Transaksi Belanja Online Rata-Rata Naik 76,5% Selama Ramadan

Selama periode Ramadan terjadi pertumbuhan rata-rata jumlah transaksi belanja online sebesar 76,5% dan peningkatan jumlah konsumen sebesar 23,5%

oleh Septian Deny Diperbarui 15 Mar 2025, 13:00 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2025, 13:00 WIB
Ilustrasi Belanja Online, e-Commerce, eCommerce, Online Marketplace, Bisnis Online
Ilustrasi Belanja Online, e-Commerce, eCommerce, Online Marketplace, Bisnis Online... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Ramadan selalu menjadi waktu yang dinanti, bukan hanya sebagai momen spiritual, tetapi juga sebagai puncak aktivitas ekonomi, terutama bagi bisnis online dan UMKM. Lonjakan transaksi e-commerce pada bulan suci ini selalu meningkat tajam, didorong oleh perubahan pola konsumsi masyarakat yang lebih aktif berbelanja kebutuhan ramadan dan persiapan idulfitri.

Mengapa Ramadan Menjadi Puncak Aktivitas E-Commerce?

Selama periode Ramadan terjadi pertumbuhan rata-rata jumlah transaksi belanja online sebesar 76,5% dan peningkatan jumlah konsumen sebesar 23,5%. Lonjakan ini tidak hanya didorong oleh kebutuhan konsumsi harian, tetapi juga oleh tren berbagi hadiah atau hampers yang semakin populer.

Namun, di balik peluang besar ini, ada tantangan signifikan yang dihadapi oleh seller dan UMKM:

Lonjakan biaya operasional, terutama ongkos kirim yang meningkat seiring dengan tingginya permintaan. Kemudian, Kkterlambatan pengiriman, akibat tingginya volume paket yang harus diproses oleh ekspedisi. Selain itu, engelolaan cash flow, terutama bagi seller yang mengandalkan sistem pembayaran COD (Cash on Delivery).

Melihat tren tersebut, Chief Commercial Officer KiriminAja Harry Syarif mengatakan, pihaknya menghadirkan program spesial "Berkah Ramadan Flat Ongkir" dengan tarif pengiriman mulai dari Rp5.900/kg ke seluruh Pulau Jawa.

"Program ini memungkinkan seller dan UMKM mengoptimalkan bisnis mereka tanpa harus terbebani oleh ongkos kirim yang tinggi. Kami ingin memberikan solusi bagi para seller dan UMKM untuk tetap kompetitif dan efisien dalam menghadapi lonjakan permintaan ini," ujarnya dikutip dari Antara, Sabtu (15/3/2025).

Dia menegaskan bahwa program ini dirancang khusus untuk mendukung pertumbuhan bisnis seller di tengah kompetisi e-commerce yang semakin ketat.

Selain meningkatkan penjualan, lanjutnya, pihaknya juga mendorong seller maupun UMKM menerapkan strategi bisnis yang tepat dalam mengelola usaha mereka melalui kegiatan "Marhaban: Mari Bahas Bisnis Saat Ramadhan" yang akan digelar di Wonosobo pada 18 Maret 2025 dan Bandung, 20 Maret 2025.

"Kegiatan ini akan menjadi wadah bagi seller dan UMKM untuk belajar strategi pemasaran digital, optimalisasi iklan, serta berbagi pengalaman dalam meningkatkan penjualan selama Ramadhan," katanya.

Melalui kegiatan tersebut para peserta akan mendapatkan wawasan dari para pakar industri dan pelaku bisnis yang telah berhasil meningkatkan performa penjualannya di bulan Puasa, selain itu juga mengetahui bagaimana tips-tips berjualan saat menyambut Idul Fitri.

 

 

 

Ada THR Lebaran dan Bonus Hari Raya, Ini Dampaknya ke Ekonomi Indonesia

Good News Today: Kabar Gembira THR, THR PNS, Harga Bawang Turun
Ilustrasi uang. (via: istimewa)... Selengkapnya

Sebelumnya, Ekonom Doddy Ariefianto menilai sejumlah stimulus ekonomi yang dikeluarkan Presiden RI Prabowo Subianto, ditambah kebijakan Bonus Hari Raya (BHR) untuk ojek dan kurir online dapat daya beli masyarakat jelang Lebaran.

Doddy berpendapat stimulus ekonomi oleh pemerintah ini patut diapresiasi. Tujuh kebijakan stimulus ekonomi di bulan Ramadan menjelang Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri 2025 yaitu optimalisasi penyaluran bantuan sosial, diskon harga tiket pesawat, diskon tarif jalan tol, diskon belanja, program pariwisata mudik lebaran, stabilisasi harga pangan, pencairan THR bagi ASN dan pekerja swasta.

“Kebijakan ini perlu diapresiasi karena akan mem-boost konsumsi masyarakat,” ujar Doddy, Selasa (11/3/2025).

Ia menilai kebijakan ini dapat memberikan manfaat yang besar di masyarakat. Pasalnya, pada libur lebaran masyarakat akan mudik ke berbagai daerah sehingga daya beli tersebut tersebar ke daerah-daerah.

“Kebijakan ini memiliki manfaat multiplier yang besar mengingat masyarakat akan menggunakan daya beli tersebut di daerah-daerah (mudik). Memberikan dampak pemerataan,” ungkapnya.

 

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Ilustrasi uang rupiah, THR
Ilustrasi uang rupiah, THR. (Gambar oleh Eko Anug dari Pixabay)... Selengkapnya

Di samping itu, Doddy memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester I dapat mencapai 5,2%.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia Semester 1 2025 diperkirakan 5,2%, sedangkan full year 2025 5,5%,” jelas Doddy.

Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi tersebut mengalami kenaikan dari tahun 2024 yang sebesar 5%.

“Tahun lalu (2024) pertumbuhan ekonomi 5,0%. Jadi ya ada sedikit kenaikan,” tutur Doddy.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya