Niat Puasa Syawal 6 Hari Setelah Idul Fitri dan Caranya, Harus Berturut-turut?

Meski idealnya selama enam hari berturut-turut, Kemenag menyebutkan puasa Syawal dapat dilakukan secara selang-seling.

oleh Laudia Tysara diperbarui 14 Apr 2024, 14:15 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2024, 14:15 WIB
Ilustrasi berdoa, umat muslim, Islami
Wanita muslim berkerudung merah muda berdoa sambil memejamkan mata dan menengadahkan kedua tangan. (Photo created by wayhomestudio on www.freepik.com)

Liputan6.com, Jakarta - Puasa Syawal merupakan ibadah puasa sunnah yang dilaksanakan selama enam hari berturut-turut atau terpisah setelah Idul Fitri. Melansir dari Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), pelaksanaan puasa Syawal dimulai pada tanggal 2 Syawal, sehari setelah Idul Fitri.

Meski idealnya dilakukan selama enam hari berturut-turut, Kemenag menyebutkan bahwa puasa Syawal dapat dilakukan secara selang-seling dan tak berurut.

Sebelum melaksanakan ibadah puasa Syawal, penting bagi umat Islam untuk memahami dan membaca niat puasa syawal 6 hari setelah Idul Fitri dengan penuh kesungguhan. Baca niat "Nawaitu shauma ghadin 'an adaa'i sunnatis Syawwal lillaahi ta'ala" yang artinya "Aku berniat puasa sunah Syawal esok hari karena Allah SWT."

Atau membaca niat puasa syawal 6 hari setelah Idul Fitri "Nawaitu sauma sittati ayyamin minasy syawwali lillahi ta’ala" yang artinya “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, aku niat puasa enam hari di bulan Syawal karena Allah Ta’ala."

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam bacaan niat puasa syawal 6 hari setelah Idul Fitri Arab, latin, arti, dan tata cara pelaksanaannya, Minggu (14/4/2024).

Niat Puasa Syawal 6 Hari Setelah Idul Fitri

Niat puasa Syawal 6 hari setelah Idul Fitri tersebut mengandung makna kesungguhan dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah puasa. Membaca niat ini, seseorang menyatakan dengan tegas bahwa puasanya dilakukan semata-mata karena Allah SWT.

Ini niat puasa Syawal 6 hari setelah Idul Fitri yang dibaca di malam hari dan dilakukan selang-seling mengutip dari Majelis Ulama Indonesia (MUI):

Niat Puasa Syawal di Malam Hari

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ للهِ تعالى

Nawaitu shauma ghadin 'an adaa'i sunnatis Syawwal lillaahi ta'ala.

Artinya: "Aku berniat puasa sunah Syawal esok hari karena Allah SWT."

Niat Puasa Syawal 6 Hari Berturut-Turut

Selain dapat dilakukan selang-seling, puasa Syawal juga bisa dilakukan berturut-turut. Begini bacaan niatnya mengutip buku Kedahsyatan Puasa oleh M. Syukron Maksum:

نَوَيْتُ صَوْمَ سِتَّةِ أَيَّامٍ مِنَ الشَّوَّالِ لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu sauma sittati ayyamin minasy syawwali lillahi ta’ala.

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, aku niat puasa enam hari di bulan Syawal karena Allah Ta’ala."

Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW bersabda:“Siapa yang berpuasa bulan Ramadan, kemudian diikutinya dengan enam hari Syawal. Maka, ia seperti berpuasa sepanjang masa.” (HR. Muslim)

Puasa Syawal adalah sunnah Rasulullah SAW yang dianjurkan berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dalam hadis tersebut, Rasulullah SAW menyatakan bahwa siapa pun yang berpuasa selama bulan Ramadhan, kemudian melanjutkannya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, akan mendapatkan pahala seolah-olah ia telah berpuasa sepanjang masa.

Hal ini menegaskan pentingnya menjalankan puasa Syawal sebagai tindakan yang mendatangkan kebaikan dan pahala besar dalam agama Islam. Sunnah ini merupakan wujud dari ajaran dan contoh yang ditinggalkan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya, sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

 

Tata Cara Puasa Syawal Setelah Idul Fitri

Mencari Berkah di Akhir Ramadan
Umat muslim membaca Al-Quran pada hari ke-28 bulan suci Ramadan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (12/6). Sejumlah umat muslim meningkatkan ibadah mereka dengan melakukan itikaf di Masjid Istiqlal. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Menurut Imam Ahmad, puasa Syawal dapat dilakukan selama enam hari berturut-turut atau terpisah. Namun, golongan Hanafi dan Syafi'i lebih mengutamakan pelaksanaannya secara berturut-turut setelah Hari Raya Idul Fitri. Pandangan ini didasarkan pada prinsip keutamaan dalam menunaikan ibadah, sebagaimana yang terdapat dalam buku karya M. Syukron Maksum.

Sebagaimana disarankan dalam buku Kupas Tuntas Puasa karya Ahmad Khoiron, pelaksanaan puasa Syawal dimulai pada tanggal 2 Syawal, tepat setelah hari raya Idul Fitri.

Contoh pelaksanaan puasa Syawal yang disarankan adalah dengan menunaikannya selama enam hari berturut-turut, misalnya pada tanggal 2 hingga 7 Syawal. Alternatifnya, puasa juga bisa dilakukan secara berpisah-pisah, seperti setelah 3 Syawal kemudian dilanjutkan lagi pada tanggal 7, 11, 15, 20, dan 23 Syawal. Meski demikian, lebih dianjurkan untuk melaksanakannya secara berturut-turut, mengikuti pedoman yang dianjurkan oleh Imam Hanafi dan Syafi'i.

Hukum asal melaksanakan puasa Syawal setelah Idul Fitri adalah sunnah, sebagaimana yang disampaikan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa siapa pun yang berpuasa Ramadhan kemudian melanjutkannya dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawal, akan mendapatkan pahala sebesar berpuasa satu tahun penuh.

“Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadan dan berpuasa enam hari sesudah berbuka (Idulfitri), maka puasanya sesempurna satu tahun. Siapa saja yang berbuat kebaikan, akan dilipatgandakan sepuluh kali lipat.” (HR. Ibnu Majah)

Rasulullah SAW dalam hadis ini menyatakan bahwa siapa pun yang berpuasa selama bulan Ramadhan, kemudian melanjutkannya dengan berpuasa enam hari setelah Idul Fitri, akan memperoleh pahala sebesar puasa selama satu tahun penuh. Hal ini menunjukkan besarannya pahala yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya yang tekun dalam menjalankan ibadah puasa.

Selain itu, hadis ini juga menegaskan prinsip bahwa setiap amal kebaikan yang dilakukan oleh seorang Muslim akan dilipatgandakan pahalanya hingga sepuluh kali lipat. Bila demikian, menjalankan puasa enam hari Syawal merupakan salah satu cara untuk memperoleh kebaikan yang melimpah dan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya, sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya