatan atau keintiman melibatkan pembagian pikiran, perasaan, dan emosi yang mendalam antara dua individu.

Selain teori triangular cinta, terdapat juga pandangan psikologis lainnya yang menekankan pentingnya faktor-faktor seperti kepercayaan, komunikasi, keterbukaan, dan kesetiaan dalam membangun dan mempertahankan hubungan cinta yang sehat dan berkelanjutan. Psikologi cinta juga sering dikaitkan dengan konsep pengembangan diri dan kesejahteraan psikologis. 

Hubungan yang didasarkan pada cinta yang sehat dan positif dapat memberikan dukungan emosional, meningkatkan kesejahteraan mental, dan memperkuat rasa memiliki dan identitas diri. Berikut ulasan lebih lanjut tentang fakta-fakta psikologi cinta yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (22/3/2024).

1. Cinta Pada Pandangan Pertama itu Nyata

Ilustrasi pasangan cinta, romantis
Ilustrasi pasangan cinta, romantis. (Photo by Cody Black on Unsplash)

Menurut teori cinta dari Sternberg, cinta pada pandangan pertama, yang juga disebut infatuation, adalah fenomena yang nyata. Cinta ini seringkali hanya memiliki satu elemen, yaitu gairah. Gairah ini mencakup komponen fisiologis yang membuat seseorang merasa tertarik secara fisik dan ingin merasakan kontak fisik dengan pasangan. Namun, jenis cinta ini cenderung cepat hilang karena kurangnya komitmen dan kedekatan emosional yang lebih dalam.

2. Cinta Berpengaruh Pada Fisik dan Psikologis

Sentuhan fisik antara pasangan memiliki dampak yang signifikan dalam psikologi cinta. Berdasarkan penelitian, sentuhan seperti pelukan dan ciuman dapat merangsang pelepasan zat-zat kimia yang memberikan efek positif pada otak, seperti penurunan tingkat stres, peningkatan perasaan kebahagiaan, dan penguatan ikatan emosional antara dua orang yang bersangkutan. Ini menunjukkan bahwa interaksi fisik dalam hubungan cinta dapat memainkan peran penting dalam kesejahteraan psikologis dan keintiman emosional antara pasangan.

3. Hubungan Jarak Jauh Dapat Bertahan Lama

ubungan jarak jauh seringkali dianggap sulit untuk bertahan dalam jangka waktu yang lama. Namun, dari perspektif psikologis, ada faktor-faktor yang dapat memungkinkan hubungan semacam itu bertahan. Salah satunya adalah dengan berbagi informasi yang intim dan memiliki perspektif yang sama sebagai pasangan ideal. Kedua faktor ini dapat memperkuat ikatan emosional dan memunculkan tingkat kepuasan yang setara dengan pasangan yang secara fisik bersama.

4. Cinta Memiliki Efek Candu

Penelitian psikologis telah menemukan bahwa cinta bisa dijelaskan sebagai suatu bentuk ketergantungan kimia dalam otak. Ketika seseorang jatuh cinta, otaknya melepaskan zat-zat kimia tertentu seperti dopamin, oksitosin, dan serotonin. 

Dopamin, yang sering disebut sebagai "zat kimia kebahagiaan," bertanggung jawab untuk menciptakan perasaan euforia dan kegembiraan yang kuat ketika seseorang sedang jatuh cinta. Pada tahap awal hubungan cinta, terjadi pelepasan dopamin yang tinggi di otak, yang menghasilkan perasaan euforia dan kebahagiaan yang intens. Namun, efek ini tidak bertahan selamanya. 

Penelitian menunjukkan bahwa perasaan jatuh cinta yang intens umumnya hanya bertahan selama periode tertentu, khususnya sekitar satu hingga tiga tahun. Setelah periode tersebut, tingkat dopamin dalam otak cenderung stabil kembali ke tingkat yang lebih normal, yang dapat menyebabkan perubahan dalam intensitas dan karakteristik perasaan cinta yang dirasakan.

Oksitosin, juga dikenal sebagai "hormon pelukan," terlibat dalam menguatkan ikatan emosional antara pasangan. Serotonin, zat kimia yang berperan dalam regulasi suasana hati, juga dapat berperan dalam mengendalikan emosi positif yang terkait dengan cinta.

5. Cinta Romantis vs. Cinta Pengasuhan

Keluarga Tetap Menjadi Prioritas Utama
Ilustrasi Keluarga Bahagia Credit: pexels.com/pixabay

Robert Sternberg, seorang psikolog terkemuka, mengidentifikasi tiga komponen utama cinta: komitmen, kedekatan intim, dan gairah. Namun, Sternberg juga mengakui bahwa cinta bisa mengambil bentuk yang berbeda-beda. Cinta romantis, yang cenderung didorong oleh gairah dan keintiman, sering kali terjadi pada awal hubungan dan bisa dianggap sebagai bentuk "cinta muda-mudaan" yang penuh dengan daya tarik fisik dan emosional yang intens. 

Sementara, cinta pengasuhan atau caring love, lebih berfokus pada kehangatan, dukungan, dan kepedulian yang mendalam antara pasangan. Cinta pengasuhan sering kali berkembang dalam hubungan jangka panjang dan menciptakan ikatan emosional yang kuat berdasarkan perhatian dan perawatan satu sama lain.

6. Cinta Buta

Istilah "cinta buta" menggambarkan fenomena di mana seseorang yang sedang jatuh cinta cenderung melihat pasangan mereka dengan sudut pandang yang sangat positif dan mengabaikan kelemahan atau kekurangan yang mungkin dimiliki oleh orang yang dicintai. 

Hal ini dapat terjadi karena adanya fenomena yang disebut sebagai "penyempitan kognitif," di mana otak cenderung hanya fokus pada aspek-aspek yang menyenangkan atau memuaskan dari hubungan tersebut. Penyempitan kognitif ini bisa membuat seseorang tidak mampu melihat secara objektif dan rasional terhadap pasangan mereka, sehingga tercipta persepsi yang terlalu idealis tentang cinta dan pasangan.

7. Perbedaan Reaksi Gender Terhadap Cinta

Penelitian psikologis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam cara perempuan dan laki-laki merespons dan mengekspresikan cinta. Perempuan cenderung lebih berfokus pada keintiman emosional, komunikasi yang mendalam, dan pengungkapan perasaan secara verbal. Mereka cenderung lebih sensitif terhadap ekspresi perasaan dan perhatian dari pasangan mereka. 

Sedangkan, laki-laki sering kali lebih cenderung mengekspresikan perasaan mereka melalui tindakan konkret atau memberikan rasa aman dan perlindungan kepada pasangan mereka. Perbedaan ini mencerminkan dinamika gender yang kompleks dalam hubungan interpersonal.

8. Kesehatan Mental dan Cinta

Individu yang sedang jatuh cinta atau memiliki hubungan yang intim dengan seseorang dapat menunjukkan kesehatan mental yang baik. Cinta yang sehat adalah cinta tanpa syarat yang tidak membatasi atau mengikat orang lain. Hal ini mencerminkan kasih sayang yang tulus dan tidak mengharapkan balasan yang sama. Membangun hubungan yang hangat dan intim dengan berbagai orang dalam kehidupan dapat menjadi tanda kesehatan mental yang baik.

9. Cinta Jadi Dorongan untuk Lebih Produktif

Ilustrasi pasangan jatuh cinta
Ilustrasi (iStock)

Menurut pandangan Fromm, cinta yang produktif merupakan cinta yang melibatkan aktivitas yang membangun, seperti kasih sayang, tanggung jawab, rasa hormat, dan pengetahuan. Cinta produktif tidak membuat seseorang malas, melainkan menginspirasi untuk melakukan tindakan-tindakan yang positif dan memberi manfaat bagi orang lain, seperti membantu orang lain atau berbagi kasih sayang dengan sesama.

10. Tidak Ada yang Namanya Friend Zone

Konsep "friend zone" seringkali dipahami sebagai situasi di mana seseorang tertarik secara romantis kepada temannya, namun teman tersebut hanya melihatnya sebagai teman tanpa adanya ketertarikan membangun komitmen. Namun, pandangan ini memiliki aspek yang lebih kompleks dalam psikologi cinta. 

Pertemanan yang erat antara laki-laki dan perempuan sering kali dapat berkembang menjadi cinta yang lebih dalam, karena keterlibatan emosional yang kuat dan kompatibilitas antara individu tersebut. Ini menunjukkan bahwa cinta adalah fenomena psikologis yang dinamis, di mana hubungan interpersonal dan perasaan cinta dapat berkembang dari situasi awal yang mungkin terlihat sebagai "friend zone".

11. Ciuman Meyakinkan Kita Pada Pasangan

Ciuman adalah salah satu aspek penting dalam hubungan romantis. Menurut penelitian, ciuman tidak hanya memberikan perasaan seksi tetapi juga meningkatkan rasa yakin pada pasangan. Jumlah ciuman juga berdampak pada kualitas hubungan jangka panjang. Namun, penting untuk dicatat bahwa kualitas hubungan tidak hanya ditentukan oleh jumlah hubungan seksual.

12. Kemiripan Dengan Pasangan Justru Menjadi Hambatan

Kemiripan antara pasangan dalam beberapa hal dapat membuat komunikasi lebih mudah. Namun, terlalu banyak kesamaan atau perbedaan yang signifikan juga dapat menghambat hubungan jangka panjang. Penelitian menunjukkan bahwa variasi dan keunikan dalam hubungan dapat meningkatkan ketertarikan dan memberikan kesempatan untuk belajar hal baru satu sama lain.

13. Istilah Kupu-Kupu di Perut Itu Nyata

Ilustrasi pasangan
Tak hanya fisik, ada beberapa aspek lain yang bisa membuat pria jatuh cinta padamu. Penasaran? (foto: shutterstock.com)

Sensasi "kupu-kupu di perut" saat jatuh cinta memang nyata. Ini adalah respon fisik terhadap situasi stres yang dihasilkan dari perasaan cinta. Meskipun kadang-kadang disebut sebagai tanda kegembiraan, sebenarnya itu adalah hasil dari reaksi stres terhadap perasaan yang kuat.

14. Saling Berpandangan Dapat Membuat Seseorang Jatuh Cinta

Ketertarikan dan cinta dapat dipicu oleh kontak mata yang intens antara dua individu. Zat kimia tertentu yang dilepaskan dalam otak saat berpandangan dapat menimbulkan perasaan cinta pada pandangan pertama.

15. Patah Hati Merupakan Suatu Tanda Adanya Kesalahan Dalam Hidup

Patah hati bukan hanya metafora; secara fisik, kondisi ini dapat memengaruhi kesehatan jantung dan menyebabkan sindrom "broken heart". Ini menunjukkan betapa kuatnya dampak emosional dari pengalaman patah hati dalam hidup seseorang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya